Lewatlah sudah hari-hari ketika Red Bull Salzburg bisa menganggap diri mereka sebagai kuantitas yang tidak diketahui di sepakbola Eropa, dengan juara abadi Austria telah meledak ke panggung dengan beberapa pertunjukan heroik di Liga Champions dalam beberapa tahun terakhir.
Tidak hanya menarik untuk ditonton di panggung besar, mereka juga mampu menawarkan jalur yang jelas kepada skuad muda dari akademi hingga ke papan atas Eropa.
Sejak sejumlah nama berbakat masuk Salzburg pada 2019, Erling Haaland, Hwang Hee-chan, Dominik Szoboszlai, dan Patson Daka menjadi salah empat yang telah pindah dan menjadi pilar untuk klub dan timnas, dengan calon pelamar mengantre untuk nama lain, dua di antaranya: Karim Adeyemi dan Brenden Aaronson.
Namun, dengan begitu banyak talenta luar biasa di jajaran Salzburg, beberapa anak muda yang sebetulnya luar biasa pasti akan tertinggal dalam bayang-bayang.
Saat rekor terbaik tim Austria di Liga Champions berakhir dengan kekalahan telak 7-1 di tangan Bayern Munich pada Maret lalu, satu pencetak gol hanya sekadar hiburan.
Pencetak gol itu adalah Maurits Kjaergaard yang berusia 18 tahun, yang menjadi pencetak gol termuda kedua dalam kompetisi musim ini di bawah pemenang NXGN 2022, Jude Bellingham.
Itu bukan hanya tentang mengembalikan sentuhan kebanggaan bagi timnya, karena gol di Allianz Arena menandai puncak dari performa bagus sang gelandang Denmark.
Sejak pergantian tahun, Kjaergaard telah mengambil langkah menuju 11 pertama Salzburg, dan menempatkan dirinya di atas rekan setim dalam perburuan tempat reguler di Austria.
"Hal pertama yang saya perhatikan adalah kemampuan teknisnya," ucap Jonathan Hartmann, yang melatih Kjaergaard di mantan klubnya Lyngby, kepada GOAL.
"Dia memiliki sentuhan yang bagus pada bola, cepat untuk berbalik dan berlari, dan memiliki visi luar biasa dalam umpan-umpan yang menentukan untuk menemukan jalan untuk rekan satu timnya,” tambahnya.
Setelah bergabung dengan Salzburg dari Lyngby pada 2019 senilai €2,6 juta, Kjaergaard mulai menunjukkan kemampuan teknis itu, mencetak tujuh gol dan memberikan 14 assist untuk tim satelit Salzburg, FC Liefering.
Itu membantu Kjaergaard mendapatkan kepercayaan dari pelatih Salzburg, Matthias Jaissle, untuk menembus tim utama. Ia langsung berkontribusi dalam delapan gol pada 20 laga di tim senior.
“Bermain di Liefering adalah konsep yang sangat bagus,” tutur Kjaergaard kepada GOAL.
“Pada usia 15 tahun, Anda bisa bermain melawan pemain di liga profesional pekan demi pekan, itu sempurna,” imbuhnya.
Kjaergaard punya sentuhan gaya Kaka dan nuansa Kevin De Bruyne muda juga mulai terlihat, saat ia menarik pemain lawan keluar dan membuka peluang untuk penyerang di area lain.
Melewati lawan dengan kecepatan penuh adalah satu hal, tapi memiliki ketenangan untuk memilih umpan yang tepat setelahnya adalah satu hal lainnya, sesuatu yang ditunjukkan oleh angka-angka assist solid Kjaergaard.
"Kepindahannya ke RB Salzburg adalah bukti kecerdasannya. Saya yakin dia bisa menuju ke klub yang lebih terkenal, tapi dia melihat mereka sebagai tempat yang sempurna untuk berkembang sebagai pemain,” ujar Hartmann.
Bahwa Kjaergaard telah berkembang di Salzburg tidak perlu dipertanyakan lagi. Kenaikannya dari tim muda Lyngby lalu menjadi pencetak gol di UCL telah terjadi dalam waktu kurang dari tiga musim.
Pada 2021, Salzburg mengikatnya dengan kontrak baru hingga musim panas 2024, tapi itu tidak menghalangi minat dari Serie A, terutama dari Juventus dan Bologna jika rumor baru-baru ini dapat dipercaya.
"Hal-hal yang perlu saya pelajari adalah hal-hal yang menjadi fokus Salzburg dalam gaya bermain mereka; memenangkan duel 50:50 melawan bola, berlari dengan kecepatan tinggi ke arah lawan, menekan, membiasakan diri dengan tempo tinggi setiap hari dan berusaha menjadi lebih baik selangkah demi selangkah,” kata Kjaergaard.
“Kekuatan Salzburg adalah kelemahan saya. Jika saya bisa mempelajarinya, saya akan menjadi pemain yang lebih baik,” pungkasnya.
Mengingat rekam jejak klub dalam mengembangkan pemain muda dengan kurva perkembangan yang curam, Salzburg tampaknya merupakan tempat yang sempurna bagi seorang remaja seperti Kjaergaard untuk bertahan lebih lama.
Jika saatnya tiba bagi Kjaergaard untuk melanjutkan, kombinasi tekniknya, kemauan untuk berkembang, dan kepositifan yang menyeluruh berarti Anda akan mendukung pemain muda Denmark itu untuk menetap dengan baik di tempat lain.
Dengan “etalase toko” yang berkilauan seperti yang ditawarkan Salzburg dari bintang muda mereka, seharusnya tidak ada kekurangan destinasi yang ditawarkan untuk Kjaergaard pada masa depan.


