Asamoah Gyan - Pemain TerlupakanGoal

Lika-Liku Karier Asamoah Gyan: Rela Tinggalkan Kemapanan Eropa Demi Fulus

Tidak banyak pemain sepakbola yang mengalami patah hati sebanyak yang dialami oleh Asamoah Gyan.

Kegagalan penalti Gyan di Piala Dunia 2010 adalah tipe rasa sakit hati yang tidak banyak dirasakan oleh kebanyakan pemain. Ghana bisa saja melangkah ke semi-final Piala Dunia untuk pertama kalinya dalam sejarah apabila penaltinya masuk, menjadi negara Afrika pertama yang melakukannya.

Tapi penaltinya di perpanjangan waktu gagal, Ghana pun kalah 4-2 dari Uruguay melalui drama adu penalti. Gyan bisa pulang sebagai pahlawan, tapi yang terjadi sebaliknya, namanya seolah-olah terlupakan sejak saat itu.

Sebenarnya, sorotan dalam perjalanan karier Gyan bukan itu saja. Petualangannya sebagai pemain sejak memulai kiprahnya memang kerap diwarnai lika-liku yang kadang sulit dipahami.

Gyan mungkin bukan pemain Ghana pertama yang bermain di Serie A, tapi setidaknya ia salah satu yang pertama mencuat di usia muda, pindah ke Udinese saat berusia 20 tahun pada 2003.

Sangat percaya diri, seperti yang Anda harapkan dari seseorang yang berada di antara pencetak gol terbanyak di papan atas Ghana saat remaja, kemampuannya untuk mempermalukan bek dan menciptakan peluang dari nol sangat ideal untuk tim sekelas Udinese di Italia.

Beberapa kali Gyan tampil memukau bersama Udinese dan ketika sempat dipinjamkan ke Modena, mencetak gol-gol indah, namun sayangnya dewi fortuna tidak menyertainya karena cedera menghantuinya dan ia perlu menghidupkan lagi kariernya di tempat lain.

Pada 2008 ia pindah ke Prancis, membela Rennes dan bertahan selama dua musim sebelum direkrut Sunderland yang kala itu bermain di Liga Primer Inggris.

Di dua klub berbeda itu, statistik Gyan selalu mampu menembus dua digit gol. Tidak hanya itu saja, gol-golnya sangat penting bagi tim, 13 golnya bagi Rennes mewakili 25% dari gol tim musim itu, sementara 10 golnya untuk Sunderland juga hampir sama.

Meski menunjukkan pengaruh besar bagi klubnya, akan tetapi karier Gyan di Inggris tidak berlangsung lama. Di Sunderland, ia lebih dikenang dengan caranya meninggalkan klub ketimbang prestasinya.

Gyan meninggalkan Sunderland pada 2012, saat berusia 26 tahun, umur keemasan bagi para pesepakbola... dan klub yang ditujunya adalah Al Ain di Uni Emirat Arab (UEA).

Tak ayal, banyak publik khususnya fans Sunderland menudingnya mata duitan karena hengkang dari Inggris demi bermain di negara Asia Barat itu bukan dipandang sebagai langkah ideal jika tolok ukurnya kualitas, melainkan hanya mengejar gaji mewah, empat kali lipat lebih besar.

Setelah itu, nama Gyan sepertinya memang benar-benar terlupakan karena praktis kariernya memang hanya berkutat sebatas di level Asia saja.

Shanghai SIPG di Tiongkok, klub UEA lainnya Al Ahli Dubai dan bahkan tim India, NorthEast United menjadi pelabuhan berikutnya. Ia tak pernah bisa menemukan jalan untuk kembali ke panggung Eropa.

Kini, di usianya yang ke-35, Gyan pulang kampung ke Ghana untuk menghabiskan masa-masa bermainnya bersama Legon Cities FC.

Iklan
0