Ribuan orang datang ke Stadion Mandala Krida, memadati area parkir barat, Selasa (4/10) malam WIB. Tujuan mereka sama, yakni mendoakan seluruh korban tragedi Stadion Kanjuruhan, dan sepakbola Indonesia.
Yang menarik, mereka terdiri dari kelompok suporter yang selama ini dikenal punya rivalitas historis, yakni pendukung PSIM Jogja, Persis Solo, dan PSS Sleman, juga ada beberapa kelompok suporter lain, termasuk dari Arema FC sebagai korban.
Mereka menggelar doa bersama hingga salat gaib untuk korban tragedi Kanjuruhan yang merenggut ratusan nyawa, 1 Oktober lalu, usai laga Derby Jawa Timur antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.
Brajamusti dan The Maident (dua kelompok suporter PSIM Jogja) menjadi inisiator dari acara ini, dengan bantuan kepolisian Kota Yogyakarta. Acara berlangsung tertib, dan haru, di mana semua bersatu untuk mendoakan rekan sesama suporter dari Malang. Bahkan, mereka berikrar damai dan sepakat bahwa sepakbola Indonesia ke depannya tak perlu lagi sampai ada nyawa yang melayang.
Mataram Is Love, sebagaimana jargon atau tagar bertebaran di media sosial, mendukung aura positif dari acara ini. Mataram bersatu untuk mendoakan, dan terselip ketegasan untuk menuntut keadilan dari kasus tragedi Kanjuruhan.
#UsutTuntasTragediKanjuruhan menjadi tagar yang kemudian muncul dari acara ini. Semua sepakat bahwa keadilan harus didapatkan oleh korban Kanjuruhan -- yang juga terdiri dari anak-anak dan wanita.
Pemandangan indah ini mengundang berbagai atensi, bahwa harapan untuk sepakbola Indonesia dengan rivalitas yang damai akan tercipta ke depannya. Sederet anggota tim PSIM pun turut hadir dalam acara ini, mendukung penuh gerakan yang penuh harapan baik.
