Mason Mount menegaskan dirinya tidak memperhatikan kritikan di media sosial yang menyebutkan bahwa dia menjadi pemain kesayangan pelatih Frank Lampard.
Pemain berusia 21 tahun tersebut tetap menjadi pemain andalan dalam skema Lampard terlepas dari sorotan terhadap performanya sejauh ini, terlebih lagi dengan semakin ketatnya persaingan karena datangnya pemain-pemain baru.
Mount bermain di bawah asuhan Lampard di Derby sebelum legenda The Blues itu diangkat sebagai manajer di Stamford Bridge, dan ia ditanya oleh wartawan apakah adil jika ia dilabeli sebagai pemain kesayangan pelatih.
"Tidak, tidak sama sekali," ujar Mount. "Saya pemain yang ingin melakukan yang terbaik untuk tim terbaik dan bekerja keras. Dan mungkin orang-orang salah menilai, saya tidak tahu.
"Anda melihat komentar di sini dan di sana. Saya bukan orang yang terlalu terlibat dengan media sosial dan hal seperti itu. Saya tahu hal ini besar dalam sepakbola saat ini, terutama ketika fans tidak ada di stadion.
"Saya benar-benar tidak terlalu banyak memperhatikan hal tersebut. Itu tidak terlalu mengganggu saya. Fokus utama saya adalah bermain sepakbola."
Mount saat ini menjalani tugas internasional bersama timnas Inggris, di mana ia bergabung dengan bintang Aston Villa yang sedang naik daun Jack Grealish.
Ada opini bahwa keduanya telah membentuk sebuah rivalitas mengingat mereka bermain dalam posisi yang mirip, tetapi Mount juga membantahnya.
"Ada banyak pemain di skuad ini yang bisa bermain di posisi berbeda. Seperti itulah skuad yang telah dipilih. Pemain bisa bermain di posisi yang lebih tinggi dan di posisi lebih dalam," ujarnya.
"Itulah fokus skuad. Jadi perbandingan [dengan Grealish] tidaklah adil. Saya dan Jack melakukan hal berbeda, bersama penyerang dan gelandang lain. Kami fokus pada posisi kami sendiri dan apa yang bisa kami beri kepada tim secara individu.
"Saya harap kami semua dapat bekerja bersama, seperti yang saya katakan, terutama dalam tiga pertandingan berikutnya, kami bermain bersama dan memberi yang terbaik.
"Saya tidak melihatnya sebagai rivalitas. Kami dua pemain yang berbeda dan melakukan hal berbeda, jadi saya tidak pernah melihatnya sebagai rivalitas.
"Kami adalah rekan setim yang bermain untuk negara yang sama. Kami ingin melakukan yang terbaik untuk satu sama lain, untuk tim dan juga untuk negara."
