Goal Travel - Zadar ModricGoal x Getty

Kota Bersejarah Dengan Sunset Terbaik Di Dunia Zadar, Kroasia - Tempat Kelahiran Luka Modric

Luka Modric telah dikenal luas sebagai salah satu gelandang paling cemerlang di Eropa. Bersama Real Madrid, ia memenangkan 20 gelar, termasuk lima mahkota Liga Champions dan tiga La Liga.

Tetapi, bukan hanya gelar bersama klub saja yang ia punya. Pada 2018, itu tampaknya menjadi tahunnya Modric. Ia menyabet penghargaan Ballon d'Or, Pemain Terbaik Eropa versi UEFA dan Pemain Terbaik versi FIFA.

Di musim 2017/18, Modric berhasil membawa Los Blancos meraih gelar Liga Champions, Piala Super UEFA, Piala Dunia Antarklub dan Piala Super Spanyol.

Kini, Modric telah berusia 36 tahun tapi ia belum menunjukkan tanda-tanda penurunan, dan setelah ia menjadi pemain kunci Los Blancos meraih trofi Liga Champions, La Liga dan Piala Super Spanyol musim lalu, ia diganjar satu tahun perpanjangan kontrak hingga tahun depan.

Namun, ada satu pencapaian lainnya yang sangat membuatnya bahagia. Ya, final Piala Dunia 2018. Modric berhasil mengantarkan Kroasia mencapai partai puncak pesta sepakbola terbesar di dunia itu.

Meski harus kalah dari Prancis di final, Modric tetap menjadi pahlawan untuk negaranya karena membantu Vatreni mencetak sejarah setelah mencapai final Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Tapi, ia tidak hanya menjadi pemain penting Real Madrid atau pahlawan untuk negaranya saja, namun juga jadi pejuang untuk kota kelahirannya, Zadar.

LUKA MODRIC DAN ZADAR

Luka Modric lahir pada 9 September 1985 di Zadar, tepatnya di desa Modrici yang terletak di daerah pegunungan Velebit, yang saat itu masih menjadi bagian dari wilayah Yugoslavia.

Ia lahir dari seorang ibu bernama Radojka Dopud yang bekerja sebagai buruh pabrik pakaian, sementara ayahnya bernama Stipe Modric.

Kehidupan masa kecil Modric sangat keras, apalagi pada tahun 1991 pecahnya perang saudara ketika Kroasia berjuang untuk kemerdekaan mereka.

Modric kecil menghabiskan waktunya dengan pindah-pindah ke beberapa pengungsian, rumahnya di Modrici dibakar, dan bahkan, kakeknya, Luka Modric snr, ditembak mati oleh pemberontak Serbia.

Sejak kecil Modric memang hidup bersama kakeknya karena ayah dan ibunya bekerja di pabrik pakaian, dengan ia kerap membantu kakeknya menggembalakan domba - dan kematian sang kakek membuatnya sangat terpukul pada waktu itu.

Lalu jelang final Piala Dunia 2018, beredar video yang memperlihatkan Modric saat masih berusia enam tahun sedang menggembalakan domba.

Setelah meninggalnya sang kakek, Modric kemudian dibawa orang tuanya untuk meninggalkan Modrici dan mencari perlindungan di Hotel Kolovare di kota Zadar, sebelum pindah untuk mengungsi di Hotel Iz, yang juga masih terletak di kota tersebut.

Menghindari ranjau, mendengar ledakan bom hingga suara tembakan telah menjadi kebiasaan Modric sejak kecil, tetapi itu tidak menghalanginya untuk bermain sepakbola. Di tempat parkir hotel-lah dia pertama kali menendang bola. Modric kecil meliuk-liuk melewati mobil layaknya ia mengecoh pemain tim lawan nantinya.

Turnamen antarkamp pengungsian menjadi kompetisi pertama Modric setelah bergabung dengan klub kecil bernama NK Zadar.

Berkat turnamen yang membuatnya sedikit lupa dengan kengerian kehidupannya, ia akhirnya bertemu dengan Tomislav Basic, yang akhirnya menjadi ayah angkat Modric.

Dia kemudian mulai dikenal di kawasannya, tetapi hingga usianya memasuki 10 tahun, ia ditolak oleh banyak pelatih karena menganggap posturnya terlalu kecil dan terlihat lemah untuk tampil di sebuah pertandingan kompetitif.

Bahkan klub regional Dalmatia, Hajduk Split, juga menolak Modric mentah-mentah tanpa melihat penampilannya di lapangan. Tetapi, ayah angkatnya tidak menyerah.

Tomislav kemudian memanfaatkan koneksinya di Dinamo Zagreb untuk mengatur pertandingan persahabatan melawan NK Zadar, dan ia akhirnya direkrut oleh raksasa Kroasia itu pada 2001, ketika usianya 16 tahun.

luka modric kid zadar

Semenjak menimba ilmu di akademi Zagreb, kemampuannya semakin terasah dan ia kemudian melanjutkan kariernya di Tottenham Hotspur dan hingga kini sukses besar di Real Madrid.

Bagi banyak orang, dahulu mungkin Zadar hanyalah kota tertua di Kroasia yang kaya akan sejarah, namun berkat Modric, kini Zadar juga terkenal sebagai kampung halaman salah satu pesepakbola terbaik di dunia.

Berkat pencapaian Kroasia yang menembus partai final Piala Dunia 2018, pamor Zadar pun turut meningkat dengan popularitas Modric.

Satu tahun setelah Piala Dunia di Rusia, Zadar terkenal dengan sebutan 'Efek Piala Dunia'. Mural sang pahlawan di berbagai sudut kota, anak-anak kecil bermain sepakbola jalanan dan poster-poster Modric tersebar di seluruh penjuru kota.

Yang sangat menakjubkan adalah, para pelancong dari berbagai daerah di Kroasia, bahkan dari mancanegara, tidak akan bisa menemukan jersey ori timnas Kroasia dengan nama Modric serta no.10 di punggungnya karena sudah ludes terjual habis setiap stok baru diluncurkan di toko-toko di Zadar.

ZADAR DAN SEPAKBOLA

Zadar memang tidak terlalu terkenal dengan sepakbolanya, melainkan sejarah panjang perjuangan kota tersebut saat kemerdekaan Kroasia.

Di Zadar, klub lokal yang terkenal adalah NK Zadar, yang merupakan tim masa kecil Modric. Mereka bermarkas di Stadion Stanovi.

Tetapi setelah musim 2018/19 berakhir, NK Zadar, yang finis di urutan kedelapan di kasta kedua liga Kroasia, harus bubar karena bankrut.

Lalu, di akhir tahun 2019, HNK Zadar didirikan sebagai penerus NK Zadar, dengan mantan ketua NK Zadar Damir Knezevic ditunjuk sebagai presiden klub.

Sekarang, mereka tampil di kasta ketiga Liga Kroasia.

BAGAIMANA CARA KE SANA DAN DI MANA TEMPAT MENGINAP

Melihat dari Traveloka dan Tiket.com, tidak ada penerbangan langsung yang membawa Anda menuju ke Zadar. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena ada beberapa opsi yang bisa membawa Anda menuju ke Zadar.

Anda bisa memesan tiket penerbangan menuju ke salah satu dari tiga bandara internasional Kroasia, yakni Zagreb, Split atau Dubrovnik.

Penerbangan menuju ke Zagreb dan Dubrovnik lebih cepat karena penerbangan hanya akan transit satu kali, sementara di Split, Anda akan melakukan transit dua kali. Perjalanan menuju Dubrovnik dan Zagreb akan memakan waktu selama 16-27 jam, sementara penerbangan ke Split akan menghabiskan waktu selama 46-48 jam.

Jika Anda memilih opsi penerbangan ke Zagreb atau Dubrovnik, maka Anda akan transit ke Istanbul (TUR) atau ke Dubai (UEA). Sementara itu, penerbangan ke Split akan membawa Anda untuk transit terlebih dahulu di Doha (QAT) dan Roma (ITA).

Sesampainya di salah satu dari tiga bandara di Kroasia tersebut, Anda bisa melanjutkan perjalanan untuk menuju ke Zadar menggunakan pesawat atau kereta api. Perjalanan dari tiga bandara di Kroasia itu menuju Zadar akan memakan waktu 3-5 jam, tergantung moda transportasi apa yang Anda pilih.

Masalah transportasi sudah selesai, lalu bagaimana dengan akomodasi penginapan? Tenang, di Traveloka dan Tiket.com Anda juga bisa memesan hotel.

Anda bisa menekan biaya pengeluaran untuk menginap di hotel yang terletak di pinggir kota atau jika Anda tidak masalah dengan biaya maka Anda bisa memesan hotel mewah di pusat kota. Bahkan, Anda bisa memesan penginapan di hotel tempat pengungsian Modric dan keluarganya dahulu, yakni di Hotel Kolovare, sementara itu, Hotel Iz baru akan dibuka kembali pada bulan Juli tahun ini.

APALAGI YANG BISA DIKUNJUNGI

Mengingat Zadar adalah salah satu kota tertua di Kroasia, tentu saja bangungan-bangunan bersejarah di masa perjuangan menjadi yang paling terkenal di kota itu, seperti Katedral Zadar, Museum Arkeologi Zadar hingga Gereja St. Donatus.

Selain itu, ada juga Museum Kaca Kuno, Forum Roma, Gereja St. Mary, yang terdapat Museum Seni Gereja, dengan yang paling menarik adalah Emas dan Perak Zadar yang sudah ada sejak abad ke-11 yang bernama Nediljica.

Tetapi, Zadar bukan hanya soal bangunan bersejarah. Menurut Alfred Hitchcock, seorang sutradara terkenal asal Inggris, mengungkapkan bahwa Zadar adalah kota dengan "Sunset terbaik di dunia".

Anda bisa menikmati sunset terbaik di dunia itu dari beberapa tempat, seperti di Tembok Kota dan Gates, Alun-Alun Rakyat atau Taman Nasional Kornati. Tetapi, spot terbaik untuk menyaksikan sunset itu adalah di tempat yang bernama Greeting to the Sun atau masyarakat sekitar lebih mengenalnya dengan Il Saluto al Sole

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0