Lionel Messi Argentina 2022 World Cup HIC 16:9Getty

GOAT Dilarang Banyak Alasan, Leo! Messi Harus Selamatkan Argentina - Dan Warisannya Di Piala Dunia

Tata Martino tahu betul ia berada di posisi yang sangat uni.

"Saya tahu di mana saya dilahirkan," ucap pelatih timnas Meksiko itu kepada wartawan menjelang laga monumental versus tanah airnya, Argentina, Minggu (27/11) dini hari WIB.

"Sini saya kasih tahu tahun, nama rumah sakit, sampai kode pos kotanya. Tapi saya harus melakukan segala cara agar Meksiko menang."

Dan, untuk melakukan itu, ia harus menghentikan Lionel Messi, sosok yang pernah ia latih di Barcelona.

"Pesepakbola terbaik dalam 15 tahun terakhir," kata Martino soal Messi. "Menghentikannya... biasanya karena dia sedang main jelek saja alih-alih karena lawan memang bisa menghentikannya."

Haram hukumnya Messi main jelek di Stadion Lusail dini hari besok. Warisan Piala Dunia-nya dipertaruhkan.

Tak boleh banyak alasan. Boleh dibilang bahwa ini tim terbaik - atau paling tidak yang paling bersatu - Argentina yang pernah ia bela.

Mereka tiba di Qatar berbekal 36 laga tak terkalahkan. Rekor sepanjang masa sepakbola internasional (37, dipegang Italia) berada dalam jangkauan.

Tapi yang ada, mereka membuka kampanye Piala Dunia dengan kekalahan 2-1 di tangan Arab Saudi – tim yang berada 48 posisi lebih rendah daripada Albiceleste di peringkat FIFA.

Bicara soal kejutan, pertandingan tersebut jelas layak didapuk sebagai salah satu yang terbesar dalam buku sejarah Piala Dunia.

Lionel Scaloni mengaku anak asuhnya "terluka", hanya mampu duduk dalam keheningan di ruang ganti.

Mereka bukan satu-satunya yang kesulitan memproses kekalahan itu. Satu jurnalis Argentina terlihat banjir air mata di zona media pasca-laga.

"Hari yang sedih," aku Scaloni.

Padahal segalanya dimulai dengan sangat baik: Messi menebus dosa kegagalan penaltinya di laga pembuka Argentina kontra Islandia di Piala Dunia 2018 dengan mengeksekusi tendangan titik putih tanpa cela.

Namun setelah itu, mereka gagal memahami kualitas garis tinggi pertahanan Arab Saudi, tigal 'gol' babak pertama pun dianulir karena offside. Lalu, mereka harus membayar mahal, dengan Arab Saudi menciptakan kejutan seismik berkat gol sumbangan Saleh Al-Shehri dan Salem Al-Dawsari.

"Sulit untuk memahaminya karena dalam empat-lima menit, mereka mencetak dua gol," sesal Scaloni yang terang-terangan terguncang. "Kalau tidak salah itu satu-satunya tembakan akurat mereka."

Peragu boleh bilang Saudi beruntung, tapi tak ada yang bisa memungkiri bahwa Argentina gagal total merespons kesulitan di depan mata.

Begitu banyak pemain yang underperform. Di ITV, bekas kapten Manchester United Roy Keane terheran-heran melihat buruknya penampilan Angel Di Maria, sementara Cristian Romero begitu buruk sampai-sampai ia ditarik di babak kedua.

Namun yang paling horor adalah lini tengah, di mana Leandro Paredes dan Rodrigo De Paul tampil persis sesuai ekspektasi yang dibebankan ke mereka: dua pria yang tak bermain reguler musim ini.

Ini memang tidak mengejutkan, tapi pada akhirnya Messi yang paling banyak dihujani kritik di media sosial.

Statusnya sebagai GOAT dihina-dina. Putra Diego Maradona sampai turun gunung, menyebut orang-orang yang membandingkan Messi dengan sang ayah adalah mereka yang tak paham sepakbola.

"Perbandingan antara Messi dan ayah saya dilontarkan oleh orang-orang yang tak melihat dan tak memahami sepakbola," ucap Diego Junior di Radio Marte. "Dua planet berbeda, bos."

Tentu saja dia agak bias dan kehebatan Messi tak semestinya diukur lewat satu laga dalam satu turnamen saja – tak tak bisa dipungkiri bahwa warisannya di Piala Dunia bakal ternoda jika tersingkir secara memalukan di ronde pertama turnamen terakhirnya.

Namun belum ada yang berani mengklaim Messi di Piala Dunia sudah tamat. Bahkan Diego Junior sekalipun.

"Saya tidak mengesampingkan Messi bisa bangkit," imbuhnya. "Terkadang di sepakbola hal-hal seperti ini terjadi, yakni kalah melawan musuh yang bahkan jauh lebih lemah."

"Kalau Anda gagal mengakhiri laga, bahkan tim-tim terburuk pun akan menyerang Anda."

Argentina harus membayar mahal karena berkali-kali terjebak offside kontra Arab Saudi, dan mereka harus bisa jauh lebih presisi melawan Meksiko, dan bukan cuma dalam timing pergerakan mereka, tapi juga dalam menembak.

Pasalnya mereka akan menghadapi kiper yang selalu menjelma menjadi perkawinan Lev Yashin dan Dino Zoff tiap kali Piala Dunia digelar – Guillermo Ochoa.

Dan, kabar buruk untuk Argentina, setelah meraih satu poin krusial untuk negaranya versus Polandia dengan menepis penalti Robert Lewandowski, Ochoa kini mengaku tak sabar menghadapi Messi.

"Leo punya sihir, ia bisa saja tak melakukan apa-apa tapi di menit selanjutnya ia menyelesaikan masalah dan mencetak gol," jelas Ochoa. "Tapi ini akan menjadi tantangan yang menyenangkan."

"Ini akan sangat sulit tapi tak ada panggung yang lebih baik daripada Piala Dunia untuk menghadapi salah satu pemain terbaik dalam sejarah, jika bukan yang terbaik."

Namun bagi sebagian orang, Messi memang tak pernah memiliki momen magis Piala Dunia, yang dimiliki oleh legenda-legenda sepakbola lainnya dalam CV mereka.

Ingat, peraih tujuh Ballon d'Or ini belum sekalipun mencetak gol di babak gugur, dan Argentina kini bahkan terancam tak lolos ke 16 besar di Piala Dunia Qatar 2022.

Memang, tak adil jika beban ini dipikul satu orang. Baik Scaloni maupun Messi sendiri berkata bahwa Argentina harus tetap bersatu, apalagi sekarang.

Mereka harus bertanggung jawab secara kolektif atas situasi mengejutkan yang menimpa mereka, dan bekerja sama agar bisa keluar dari kesengsaraan ini.

Namun sang kapten jelas-jelas harus tampil sebagai teladan kontra Meksiko. Ada kasak-kusuk bahwa Messi tak sepenuhnya fit, bahwa ia kesulitan latihan gara-gara cedera ringan.

Tapi Scaloni berkata La Pulga baik-baik saja, secara mental maupun fisik.

Tak ada toleransi, Messi harus bisa menampilkan permainan terbaiknya; memang begitulah sepakbola sekarang, sukar diprediksi dan tak kenal ampun. Lagian, GOAT mana yang tersingkir di ronde pertama?

Maka, bencana atau berjaya, semuanya di pundak Messi. Dia harus menyelamatkan Argentina - dan warisannya di Piala Dunia.

Giliranmu, Leo...

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0