Jika Anda telah mengikuti sepakbola Italia selama sebulan terakhir, hanya ada satu pemain yang layak dibicarakan: Dusan Vlahovic.
Juventus mengejutkan dunia sepakbola dengan memboyong Vlahovic dari Fiorentina di akhir jendela transfer Januari, membayar €75 juta untuk membawanya ke Allianz Stadium.
Pemain internasional Serbia ini juga tidak membuang banyak waktu untuk unjuk gigi bersama Bianconeri, mencetak empat gol dalam tujuh penampilan pertamanya, termasuk gol pertamanya di Liga Champions hanya dalam 32 detik dalam debutnya di turnamen tersebut.
Vlahovic, oleh karena itu, diyakini bakal mendominasi Serie A untuk tahun-tahun mendatang, namun AC Milan berharap ia bukan satu-satunya striker Serbia yang direkrut pada Januari kemarin yang bisa memenuhi ekspektasi itu.
Saat transfer Vlahovic ke Juve menjadi berita utama, Milan menuntaskan perekrutan senilai €4 juta untuk striker remaja Red Star Belgrade, Marko Lazetic.
Meski pun pemain berusia 18 tahun itu tidak direkrut dengan ekspektasi dampak yang sama seperti Vlahovic, ada harapan bahwa Lazetic bisa mengikuti jejak rekan senegaranya, mengingat mereka berdua pindah dari Serbia ke Italia pada usia yang sama.
Terlepas dari ketergantungan mereka terhadap faktor keberuntungan yang bisa membuat Milan bisa merengkuh Scudetto pada Mei mendatang, Rossoneri sangat menyadari bahwa mereka tengah melakukan proses pembangunan kembali tim.
Kedatangan Lazetic hanyalah tanda terbaru bahwa mereka ingin berkembang dari dalam dengan memproduksi atau merekrut talenta muda untuk suatu hari nanti menggantikan mereka yang saat ini menjadi andalan di starting line-up.
Biaya yang mereka bayarkan untuk Lazetic, mengingat usianya, menunjukkan bahwa Rossoneri melihatnya sebagai pengganti jangka panjang yang potensial untuk Zlatan Ibrahimovic, dan mudah untuk mengetahui alasannya.
Secara fisik mengesankan tetapi dengan sentuhan pertama yang luar biasa, Lazetic memiliki keunggulan dalam memberikan kontribusi untuk proses perancangan serangan karena ia gemar berada di dalam kotak penalti, dan sudah menguasai kemampuan untuk melakukan penyelesaian akhir.
Ibrahimovic, yang sudah terbukti kapasitasnya, adalah salah satu pahlawan bagi Lazetic bahkan sejak sebelum pindah ke Milan, dan belajar langsung dari sang pemain internasional Swedia yang legendaris tentu akan menguntungkan baginya.
Bermain bersama pemain hebat seperti itu adalah langkah terbaru dalam perjalanan yang dimulai di kota asal Lazetic, Beograd, di mana dengan cepat menjadi jelas dalam akademi Red Star ada talenta baru yang muncul.
Ia dengan cepat mentas dari skuad usia muda ke tim utama, membuat debutnya ketika berusia 16 tahun pada November 2020, sebelum ia dipinjamkan ke tim divisi dua Serbia, Graficar Belgrade, tiga bulan kemudian.
Di sanalah Lazetic pertama kali mendapatkan pengalaman sebagai pemain reguler, memainkan 14 pertandingan sembari mencetak empat gol profesional pertamanya.
Sekembalinya ke Red Star pada awal musim 2021/22, ia menjadi pilihan reguler untuk raksasa Serbia, dan meski pun hanya mencetak satu gol dalam 15 pertandingan, ia cukup memikat perhatian Milan dan Red Bull Group, karena RB Leipzig dan Red Bull Salzburg juga dikaitkan dengan rumor transfernya.
Pindah ke Italia selalu akan disukai oleh Lazetic, bagaimana pun, mengingat hubungannya dengan manajer Red Star, dan mantan bintang Inter Milan dan Lazio, Dejan Stankovic.
Sebelum menjadi pelatihnya, Stankovic pertama kali bertemu Lazetic sekitar satu dekade sebelumnya.
"Itu adalah hari ulang tahun saya, dan sebagai hadiah, orang tua saya membawa saya ke Milan untuk menonton derbi antara Milan dan Inter," kata Lazetic kepada Kurir.
"Itu adalah hadiah yang indah bagi saya, karena Stankovic adalah panutan saya ketika saya masih muda dan saya ingin bertemu dengannya."
"Karena paman saya Nikola mengenal Stankovic dengan baik, saya memiliki kesempatan untuk berfoto dengannya. Saya tidak dapat membayangkan bahwa suatu hari ia akan menjadi pelatih saya di Red Star."
Nikola Lazetic, paman Marko, mengenal Stankovic melalui karier sepakbolanya, setelah bermain bersamanya di Lazio, juga di Red Star dan tim nasional Serbia.
Sepakbola sudah mendarah daging di keluarganya, dengan saudara laki-laki Nikola, Zarko, mantan pemain profesional dan saat ini menjabat sebagai manajer tim papan atas Serbia FK TSC.
Marko, bagaimana pun, yang tampaknya akan lebih mencuat ketimbang kedua pamannya.
Ia adalah pemain yang penuh kepercayaan diri, digambarkan dengan mengenakan kaus No.22 di Milan yang selalu diasosiasikan oleh para penggemar dengan Kaka – meski pun ada kalanya emosinya meluap.
Itu adalah sesuatu yang bisa dilatih darinya di San Siro, namun Stefano Pioli dan stafnya juga ingin ia meningkatkan fisiknya sehingga ia bisa siap untuk melakukan debutnya sebelum musim berakhir.
Ia sudah berada di bangku cadangan dalam tiga pertandingan sejak kedatangannya, dan memberinya kesempatan bermain sekarang hanya tinggal masalah waktu.
Vlahovic baru mungkin akan segera muncul di Serie A.


