LIPUTAN RIZKAART CENDRADIPUTRA & ALVINO HANAFI DARI KUALA LUMPUR
Laga panas Asia Tenggara antara negara serumpun, yakni Malaysia versus Indonesia kembali digelar di Stadion Nasional Bukit Jalil (SNBJ), Kuala Lumpur, Selasa (19/11). Laga ini merupakan pertemuan kedua Indonesia dengan Malaysia di tahun ini, yang mana pada laga sebelumnya Harimau Malaya sukses mencakar Garuda di rumahnya sendiri, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, 5 September lalu.
Pertemuan Indonesia kontra Malaysia memang selalu diprediksi panas luar dalam. Selain pemain yang pastinya ngotot memperjuangkan gengsi bangsa, pun dengan kedua belah pihak suporter yang sangat fanatik dan tak jarang berakhir dengan gesekan yang menelan korban.
Dalam pertemuan terakhir di Jakarta, gesekan terjadi antara suporter Malaysia dengan suporter Indonesia. Penasaran dengan kelanjutan cerita dari duel panas itu, Goal Indonesia melakukan liputan secara langsung ke Kuala Lumpur, Malaysia, meskipun peluang timnas Indonesia untuk lolos ke babak selanjutnya kualifikasi Piala Dunia 2022 tipis.
Minggu (17/11), Goal Indonesia sudah tiba di Kuala Lumpur. Pesawat kami terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang, Banten, pada pukul 04.25 WIB, dan tiba di Malaysia pada pukul 07.30 waktu setempat.
Seperti penerbangan antarnegara lainnya, kami di Bandara Internasional Kuala Lumpur mesti melewati pemeriksaan imigrasi. Akan tetapi ada hal unik, saat diperiksa oleh petugas imigrasi setempat, yakni mereka sempat tersenyum sedikit merendahkan saat tahu bahwa kami punya tujuan ke Kuala Lumpur untuk hadir ke pertandingan sepakbola antara Malaysia vs Indonesia.
Entah kenapa mereka seperti itu, mungkin saja mereka sudah yakin kalau Malaysia akan menang atas Indonesia dan berpikir untuk apa jauh-jauh menonton. Tapi tak apalah yang penting kami lolos dan sudah boleh bilang "Malaysia kami datang!"
Sesudah lolos dari imigrasi, kami menuju pusat kota Kuala Lumpur. Ada banyak opsi transportasi dari bandara menuju kota paling sibuk di Malaysia itu seperti taksi, bus, atau kereta. Kami pun memilih kereta yang sebetulnya merupakan pilihan transportasi paling mahal di antara moda transportasi umum lainnya yang ada. Namun tidak mengapa, karena ini jadi pengalaman baru kami.
Kemudian kami naik kereta menuju Terminal Bersepadu Selatan di daerah Bandar Tasik Selatan dan tiba di sana sekitar pukul 10.00 atau "tengah hari" kalau kata orang Malaysia. Di sana kami dijemput oleh teman yang berencana membawa kami ke Batu Caves sambil menunggu waktu check-in di tempat kami menginap.
"Jom kita pergi!" begitulah kata teman kami, yang sebelumnya kami beri oleh-oleh jersey Persib Bandung. Sesampainya di Batu Caves kira-kira pukul 11.00, tempat ziarah Umat Hindu di daerah Selangor itu sudah padat dikunjungi wisatawan. Maklum, saat itu hari Minggu.
Melihat padatnya pengunjung dan banyaknya anak tangga yang mesti kami naiki bila ingin mengunjungi kuil Batu Caves, kami memutuskan untuk sekadar berfoto saja di area bawah berlatarkan patung emas Dewa Siwa yang terkenal itu. Setelah itu, kami pergi menuju tempat menginap yang tepat berada di seberang SNBJ.
Kami pun tiba di tempat menginap pada pukul 12.00. Panasnya cuaca di Kuala Lumpur, kira-kira 33 derajat celsius kala itu membuat kami tak tahan ingin mandi dan bersantai di bawah pendingin ruangan.
Kami istirahat sejenak karena pada pukul 15.00 sudah harus pergi lagi ke lapangan PKNS, tempat timnas Indonesia melakukan latihan. Sesampainya di Lapangan PKNS tepatnya di daerah Kelana Jaya, kami langsung bertemu beberapa suporter skuad Garuda yang menggunakan macam-macam jersey klub Liga Indonesia.
Timnas Indonesia pun tiba di Lapangan PKNS pukul 15.30 dan tak lama menggelar latihan, hujan deras disertai petir pun turun. Para pendukung yang menunggu timnas selesai berlatih juga masih setia. "jarang-jarang ketemu pemain favorit," begitu kata Iin, salah satu buruh migran asal Indramayu, Jawa Barat.
Selepas latihan, seperti biasa kami ingin melakukan wawancara dan pelatih Simon McMenemy pun jadi target utama. Kami berhasil menghampirinya, akan tetapi dia menolak mentah-mentah dan langsung melengos ke bus.
Tak habis akal, agar kedatangan kami tak mubazir, kami mencoba meliput pendukung timnas Indonesia yang hadir. Hasilnya sangat menarik, karena banyak dari mereka yang merupakan Tenaga Kerja Wanita yang tinggal jauh di pinggiran kota seperti Shah Alam dan Seremban.
Selepas bertugas, kami berfoto di Lapangan PKNS dengan latar belakang logo tim PKNS. Ada alasan menarik di balik itu, karena mantan klub Hamka Hamzah tersebut akan bubar dan menjadi feeder club dari Selangor FA pada musim depan. Selamat Tinggal PKNS!
Alvino Hanafi / GoalKegiatan hari pertama kami akhiri dengan pulang ke tempat menginap. Maklum, kami kurang tidur dan masih ada hari-hari esok di Kuala Lumpur yang membutuhkan energi.
Hari kedua, kami memulai aktivitas lebih siang yakni dengan menghadiri konferensi pers laga Malaysia vs Indonesia di Stadion Nasional Bukit Jalil yang jaraknya bisa ditempuh selama 10 menit berjalan kaki dari tempat kami menginap. Pada pukul 12.30, pelatih karteker Yeyen Tumena dan kapten tim, Yanto Basna, sudah bersiap menghadiri sesi jumpa pers.
Selanjutnya, Andritany Ardhiyasa dan kawan-kawan menjalani sesi latihan resmi di SNBJ pada pukul 16.00. Selepas official training, kami pergi bersama rekan-rekan jurnalis asal Indonesia lainnya untuk berwisata kuliner ke warung Nasi Lemak Antarabangsa di bilangan Kampung Baru, Kuala Lumpur.
Seusai mengisi perut dengan kudapan khas Malaysia itu, kami melanjutkan perjalanan ke Menara Kembar Petronas, serta ke Petaling Street yang disebut sebagai surganya belanja murah di Malaysia. Setelah itu, kami kembali ke tempat penginapan untuk beristirahat.
Tiba lah hari pertandingan. Suara sirine sudah terdengar dari tempat kami menginap dan itu menandakan kalau petugas keamanan juga sudah bekerja lebih awal.
Pagi hari sebelum menuju SNBJ, kami pergi ke suatu kedai untuk sarapan. Di sana, sang pemilik kedai langsung berpesan kepada kami. "Jangan berbuat gaduh," ucapnya. Mungkin sang pemilik kedai sudah tahu kami orang Indonesia.
Memasuki pelataran SNBJ pada pukul 15.00, pemandangan mulai disuguhkan dengan para penjual pernak pernik timnas. Tak hanya timnas Malaysia, ada juga pernak pernik untuk pendukung timnas Indonesia dan ini merupakan pemandangan yang tidak terlihat saat pertemuan pertama di Jakarta.
Alvino HanafiStadion Nasional Bukit Jalil sudah mulai ramai dan pendukung Indonesia yang diimbau untuk datang lebih dini sebelum pukul 16.00, berkumpul di depan pintu E. Para pendukung tim Merah Putih pun mulai bernyanyi-nyanyi sembari menunggu pintu masuk dibuka.
Di saat para pendukung timnas Indonesia bernyanyi-nyanyi, pendukung timnas Malaysia juga mulai berlalu lalang dan syukurnya tidak terjadi gesekan. Hal ini tentu berbeda dengan sambutan yang diterima suporter timnas Malaysia saat bertandang ke Jakarta.
Setelah lama "nongkrong" di depan pintu E, tibalah waktunya kami menuju media centre. Sambutan hangat kami dapatkan dari teman-teman media Malaysia.
Hal itu tak lepas karena kami, para awak media Indonesia menyambut baik mereka juga sebelumnya di Jakarta. Keadaan di ruang media sangat cair karena banyak juga wartawan asal Malaysia dan Indonesia yang sudah kenal sejak lama.
Di ruang media juga, kami bertemu dengan redaksi dari Goal Malaysia. Sontak, pembicaraan pun mengalir seputar sepakbola Malaysia dan Indonesia, dari mulai kisah pemain-pemain Indonesia di Selangor FA dan cerita Safee Sali yang pindah ke Pelita Jaya.
Pertandingan akhirnya dimulai pada pukul 20.45. Keadaan sudah panas karena kedua suporter sudah saling lempar chants dan menunjukan gestur menantang.
Saat laga berjalan, keributan yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Aksi lempar suar terjadi dibarengi dengan menyalanya bom asap.
Di akhir laga, Indonesia harus kembali kalah dari Malaysia. Momen paling gaduh terjadi saat Farizal Marlias menepis tembakan penalti Osas Saha, yang membuat satu stadion bergemuruh dan itu menurut kami merupakan gemuruh yang paling berisik sepanjang laga.
Alvino HanafiSelesai pertandingan, kami belum mendengar lagi adanya keributan antarsuporter. Kami pun coba mengunjungi toko kartun animasi Upin dan Ipin untuk membeli cenderamata.
Selesai membeli oleh-oleh dari toko Upin dan Ipin tiba-tiba terdengar suara perempuan berteriak sambil berlari. Ternyata mereka berlari ketakutan karena ada keributan antara pendukung Malaysia dan Indonesia.
Beruntung, petugas keamanan sekitar tempat kami berada mampu menjaga pendukung Indonesia dari serangan. Selepas itu, dengan perasaan was-was, kami pun memutuskan pulang pada pukul 01.00 dini hari, karena sebelumnya kami juga mendengar ada keributan antarsuporter di jalan menuju tempat kami menginap.
Syukurlah, kami bisa pulang ke tempat menginap dengan selamat. Dan tiba kembali di Tanah Air, pada siang hari.
