Marco Motta - PersijaAbi Yazid / Goal

Marco Motta Sebut Liga 1 Lebih Berat Dibandingkan Di Siprus

Bek kanan Persija Jakarta Marco Motta menilai Liga 1 lebih berat dibandingkan kompetisi kasta tertinggi di Siprus, Cypriot First Division, karena menguras banyak tenaga.

Motta telah tampil di dua pertandingan Persija pada musim ini. Dari dua laga tersebut, pemain berusia 33 tahun itu bisa membandingkan level kompetisi antara Indonesia dan Siprus. Sebelum hijrah ke Persija, Motta sempat merumput di Siprus bersama AC Omonia.

“Kami punya 70 sampai 80 ribu fans di tiap pertandingan, atmosfer yang sama seperti ketika saya bermain untuk Roma di Olimpico. Bahkan mereka sudah menganggap saya seperti pemain yang sudah membela klub ini selama sepuluh tahun,” ujar Motta diwartakan laman Il Secolo XIX.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

“Klub ini sangat ambisius. Kami menargetkan gelar juara, dan bermain Liga Champions [Asia] 2021. Di sini levelnya lebih tinggi dibandingkan di Siprus, karena tuntutan fisik, intensitas tinggi. Saya senang dengan pilihan saya. Soal kembali ke Italia suatu saat nanti, kenapa tidak?”

Dalam kesempatan yang sama, Motta menyampaikan simpati kepada warga Italia, terutama kampung halamannya, Lombardy, Merate. Menurut Motta, pandemi virus Corona di Indonesia tidak separah di Italia.

“Di sini [Jakarta] juga ada virus Corona, tapi levelnya berbeda dengan di Italia. Sekarang ada pemberlakuan karantina total, dan pemerintah meminta kami tetap di rumah. Saya di sini bersama anak dan anak saya. Saya berusaha membuat mereka senang,” ucap Motta.

“Saya lahir di Merate, provinsi Lecco. Hampir sebagian besar keluarga tinggal di area Monza. Saya mengawali akademi di usia 13 tahun di Zingonia, menjalani debut di Serie A bersama Atalanta, dan punya banyak teman di Bergamo. Beruntung mereka dalam kondisi baik.”

“Saya sangat bersimpati kepada masyarakat di sana. Ini sesuatu yang belum pernah saya lihat dalam 33 tahun, sungguh menyakitkan. Virus Corona membuat dunia tidak bisa berbuat apa-apa.”

“Sekarang kita memikirkan kesehatan lebih dulu, dan selanjutnya bangkit untuk menjadi lebih kuat. Saya tahu karakter masyarakat Bergamo, mereka akan bangkit. Mereka punya semboyan 'Mola Mia', pantang menyerah. Itu tidak hanya untuk Bergamo saja, tapi juga seluruh Italia.”

Iklan