Neymar Paris Saint-Germain 2022-23Getty Images

Neymar & PSG: Berakhir Sudah

Semua penikmat sepakbola dunia pasti ingat gol Neymar yang itu. Baru 19 tahun, Neymar remaja menghindari dua tekel, melakukan satu dua dengan seorang rekannya, menggocek tiga bek dengan trik di luar nalar, sebelum menceploskan bola melewati kiper yang berlari maju.

Gol yang mengorbitkan Neymar ke seluruh penjuru bumi. Namun, setelah 12 tahun berlalu, gol itu terasa sudah terjadi lama sekali dan jauh dari ingatan.

Kini, pemain yang sama harus menepi lantaran cedera engkel keempat dalam empat tahun dan akan melewatkan pertandingan terbesar PSG musim ini. Kini, pemain yang sama harus move on, mencari klub baru, dan berusaha menemukan kembali, ke mana perginya sosok wonderkid yang siap merajai dunia saat itu?

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Ke mana pun ia pergi, perdebatan selalu mengikuti Neymar. Bagi sebagian orang, ia adalah spirit samba, pewaris jogo bonito, titisan Ronaldinho dan Pele. Bagi sebagian lainnya, ia adalah perwujudan potensi yang gagal terpenuhi - sosok yang cari perhatian dan mencemari keindahan sepakbola dengan akting-akting lebaynya serta etos kerja yang santai kayak di pantai.

Tapi, justru itulah daya tarik Neymar. Dia adalah salah satu yang terbaik di dunia karena sepakbola memang begitu mudah baginya. Mungkin akan mengecewakan jika ia terlalu ngoyo karena itu akan merusak esensi dari seorang Neymar. Kemampuannya menyalurkan bakat agar berkontribusi pada prestasi tim bisa dibilang tidak relevan. Cara terbaik menikmati Neymar adalah dengan memisahkannya dari tetek bengek seperti itu.

Masalahnya, sepakbola tidak bekerja dengan cara yang demikian. Pemain terbaik di dunia harus bisa meningkatkan level rekan-rekan di sekitarnya. Mereka harus memenangi berbagai trofi. Perdebatan GOAT mana bisa diselesaikan lewat gocekan-gocekan elastico belaka.

Dan mungkin itulah alasan sesungguhnya mengapa Neymar memilih untuk hijrah ke PSG.

Jika ditakar menggunakan standarnya yang super tinggi, Neymar melakoni musim yang semenjana di Barcelona pada 2017.

Blaugrana cuma finis kedua di La Liga dan disingkirkan Juventus di perempat-final Liga Champions. Meski perannya krusial bagi Barca, Neymar tak mampu menyamai performa elektrik yang ia suguhkan di tahun sebelumnya. Lionel Messi dan Luis Suarez merampas semua halaman depan media-media, dan meski ia memberikan penampilan heroik dalam comeback terbaik sepanjang sejarah Liga Champions, ia jarang mendapatkan pujian serta penghargaan yang ia rasa pantas ia terima.

Maka, hijrah ke PSG langkah yang masuk akal. Neymar bisa menjadi protagonis yang disorot gemerlap lampu Paris. Ia punya timnya sendiri, liganya sendiri, dan kesempatan untuk membuktikan bahwa ia bisa 'menggendong' rekan-rekannya menuju kesuksesan.

Dan untuk satu musim, ia berhasil. Di kampanye debutnya di Prancis, Neymar meledak. Mencatatkan 32 kontribusi gol dalam 20 start di Ligue 1 dan mencetak enam gol dari tujuh penampilan di Liga Champions. PSG meraih treble domestik dan menjuarai Ligue 1 dengan selisih 13 poin.

Tapi musim tersebut hancur ketika Neymar mendapat cedera. PSG kalah, 3-1, di tangan Real Madrid pada leg pertama 16 besar Liga Champions. Bintang timnas Brasil itu menepi di leg kedua karena cedera engkel. PSG kalah 2-1.

Dan sejak saat itu, Neymar tak pernah sama lagi. Ia tergesa-gesa sembuh dari cedera agar bisa ikut membela negara di Piala Dunia 2018, tapi gagal mencegah Brasil tersingkir dari perempat-final meski masuk team of the tournament. Ia juga dihujat habis-habisan sepanjang turnamen karena menghabiskan total 14 menit tersungkur di tanah usai dilanggar dan menegaskan setelah Piala Dunia bahwa mungkin ia tak akan pernah lagi membela Brasil.

Ekspektasi pasca-Piala Dunia adalah bahwa Neymar akan kembali memimpin PSG sebagai protagonis. Tapi nyatanya, Les Parisiens mempermanenkan jasa seorang remaja asal Prancis bernama Kylian Mbappe.

Dan saat itulah masalah yang sebenarnya dimulai. Neymar dicecar pertanyaan soal hubungannya dengan rekan barunya itu, media lokal membingkai narasi bahwa ia cemburu dengan kesuksesan Mbappe di Piala Dunia.

Awalnya, Mbappe pasang badan untuk rekan barunya, memuji Neymar sebagai pemain terbaik dunia, dan mengaku bisa banyak belajar darinya.

Tapi sejak dulu sudah ada tanda-tanda bahwa sebenarnya mereka tak pernah akur. Mereka terang-terangan berseteru di lapangan, dan dilaporkan berselisih paham di luar lapangan. Saat itu Neymar dilanda cedera sepanjang musim panas dan tidak fit pada pergantian tahun. Sedangkan Mbappe memulai musim keduanya di PSG dengan berapi-api dan menyelesaikan tahun itu dengan kontribusi 40 gol.

Sementara itu, cedera Neymar semakin menjadi-jadi.

Dan mungkin itulah akar dari retaknya hubungan Neymar dengan PSG, yakni bagaimana ia tak bisa diandalkan untuk menjaga kebugaran.

Dua kali metatarsalnya patah, ligamen engkel sudah sobek tiga kali, serta berbagai cedera otot lainnya.

Neymar tak mampu mendapatkan ritme dan kontinuitas yang diperlukan untuk memimpin sebuah tim. Pendek kata, Neymar tak bisa menjadi bintang utama karena bermain pun dia tak bisa.

Urusan-urusan lainnya cuma cabang dari permasalahan di atas. Masalah Neymar di luar lapangan hijau sudah dianalisis sampai detail terkecil - dan memang ada banyak sekali. Dari berselisih paham dengan rekan satu tim sampai jalan-jalan ke McDonald tengah malam setelah PSG kalah memalukan. Perilaku-perilaku yang seperti itu memperparah reputasi Neymar.

Tapi andaikan ia bisa tampil, dan menunjukkan magisnya di lapangan, kesalahan-kesalahan itu mungkin tidak akan menjadi masalah besar.

Alih-alih, narasi terkait Neymar sekarang didominasi soal personanya.

Sudah beberapa manajer jembpolan: Unai Emery, Thomas Tuchel, Mauricio Pochettino, dan kini Christophe Galtier, melabeli Neymar nyaris mustahil untuk diatur. Kesempatan kedua, ketiga, dan keempat sudah diberikan, tapi tak satu pun mampu mengendalikan narasi tersebut.

Lantas sekarang bagaimana? Neymar cedera lagi, dan PSG tertinggal dari Bayern Munich di babak 16 besar Liga Champions. Meski sepertinya akan juara Ligue 1 lagi, Les Parisiens sudah terdepak dari Coupe de France dan rumor perpecahan kembali subur.

Mbappe bisa hengkang akhir musim ini, mungkin disusul Messi. Dan bukan tidak mungkin Neymar selanjutnya.

Itulah jalan terbaik mengakhiri ini semua. Tensi di Parc des Princes tinggi, PSG kalah tiga kali dari lima laga terakhir, Galtier keteteran mengontrol media yang gila-gilaan mencecar. Neymar bukan satu-satunya biang masalah — Mbappe juga menjadi sumber drama.

Tapi harus dikatakan, Neymar mungkin pemain yang paling bisa dikorbankan PSG. Cedera, drama, serta perilakunya telah merongrong spirit sambanya menjadi tak relevan lagi. Dan di lubuk hatinya yang terdalam, Neymar mungkin mengakuinya.

Sudah saatnya perkawinan yang canggung ini berakhir, agar Neymar punya kesempatan untuk kembali menemukan sosok remaja Santos yang menggemparkan dunia 12 tahun lalu.

Dan mungkin, inilah jalan terbaik bagi kedua belah pihak.

Iklan