Saat fans Manchester United berhamburan keluar dari Wembley pada 23 April 2016, hanya ada satu nama pemain yang dinyanyikan.
Anthony Martial baru saja mencetak gol kemenangan di menit-menit terakhir melawan Everton untuk membawa United ke final Piala FA, dan lagunya yang menarik, yang telah didebutkan beberapa bulan sebelumnya, menggema di Wembley Way.
"£50 juta sia-sia. Tony Martial mencetak gol lagi" adalah akhir ironis dari nyanyian itu, merespons opini dari banyak media Inggris terhadap remaja yang sebelumnya kurang dikenal, Martial, yang bergabung dengan United dari AS Monaco pada musim panas 2015.
Tetapi kurang dari enam tahun yang relatif mengecewakan sejak gol dramatis itu, dan dengan Martial meninggalkan Old Trafford untuk bergabung dengan Sevilla sebagai pemain pinjaman hingga akhir musim, sekarang mungkin ada orang-orang yang merasa benar dalam menganalisis kedatangan sang pemain waktu itu.
Gol di Wembley, bersama dengan gol debutnya melawan Liverpool, merupakan momen menonjol dalam karier Martial di United, yang bagi seorang pemain dengan sambutan seperti itu pada usia muda jelas bisa menjadi masalah.
Ada secercah harapan, momen cemerlang, namun secara keseluruhan tidak konsisten. Hanya dalam satu dari enam kampanyenya yang telah dijalani, ia berhasil mencetak lebih dari 20 gol, dengan serangkaian manajer tidak bisa menjamin posisi reguler baginya.
Jadi, apa yang salah?
Getty/GOALLabel sebagai remaja termahal di dunia membawa serta tingkat hype dan ekspektasi tertentu, dan karena itu selalu terbukti sulit untuk memenuhi hype tersebut.
Martial tiba di United dengan banderol yang sangat tinggi sehingga ada klausul dimasukkan ke dalam kontraknya bahwa United harus membayar tambahan €10 juta kepada Monaco seandainya ia masuk ke daftar nominasi Ballon d'Or.
Alih-alih terwujud, ia sama sekali tidak pernah mendekati daftar penghargaan individu paling bergengsi di dunia sepakbola itu.
Pemain internasional Prancis itu juga bisa berargumen bahwa ia telah menjadi korban inkonsistensi dan kurangnya arahan yang telah ditunjukkan oleh United sejak pensiunnya Sir Alex Ferguson.
Ralf Rangnick adalah manajer keempat yang menanganinya, sementara posisi dan perannya dalam tim telah diubah beberapa kali. Dapat dikatakan bahwa selama satu musim di mana ia dimainkan secara konsisten sebagai penyerang tengah, pada 2019/20, ia mencetak 17 gol liga - jumlah terbaik dalam kariernya hingga saat ini.
Sebenarnya, tidak ada yang benar dengan Martial sejak penunjukan Jose Mourinho pada musim panas 2016, hanya beberapa bulan setelah gol Martial di Wembley.
Getty/GOALHubungan mereka yang retak pertama kali menjadi masalah karena Martial tidak setuju dengan gaya manajemen Mourinho, atau kritik secara publik yang ditujukan kepada para pemainnya.
Martial sudah dibuat tidak nyaman musim panas itu, setelah kostum No.9 dicopot darinya untuk diberikan kepada Zlatan Ibrahimovic, dan hubungannya dengan Mourinho terus memburuk selama dua setengah tahun masa jabatan pelatih asal Portugal itu.
Pada musim panas 2018, Mourinho melobi dewan United untuk menjual Martial, dengan sumber mengatakan kepada GOAL bahwa mantan bos Chelsea tidak pernah sepenuhnya yakin dengan mentalitas sang penyerang, sesuatu yang diperburuk ketika Martial meminta untuk meninggalkan pelatihan pramusim musim panas itu untuk bersama pasangannya menantikan kelahiran putra mereka, Swan.
Kembalinya dengan 13 gol selama dua musim penuh masa jabatan Mourinho tidak banyak meredakan ketegangan di antara keduanya, dan Mourinho mendorong klub untuk mendatangkan pemain sayap Inter Milan, Ivan Perisic sebagai penggantinya.
United, bagaimana pun, memegang teguh keyakinan mereka bahwa Martial akan memenuhi potensinya, meski pun ada saran bahwa mereka juga enggan untuk menjualnya karena pemilik klub, Joel Glazer sebelumnya menyatakan Martial sebagai pemain United favoritnya.
Sebenarnya, jika dipikir-pikir, pendapat Mourinho ada benarnya, bahkan ketika ia mendapat angin kedua selama tahun pertama masa jabatan Ole Gunnar Solskjaer.
Getty/GOALSebuah pesan singkat dari manajer asal Norwegia itu adalah menawarkan kepada Martial kostum No.9-nya dan itu disambut dengan hangat, dan ia melanjutkan musim terbaiknya di klub sebagai penyerang, kendati tidak sepenuhnya meyakinkan Solskjaer untuk mempertahankannya apabila ada tawaran tepat yang masuk.
Ada kekhawatiran atas kecenderungan Martial untuk kadang cemerlang dan kadang tidak, terlihat di sesi latihan dan ketidakmampuannya untuk menghadapi tantangan persaingan yang meningkat ketika ada pemain baru tiba di klub.
Ibrahimovic, Romelu Lukaku dan Edinson Cavani semuanya telah direkrut selama periode Martial di klub dan mereka semua mengalahkannya dalam persaingan posisi inti, membuatnya semakin frustrasi.
Itu bisa dilihat lagi pada musim panas 2021, ketika Martial tiba untuk pra-musim dalam suasana hati yang riang, lalu ada transfer mengejutkan yakni Cristiano Ronaldo, yang sekali lagi meredupkan harapannya untuk menjadi striker andalan United.
Ia hanya membuat 11 penampilan di semua kompetisi musim ini, dan para klub yang sebelumnya menaruh minat padanya mulai meragukan kualitasnya.
Getty/GOALMantan gelandang Setan Merah Paul Scholes mengklaim bahwa fans telah "ditipu" dengan anggapan bahwa Martial bisa menjadi pemain kunci bagi United karena cuma melihat performa satu musim yang menawan, meski juga ada yang berpendapat bahwa jika berada di sistem yang benar maka pemain berusia 26 tahun itu tetap bisa memenuhi ekspektasi.
Tampaknya kita tidak akan pernah tahu apakah Rangnick akan menyediakan sistem itu atau akan memutar otak untuk memaksimalkan potensinya, dengan sang manajer interim telah memutuskan untuk mencoret Martial dari rencananya setelah sang pemain jelas menyatakan ingin pergi pada Januari ini.
Episode yang menyebabkan Martial absen dalam pertandingan tandang melawan Aston Villa telah diberi label 'kesalahpahaman', tetapi dapat dipahami bahwa Rangnick masih mendapat kesan bahwa sang pemain menolak untuk terlibat.
Mereka melupakan situasi itu, dan Martial memainkan peran kunci dalam gol kemenangan melawan West Ham United pada akhir pekan lalu setelah masuk dari bangku cadangan, namun ia masih tidak yakin dengan masa depannya di klub yang bisa berdampak pada kesempatannya tampil di Piala Dunia 2022 bersama Prancis.
Bergabung dengan Sevilla seharusnya, di sisi lain, memungkinkannya untuk terus bermain di level tertinggi. Pasukan Julen Lopetegui berada di urutan kedua klasemen La Liga, hanya tertinggal empat poin dari Real Madrid di pucuk, sementara mereka juga favorit memenangkan Liga Europa lagi setelah tersingkir dari Liga Champions.
Tidak ada opsi membeli secara permanen bagi Sevilla dalam kesepakatan, yang berarti jika Martial bisa berkembang di Spanyol maka kariernya di United belum sepenuhnya tamat.
Tetapi jika ini adalah awal dari akhir, maka waktunya di Old Trafford mungkin adalah sebuah investasi mahal sia-sia yang telah dilakukan oleh United.




