Marcio Amoroso - Pemain TerlupakanGoal

Intermeso Karier Marcio Amoroso: Dua Titel Top Skor, Bengal, & Indisiplin Taktik

Aman dikatakan, Serie A Italia era 90-an akhir adalah etalase striker beken. Salah satu yang terselip adalah bomber asal Brasil, Marcio Amoroso.

Amoroso barangkali adalah definisi lengkap dari istilah “momok” dalam sepakbola yang sering diidentifikasi sebagai striker berbahaya.

Pemilik nama lengkap Marcio Amoroso dos Santos itu punya daya gedor yang mengancam ditambah perawakan yang menunjang untuk bikin bek lawan kecil hati.

Amoroso mengasah bakat di ibukota Brasil yang sekaligus kota kelahirannya, Brasilia. Pria kelahiran 5 Juli 1974 adalah anak futsal kala itu.

Pada 1988 alias saat usianya 14 tahun, Amoroso mulai menekuni sepakbola. Sang pemain bergabung dengan akademi klub asal Sao Paulo, Guarani FC. Hingga, ia dipromosikan ke tim utama pada 1992.

Pada musim pertama, Amoroso langsung dipinjamkan ke klub J1 League, Verdy Kawasaki. Ia membantu klub yang kini bernama Tokyo Verdy tersebut menjuarai kompetisi domestik.

Amoroso sudah siap untuk Liga Brasil. Ia mengoleksi 28 gol dalam 39 laga sekembalinya ke Guarani sekaligus menyabet gelar top skor Campeonato Brasileiro Serie A 1994.

Amoroso

Kemudian, pemain yang kerap berapi-api di atas lapangan itu mengamankan kepindahan ke klub raksasa Flamengo sebelum memulai petualangannya di Eropa bersama Udinese.

Di Udinese, Amoroso mencuri sorotan bersama Oliver Bierhoff dalam skema 3-4-3. Ia bergabung dengan skuad yang menarik seperti Thomas Helveg, Luigi Turci, dan Tomas Locatelli.

Di bawah arahan pelatih Alberto Zaccheroni, Amoroso sumbangkan 12 gol. Ia mengantar Le Zebrette finis di urutan ketiga Seria A pada musim pertamanya.

Bierhoff—yang kala itu menyabet gelar capocannoniere —hengkang ke AC Milan pada 1998. Pasca-kepindahan sang bomber Jerman, banyak yang mengira Udinese nyaris tidak mungkin mengulang kesuksesan mereka.

Tapi semusim berselang, Amoroso menjelma sebagai pilar utama Udinese. Ia bahkan meraih gelar pencetak gol terbanyak Serie A dengan koleksi 22 gol.

Marcio Amoroso BrazilGetty Images

Membela Brasil di Copa America 1999, Amoroso mencetak empat gol untuk membantu Tim Samba juara sekaligus mengamankan tempat kedua pencetak gol terbanyak turnamen.

Amoroso pun jadi komoditas panas. Semua klub besar Italia, serta Bayern Munich, Barcelona, dan Manchester United dirumorkan meminati jasa sang pemain.

Pada musim 1999/20, Amoroso akhirnya didatangkan juara bertahan Piala UEFA dan Coppa Italia, Parma, senilai €28 juta.

Di bawah asuhan Alberto Malesani, Parma sangat bergantung pada Hernan Crespo untuk mengangkat mereka finis di urutan kelima musim itu. Striker asal Argentina itu mencetak 22 gol di Serie A, 16 gol lebih banyak dari pemain terbaik berikutnya, Marco Di Vaio.

Amoroso bukan pilihan utama, ia gagal menembus tim utama. Selain dua nama di atas, ia juga menghadapi persaingan ketat dengan Ariel Ortega dan Mario Stanic.

Marcio Amoroso Sabri Lamouchi Johan Micoud ParmaGetty Images

Didukung dengan kepindahan Crespo ke Lazio, Amoroso dipercaya sebagai pemain reguler bersama Di Vaio dan membawa Parma finis keempat pada musim 2000/01.

Meski dirongrong cedera, Amoroso dapat menyelesaikan musim dengan mengoleksi 14 gol. Pada musim yang sama, Parma menembus final Coppa Italia, Amoroso cuma bermain di setengah jam terakhir, tapi Gialloblu menyerah 1-0 dari Fiorentina.

Eksodus besar-besaran di kubu Parma turut membuat Amoroso hengkang. Dengan reputasinya yang masih utuh, ia dipinang Borussia Dortmund pada usia 27 tahun sebesar €25,5 juta yang juga merupakan rekor transfer Bundesliga waktu itu.

Rentetan cedera dan kurangnya disiplin taktik menghambatnya untuk tampil reguler di Parma. Kepindahan ke Westfalenstadion tawarkan kesempatan untuk mengembalikan dua tahun yang sulit. Memang, capocannoniere musim 1998/99 adalah pria yang disebut Ronaldo sebagai "binatang buas” dan “pemain yang menyenangkan untuk bermain bersama“ sama laparnya seperti biasa.

Meskipun gagal mencapai puncak performa seperti di 1999, karier Amoroso di BVB berpadu dengan kehadiran beberapa pemain Brasil ikonik lainnya, yaitu Dede, Ewerthon dan Evanilson.

Yang menarik, Amoroso jadi top skor Bundesliga dengan 18 gol pada musim pertamanya di Jerman. Ia berbagi tempat di puncak daftar bersama striker 1860 Munich, Martin Max.

Waktu Amoroso bersama Die Borussen tidak lama, tapi dipenuhi dengan momen cemerlang. Dalam tiga musim, ia mencetak 28 gol dalam 59 penampilan di Bundesliga. Cedera dan persaingan ketat di lini depan dengan nama-nama seperti Ewerthon, Jan Koller dan Heiko Herrlich, memaksanya tersingkir.

Meskipun karier dan reputasinya memudar, Amoroso dikenang dengan baik oleh para fans Dortmund. Kecepatan, tipu daya, dan trik-triknya layak mendapatkan lebih banyak lagi dengan kostum kuning yang ikonik. Ia pun kini ditunjuk sebagai salah satu duta klub.

Pada musim 2004/05, Amoroso dilepas Dortmund dan bergabung dengan Malaga secara gratis. Untuk seorang pemain yang baru empat tahun sebelumnya dihargai €28 juta, itu menandai kemunduran yang luar biasa.

Setelah itu, sang pemilik 19 caps dan sembilan gol di timnas Brasil kesulitan menemukan sentuhannya. Dari Malaga, ia kembali ke liga negaranya untuk bergabung dengan Sao Paulo. Ia sempat dikontrak Milan 18 bulan sebagai pengganti Christian Vieri, tapi penampilannya di luar ekspektasi dengan status top skor Piala Dunia Antarklub.

Ini sekaligus menandai pengujung karier Amoroso yang pernah memenangkan penghargaan utama di Jepang, Italia, Jerman dan negara asalnya Brasil. Namun, di antara pencapaian kolektif dan individu yang diraih Amoroso, ada momen-momen berkesan yang terkadang diganggu cedera dan dinodai kepribadiannya yang buruk.

Brazil LegendJack Guez/Getty Images

Meskipun menjadi semacam ikon yang terlupakan, Amoroso periode 1998–2003 adalah salah satu striker paling mengerikan, kecepatan dan gerakannya berpadu dengan kecerdasan dan tekniknya. Golnya berkelas dan banyak, keterampilannya berani dan langka, larinya menusuk dan sulit dihentikan.

Putuskan pensiun pada 2017, Marcio Amoroso mencetak total 142 gol dalam 343 penampilan di 13 klub dan timnas Brasil. Ya, tidak buruk untuk salah satu pemain yang terlupakan meski akan selalu terucap saat banyak orang meromantisasi masa jaya Serie A.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0