Apakah ada hal yang lebih tak terelakkan dalam sepakbola saat ini selain Manchester United membuang tiga poin di babak kedua setelah menguasai jalannya pertandingan di babak pertama?
Ralf Rangnick mengira timnya telah menemukan cara untuk menghindari kesalahan yang dibuat melawan Middlesbrough dan Burnley tetapi mereka melakukannya lagi di Old Trafford pada Sabtu (12/2) kemarin.
Mencetak gol, kebobolan, gitu lagi: siklus yang kini melekat pada United dan tampaknya tidak ada solusi konkret atas masalah tersebut.
Seperti yang mereka lakukan di Turf Moor, United memulai pertandingan dengan gemilang melawan Southampton, dengan Paul Pogba menunjukkan performa yang membuat para penggemar bertanya-tanya mengapa mereka tidak melihatnya bersinar setiap pekan sejak ia kembali ke klub pada 2016.
Gelandang internasional Prancis itu mendominasi lini tengah dan mengingatkan semua orang akan kelasnya yang tak diragukan dengan satu umpan spesial yang membuat Marcus Rashford memiliki ruang terbuka untuk menebar ancaman.
Yang lebih menjanjikan lagi, Jadon Sancho kembali menunjukkan performa positifnya, mencetak gol keduanya dari tiga penampilannya – sebanyak yang ia capai dalam 23 penampilan sebelumnya.
Tidak banyak yang bisa dibanggakan dari perspektif United dalam beberapa pekan terakhir, tetapi penampilan Sancho sejak jeda sangat menggembirakan.
Gol tap-innya pada menit ke-21 sepertinya akan menjadi salah satu dari banyak gol yang kemungkinan dicetak United di laga tersebut, dengan mereka terlihat sangatlah berbahaya ketika melakukan serangan balik.
Namun, Anda tahu bagaimana cerita ini berakhir. Anda mungkin sudah tahu bahkan sebelum kick-off.
United selalu berhasil membuka keunggulan dalam enam pertandingan sebelumnya, tapi hanya tiga di antaranya yang berakhir dengan kemenangan. Jadi, suasana sedih lainnya memang tak terhindarkan ketika mereka kembali meraih hasil mengcewakan, ditahan imbang 1-1 oleh Southampton.
Rangnick menyangkal ada masalah mentalitas yang dialami skuadnya, namun psikolog olahraga Sascha Lense berpendapat lain karena berdasarkan hasil dan penampilan terakhir, karena begitu ada kemunduran, kelompok ini tampaknya tidak dapat bereaksi secara positif.
United seharusnya masih bersemangat setelah babak pertama yang sangat baik di Burnley namun mereka kebobolan dua menit setelah turun minum.
Mereka hanya bertahan 60 detik lebih lama melawan Southampton, yang menyamakan kedudukan berkat penyelesaian yang bagus dari Che Adams.
Namun, itu terbukti terlalu mudah bagi tim tamu untuk melewati lini belakang United.
Memang, tim tuan rumah jelas kurang percaya diri dan beruntung mereka tidak kebobolan lebih banyak, dengan Armando Broja dan Stuart Armstrong beberapa kali mengancam pertahanan mereka.
United juga memiliki masalah di ujung lain lapangan, lini depan.
Ronaldo kembali ke starting XI dengan Edinson Cavani absen karena masalah pangkal paha, tetapi pemain Portugal itu kembali dibuat frustrasi.
Ia beruntung bisa bertahan selama 90 menit saat ia tidak banyak berperan, kesulitan membahayakan pertahanan Southampton dan kurang cepat berarti membuatnya tidak seefektif beberapa pemain pengganti United.
Sekarang enam pertandingan tanpa gol untuk Ronaldo, yang merupakan paceklik terpanjang di level klub sejak 2009.
Rangnick tidak dapat disalahkan karena para pemainnya tidak memanfaatkan peluang mereka, tetapi mereka memiliki rata-rata lebih sedikit gol per pertandingan di bawah sang manajer asal Jerman (1,4) daripada yang mereka miliki di bawah manajer lain mana pun dalam sejarah Liga Primer.
Tim Manchester United ini benar-benar punya masalah besar di seluruh lini.
Dan, hanya ada sedikit waktu untuk berbenah, karena Brighton and Hove Albion akan tiba di Old Trafford pada Rabu (16/2) dini hari dan berpeluang untuk menghadirkan mimpi buruk lainnya.
Mungkin Anda bisa menebak bagaimana pertandingan itu akan berjalan jika melihat performa United dalam sepuluh hari terakhir...




