Untuk masa tiga tahun yang membentang antara 2008 dan 2011, Marouane Chamakh adalah penyerang yang patut dihormati.
Chamakh mungkin bukan striker yang paling anggun, tapi di Bordeaux dan, pada awalnya, di Arsenal, dia terbukti menyulitkan pertahanan lawan dengan kecapakan udara, kekuatan, dan mata untuk mencetak gol.
Pada musim 2008/09, ia mencetak 13 gol ketika Bordeaux mengakhiri tahun tahun perjalanan Lyon sebagai juara Ligue 1, dengan memainkan peran vital dalam menyelesaikan peluang yang diciptakan rekan-rekan satu tim yang lebih elegan seperti Yoann Gourcuff dan Benoit Tremoulinas.
Meski tidak cukup pada level itu setahun kemudian, ia masih bisa mengumpulkan sepuluh gol ketika bermain di setiap pertandingan di Le Championnat . Sebaliknya, ia menyelamatkan yang terbaik untuk Liga Champions, di mana Bordeaux membuat langkah yang tidak mungkin ke perempat-final, setelah memenangkan grup yang berisi Juventus dan Bayern Munich dengan hanya kehilangan dua poin.
Chamakh kemudian pindah ke Arsenal dengan status bebas transfer dan ada tanda-tanda awal yang menjanjikan. Pada debutnya di Liga Primer Inggris lawan Liverpool, sundulan kepalanya menciptakan gol bunuh diri dari Pepe Reina dalam hasil imbang 1-1. Selama musim itu, ia berhasil mencetak tujuh gol, namun performanya yang buruk dan kebijakan The Gunners memainkan satu pemain di depan membuatnya tidak dipilih Arsene Wenger.
Ia tidak akan pernah mengembalikan performanya, meski mengancam kebangkitannya saat berada di Crystal Palace pada musim 2013/14. Lima golnya sudah cukup memberinya kontrak dua tahun lagi, namun kemunduran menuju ketidakjelasan tidak berkesudahan dan hanya berlanjut ke tahun berikutnya di Cardiff, di mana dia hanya tampil dua kali.
Pada usia 33 tahun, itu bisa menjadi pertandingan terakhirnya sebagai pesepakbola, meski pengunduran dirinya baru diumumkan secara resmi ketika ia tampil, dengan mengenakan man-bun baru, di acara beIN Sports , ‘L’Expresso’.
"Sudah dua tahun sejak saya berhenti dari sepakbola, itu yang saya inginkan," ujar bintang Maroko yang memiliki 65 caps itu. "Saya ingin lebih dekat dengan keluarga saya. Hari ini, saya bisa mengatakan bahwa saya benar-benar pensiun dari pertandingan."
GettySementara Chamakh memiliki minat dalam politik dan bahkan telah mencoba-coba di masa lalu, ia berharap suatu hari bisa kembali ke permainan yang membawanya ke puncak yang memusingkan, meski dalam kapasitas yang berbeda.
"Saya tidak berencana untuk kembali ke sepakbola, baik sebagai pundit atau pelatih, tapi saya merasa itu adalah satu-satunya yang saya rindukan," akui Chamakh. "Jadi, saya akan berusaha untuk kembali. Saya ingin lulus diploma kepelatihan saya. Saya ingin mengambil langkah demi langkah dan melakukan segala sesuatu secara serius."
Sejak saat itu, ia memperkirakan bahwa dia bisa mengambil peran di FA Maroko.
"Ya, tentu saja," jawabnya ketika ditanya tentang kemungkinan itu. "Terlebih lagi, di sebagian waktu saya tinggal di Marrakesh. Jika mereka memanggil, saya akan ada untuk mereka. Akan menyenangkan untuk memberi mereka pengalaman saya, apa yang telah saya pelajari dan lalui, untuk membantu anak-anak atau pelatih-pelatih masa depan belajar dari pengalaman saya."
Setelah beberapa tahun tidak masuk sorotan media, mungkin ini adalah waktunya bagi Chamakh untuk kembali.
