HIC_MO_SALAH_16-9Getty

Liverpool Memble, Apa Yang Salah Dengan Mohamed Salah?

Jika sebuah wajah bisa meringkas frustrasi tim, itu adalah wajah Mohamed Salah di Naples pada Kamis (8/9) dini hari WIB.

Bintang Liverpool asal Mesir itu tidak pernah suka digantikan di tengah permainan. Ia membencinya, pada kenyataannya, ia diganti saat laga masih tersisa setengah jam dan timnya tertinggal 4-1 dari Napoli.

Tapi segalanya tidak berjalan dengan benar di Anfield saat ini, dan bahkan sekelas Salah sampai kewalahan untuk membawa The Reds bangkit dari rangkaian hasil buruk hingga kehilangan kepercayaan diri.

Dengan dua gol dalam tujuh pertandingan kompetitif pertamanya - tanpa menghitung Community Shield - ini adalah awal terburuknya, dalam hal mencetak gol, untuk satu musim sejak bergabung dengan Liverpool pada 2017. Dalam dua musim sebelumnya, sebagai perbandingan, Salah telah mencetak enam gol dalam kurun waktu yang sama.

Tak mengherankan, prospek untuk meraih Sepatu Emas lainnya - yang akan menjadi keempat baginya dalam enam musim terakhir - mulai tampak susah diwujudkan, dengan Erling Haaland sudah mencetak dua digit gol dan rata-rata membobol gawang lawannya setiap 49 menit. Salah, sebaliknya, rata-rata satu setiap 270 menit.

Namun, bukan ia saja yang harus disalajkan atas masalah Liverpool. Sebaliknya, ia adalah korban dari sebuah tim yang jelas-jelas telah kehilangan arah, dalam hal struktur, organisasi, energi, dan hal-hal lain di antaranya. Ia mungkin merupakan salah satu pemain terbaik di dunia, namun terlihat sangat kesulitan belakangan ini.

Jurgen Klopp mengatakan setelah timnya dihajar Napoli, bahwa anak asuhnya perlu menemukan jati diri mereka, namun dalam kasus Salah, ini lebih penting tentang kembali ke kebiasaan lama daripada memulai yang baru. Jika Liverpool bisa membuatnya kembali bersinar, maka yang lainnya bisa mengikuti.

Jadi bagaimana yang harusnya mereka lakukan? Kuncinya tidak hanya terletak pada kembalinya Thiago Alcantara, yang seharusnya menambah kontrol dan nous ke lini tengah kehilangan keduanya sepanjang musim ini, tapi juga pada Darwin Nunez, sosok yang seharusnya menjadi tumpuan serangan baru Liverpool.

Masalah yang ada tampak pelik sejauh ini, namun ada tanda-tanda menjanjikan dalam hubungan antara Salah dan Nunez, singkatnya, itu terlihat saat lawan Manchester City di Community Shield pada akhir Juli, dan sekali lagi di Fulham dalam pertandingan pembuka Liga Primer seminggu kemudian.

Dalam dua pertandingan tersebut, mereka mencetak gol dan saling bahu membahu di lini depan, dengan kehadiran Nunez di kotak penalti menghadirkan semacam kepanikan bagi pertahanan lawan, belum lagi membuka ruang yang bisa dimaksimalkan oleh Salah.

Mohamed Salah Darwin Nunez Liverpool 2022-23Getty

Jelas bahwa sistem serangan Liverpool berubah. Kepergian Sadio Mane adalah berita utama musim panas ini, tetapi signifikansi yang sama atau mungkin lebih besar adalah perpindahan dari sistem yang sangat bergantung pada keterampilan unik Roberto Firmino sebagai No.9 yang menonjol sebagai striker penekan pertahanan lawan.

Pemain Brasil itu mengingatkan akan keterampilan tersebut dalam beberapa pekan terakhir, dan masih ada perasaan bahwa sepakbola terbaik dan paling kohesif Liverpool datang ketika Firmino tampil dalam bentuk terbaiknya. Tapi jelas, bahwa Nunez, Luis Diaz dan Diogo Jota adalah masa depan serangan Liverpool dan ada transisi untuk itu, dan mereka juga harus memperhitungkan dampak pada pemain lama seperti Salah, belum lagi bek sayap Trent Alexander-Arnold dan Andy Robertson.

Pekan lalu, setelah bermain imbang tanpa gol di kandang Everton, ada gagasan bahwa seharusnya Klopp memainkan Salah di posisi yang lebih melebar, namun sang manajer menolaknya.

"Saya tidak tahu apa yang Anda lihat di sana," kata Klopp. "Saya tidak berpikir, di musim ini, Mo terlalu sering bermain melebar."

"Kami ingin memiliki Mo, dan kami selalu memiliknya, di posisi sentral."

Tidak ada keraguan bahwa performa Salah menurun menjelang paruh kedua musim lalu, ketika ia hanya mencetak empat gol dalam 20 penampilan terakhirnya, dan mudah untuk mengatakan bahwa tren itu terus berlanjut musim ini.

Salah biasanya memimpin daftar pencetak gol terbanyak di liga, namun saat ini malah tertinggal dari nama-nama seperti Anthony Gordon dan Rodrigo Moreno, belum lagi Haaland atau Harry Kane. Ia bahkan belum memiliki lebih dari satu tembakan tepat sasaran dalam satu pertandingan, dengan "expected goal" (xG) hanya 2,78, dengan hampir setengahnya terjadi dalam pertandingan melawan Bournemouth, ketika ia entah bagaimana gagal mencetak gol atau bersinar dalam rekor kemenangan 9-0.

Mohamed Salah Liverpool 2022-23Getty

Sejauh ini belum ada anggapan - yang harusnya memang tidak ada - bahwa kontrak baru senilai £350.000 per pekan uang ia tandatangani pada Juli lalu membuat Salah berpuas diri atau berubah sikap. Salah, yang telah menyatakan keinginannya untuk “memecahkan setiap rekor” di Liverpool, sama sekali tidak memiliki karakter seperti itu, dan klub tidak memiliki kekhawatiran apa pun atas fokus, profesionalisme, atau etos kerjanya saat latihan. Ia tetap menjadi pembawa standar klub dalam hal itu.

Yang diyakini sebaliknya, adalah bahwa masalah penurunan Liverpool saat ini hanya sementara, bahwa kembalinya Jota dan Nunez, serta Thiago akan bisa mengembalikan stabilitas klub terutama di lini tengah, yang berarti tidak lama lagi bisa kita akan bisa menikmati lagi kegemilangan Salah.

Dan begitu hal tersebut tercapai, langit di atas Anfield akan terlihat jauh lebih cerah daripada akhir-akhir ini.

Iklan