Liverpool fans Van Dijk GFXGetty/GOAL

Malangnya Liverpool - Patah Hati Gagal Juara, Dikecewakan UEFA Pula

Air mata akan mengering dan kemarahan akan mereda.

Tapi itu akan memakan waktu cukup lama.

Hari yang dimulai dengan harapan dan janji manis hanya berakhir dengan patah hati bagi Liverpool.

Nah, patah hati, amarah, kehilangan kepercayaan dan jengkel bukan main, jika Anda ingin menggambarkan suasana hati mereka sepenuhnya.

Diperlakukan dengan tidak adil di luar lapangan, mereka serasa dirampok. Gol babak kedua Vinicius Junior menjadi penentu hasil akhir final Liga Champions kali ini, dan memastikan bahwa untuk ke-14 kalinya, Real Madrid menjadi yang terbaik di Eropa.

Pada akhirnya, para pemain Liverpool tampak sangat kecewa. Mereka telah memberikan semua yang mereka miliki, tapi itu tidak cukup. The Reds begitu dominan sepanjang laga dan jika bukan karena penampilan heroik Thibaut Courtois di bawah mistar Madrid, hasil akhir pertandingannya bisa saja berbeda.

Tapi yang terjadi, perjalanan luar biasa mereka sepanjang musim berakhir di sini, di Paris dan dalam kekecewaan berat. Nyaris, tapi tidak sampai. Dunia sepakbola tingkat elite yang kejam, diringkas dalam paket 90 menit yang mendebarkan.

liverpool fan championsleague final(C)Getty Images

Bagaimana mereka bisa kalah, adalah pertanyaan yang hampir dipertanyakan oleh semua orang. Bagaimana mereka tidak bisa mencetak gol tentu menjadi topik obrolan. Courtois menjelma bak manusia super, menggagalkan upaya Mohamed Salah dan Sadio Mane di babak pertama, kemudian lagi-lagi peluang Salah dalam tiga kesempatan di babak kedua. Setiap penyelamatannya berbeda, namun masing-masing terbukti krusial.

Salah sendiri mencatatkan enam tembakan, lebih banyak yang pernah dilakukan siapa pun di final Liga Champions, tapi ia dan Liverpool tidak mampu menaklukkan kiper Belgia itu.

Suporter mereka, sementara itu, merasakan betapa buruknya UEFA dalam mengorganisir acara sepakbola besar, dan betapa tidak simpatiknya polisi Prancis terhadap mereka yang bertandang dari Inggris.

Apa yang terjadi di luar stadion seharusnya mempermalukan pihak berwenang, membutuhkan penyelidikan segera - dan menyeluruh.

Bagaimana kita bisa berakhir dengan situasi seperti ini, dengan kick-off pertandingan terbesar di klub sepak bola tertunda lebih dari setengah jam, karena ratusan penggemar Liverpool terjebak di luar, menunggu di belakang gerbang yang terkunci?

Bagaimana kita sampai pada titik di mana para penggemar itu, dengan tiket yang sah, kemudian diserang dengan gas air mata dan semprotan merica, dan kemudian, secara konyol tapi tidak mengejutkan, diangkat sebagai penyebab masalah oleh UEFA.

Di dalam stadion, orang-orang diberitahu bahwa kick-off ditunda karena adanya fans yang terlambat memasuki stadion. Pemberitahuan itu tidak menggambarkan fakta seutuhnya dan bisa diprediksi seperti itu, terang-terangan untuk mengalihkan kesalahan dari mereka yang pantas mendapatkannya. Penyelenggara yang gagal mengorganisir acara dengan baik, menyalahkan suporter atas kelalaian mereka.

Para penggemar di luar mengatakan yang sebenarnya kepada kami, dan kami harus mendengarkan mereka. Bukan soal mereka terlambat datang ke stadion, bukan karena adanya perilaku buruk atau semacamnya dari mereka. Yang ada para suporter diperlakukan tidak sepantasnya ketika hendak menonton final Piala Eropa. "Tidak dapat diterima" kata Liverpool dalam sebuah pernyataan, yang juga menyerukan penyelidikan formal atas insiden di luar lapangan tersebut.

Tanggapan UEFA adalah menyalahkan "tiket palsu" untuk masalah tersebut, sekali lagi mencoba untuk menyalahkan sisi suporter, yang banyak di antara mereka terpaksa melewatkan sebagian atau seluruh jalannya pertandingan dengan beberapa malah pulang lebih awal. Malam dan akhir pekan mereka hancur bahkan sebelum Real Madrid memberikan mimpi buruk.

Tak perlu jauh-jauh mencari kebenaran. Anda dapat membacanya di akun para pendukung, tetapi jika Anda mau, Anda dapat melihat kembali melalui tweet Gary Lineker dan Kelly Cates. Anda bisa bertanya kepada saudara laki-laki Joel Matip, Marvin, yang terjebak dalam kekacauan bersama istrinya yang sedang hamil, atau legenda Liverpool Robbie Fowler, yang menghabiskan sebagian besar babak pertama di luar lapangan, mencoba membantu saudara laki-laki dan putranya.

Liverpool-tear-gasGetty

Bagaimana dengan pemilik Liverpool Mike Gordon, yang juga menyaksikan langsung insiden itu. Para karyawan Liverpool lainnya juga mengalami. Seorang reporter dari Associated Press diseret ke dalam kekacauan dan disuruh menghapus rekaman video apa pun yang ia rekam di ponselnya karena jika tidak akreditasinya akan dicabut.

Para wartawan ada di sana untuk menyaksikan itu semua. UEFA dapat mengeluarkan pernyataan sebanyak yang mereka suka, tetapi ini tahun 2022, di mana semuanya terlihat dan bisa ditelusuri di media sosial. Mereka, dan pihak berwenang Prancis, memang seharusnya bertanggung jawab.

Ada pun para penggawa Liverpool, mereka hanya bisa merenungkan apa yang telah terjadi. Setelah gagal meraih titel Liga Primer Inggris akhir pekan lalu, sekarang harus kembali merasakan kekecewaan di final Liga Champions.

Mohamed Salah Liverpool Real Madrid Champions League final 2022Getty Images

Sudah ada rencana untuk menggelar parade kemenangan di Merseyside pada Minggu (29/5) ini, dan meski pun mereka pantas mendapatkan apresiasi dan dan pujian yang akan diberikan oleh para pendukung mereka, tentu hal itu akan sulit untuk diterima oleh Jurgen Klopp dan anak asuhnya.

Mereka akan bangkit, itu pasti. Mereka sangatlah bagus untuk tidak bisa mewujudkannya. Musim mereka akan dinilai dengan begitu detail dalam beberapa hari mendatang dan harus siap menerima kritikan yang telah disiapkan oleh para pandit meski faktanya performa mereka begitu luar biasa musim ini.

Satu poin lagi, satu gol lagi, mungkin dengan adanya satu kiper lawan yang tidak brilian seperti kali ini, mereka bisa menuliskan sejarah yang berbeda.

Jadi, sekarang mereka harus puas dengan perolehan Piala FA dan Piala Liga. Pencapaian yang sudah sangat bagus di tengah betapa impresifnya performa mereka sepanjang kampanye kali ini.

Butuh sedikit waktu bagi mereka untuk bisa membanggakan prestasi tersebut.

Paris adalah kota cinta, tapi membuat Liverpool dan segenap pendukungnya pata hati. Mereka jelas tidak akan bisa dengan mudah melupakan apa yang terjadi di sana.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0