Ronald Koeman menyaksikan dari atas, berpakaian hitam. Itu adalah pemakaman lain untuk Barcelona yang tak bernyawa, ditembak mati oleh El Pistolero sendiri, Luis Suarez.
Pemain asal Uruguay itu tidak pernah tahu kapan akan sepenuhnya bisa melupakan Barca, dan meski pun menjadi bintang kemenangan Atletico Madrid, ia mengirim pesan lain kepada Koeman dengan selebrasi golnya.
Melihat ke tribune dengan berpose mengangkat telepon imajiner, Suarez mengingat peristiwa musim panas 2020, ketika dalam waktu kurang dari satu menit pelatih Belanda menelepon untuk memberi tahu bahwa dirinya tidak dibutuhkan lagi di Camp Nou.
Koeman menyampaikan keputusan yang dibuat oleh klub secara keseluruhan, memang ia menjadi pembawa berita buruk dan seandainya pelatih asal Belanda itu benar-benar ingin mempertahankan Suarez, ia mungkin akan menolak tugas kotor dari presiden Josep Maria Bartomeu saat itu.
Sebagai gantinya, dua pemain senegaranya yang dibawanya ke klub untuk menggantikan Suarez, Memphis Depay dan Luuk de Jong, tidak berdaya dan harus mengkakui kehebatan Suarez yang memberi assist kepada Thomas Lemar dai kemudian mencetak gol sendiri untuk menghadirkan kekalahan pertama bagi Barcelona di La Liga musim ini.
Meski memang bukan sepenuhnya keputusan Koeman untuk mendepak Suarez, ia menangani situasi transfer tersebut dengan buruk, seperti yang diungkapkan oleh sang penyerang secara langsung.
"Ia mengatakan kepada saya bahwa ia tidak bisa mengandalkan saya," kata pemain berusia 34 tahu itu. Suarez bertekad untuk membuktikan itu keliru, dan ia melakukannya dalam perjalanan mengantar Atletico menjadi juara musim lalu dan lagi-lagi pada Minggu (3/10) kemarin, dengan gol pertamanya melawan mantan timnya.
Pendepakan Suarez oleh Koeman menyoroti secuil masalah di dalam klub. Pelatih yang harus disalahkan, tetapi begitu juga klub. Keduanya bisa benar sekaligus.
Saat Barca kembali terkubur di Wanda Metropolitano, Koeman hidup kembali. Terlepas dari berita bahwa klub sedang mencari penggantinya, presiden Joan Laporta dan wakil presiden Rafa Yuste sama-sama mendukung sang pelatih dalam episode yang membingungkan.
Getty Images"Apa pun hasilnya, Koeman akan tetap sebagai pelatih," kata Laporta sebelum pertandingan, kendati sebelumnya sang presiden diyakini akan memecatnya.
Perang kata-kata yang berlangsung lama antara pelatih dan presiden telah menciptakan situasi sulit bagi Koeman sebagai pelatih, yang bahkan diakui Suarez sebelum pertandingan.
"Ada perang yang melukai para pemain," katanya kepada Diario Sport. Masalah Barcelona tidak dimulai dan diakhiri dengan Koeman. Mungkin ia adalah 'sopir' yang buruk bagi tim, tapi Barca sebagai mobil-nya memang jauh dari kata ideal sekarang ini.
Koeman dapat disalahkan atas kekurangannya dalam hal menerapkan taktik, karena gagal memaksimalkan potensi pemain seperti Frenkie de Jong, karena secara terbuka menyalahkan pemain ketika ia harus melakukannya secara tertutup, tapi memang bukan salahnya Lionel Messi pergi.
Getty ImagesKesalahan itu dapat dibagi antara mantan presiden Bartomeu, yang membuka jalan menuju kehancuran finansial, dan Laporta, yang membuat keputusan akhir bahwa Barcelona tidak mampu mempertahankan superstar asal Argentina itu dengan dalih berusaha menyelamatkan klub dari keterpurukan finansial.
Tanpa setir, Barcelona adalah mobil yang tidak bisa dikendarai. "Ini pertandingan pertama kami melawan Barca tanpa Messi," kata pelatih Atletico, Diego Simeone. "Permainan lain tidak jauh berbeda dengan yang satu ini, tapi sekarang Messi tidak ada di sana."
Koeman juga tidak beruntung karena badai cedera tim. Ia mengeluh karena satu-satunya pemain di klub yang mampu bersinar dalam situasi satu lawan satu dengan pemain musuh tengah cedera, yakni Ousmane Dembele dan Ansu Fati.
Pedri, gelandang andalannya, juga kelelahan setelah bermain untuk Spanyol di Euro dan Olimpiade Tokyo 2020, hingga sekarang cedera paha depannya kambuh.
Koeman juga gagal merekrut Georginio Wijnaldum karena ditikung Paris Saint-Germain, dengan gelandang asal Belanda itu merasa negosiasi dengan klub Prancis itu lebih lancar dan meyakinkan. Aspek keuangan adalah kuncinya, pindah ke Barca seperti harus melewati rintangan baginya, sementara PSG menggelar karpet merah untuknya.
Seperti yang diakui Laporta, Koeman layak mendapat pujian karena mengambil alih tim pada saat yang sulit. Sementara di sisi lain, ia juga secara tak langsung berperan sebagai 'pelindung' bagi manajemen sekarang ini meski mengorbankan reputasinya.
Laporta mungkin telah memutuskan bahwa tidak ada pelatih lain yang tersedia bisa menyelamatkan nasib klub, dan tiga pertandingan penting yang akan datang setelah jeda internasional - Valencia, Dynamo Kiev dan Real Madrid. Koeman memang bukan pelatih elite, tapi Barcelona juga harus sadar bahwa mereka bukan lagi klub elite.
"Inilah apa adanya kami, kami adalah kami," Gerard Pique mengakui di awal musim, dan setiap kali mereka kalah dalam pertandingan besar, itu semakin tidak mengejutkan. Prajurit seperti Suarez sudah lama pergi, tetapi masih menghantui dan menjadi pengingat bagi Barcelona tentang siapa mereka sekarang dan seberapa besar mereka dulunya.




