Jurgen Klopp Liverpool 2022-23 HIC 16:9Getty

Analisis Mengapa Jurgen Klopp Tidak Dipecat Meski Liverpool Alami Krisis

Jurgen Klopp bahkan tidak perlu bekerja keras untuk terus mendapatkan kepercayaan tersebut. Bagaimana bisa?

Musim ini adalah musim yang menegangkan bagi manajer Liverpool, dan pertunjukan horor terbaru timnya, kekalahan 3-0 di Brighton yang menyedihkan seperti ditunjukkan dengan skor akhir membuatnya memeras otak dalam konferensi pers pascapertandingan.

"Saya tidak yakin apakah itu karena hanya beberapa menit sejak pertandingan, tapi sejujurnya saya tidak ingat pertandingan yang lebih buruk," katanya. "Dan maksud saya dalam semuanya [karier saya], tidak hanya di Liverpool."

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Beberapa orang yang berada di Amex Stadium pada Sabtu (14/1) mungkin tidak sependapat – meski pun kekalahan di Watford pada 2015 dan 2020, kekalahan 7-2 di Aston Villa beberapa tahun yang lalu, atau salah satu dari enam kekalahan beruntun di Anfield selama 'musim pandemi' sebenarnya lebih buruk.

Maka, tidak mengherankan bahwa Klopp memuji pendukung Liverpool setelah pertandingan. Ia tahu dirinya membutuhkan mereka sekarang.

Perlu dicatat bahwa tribune tandang hampir separuhnya kosong pada saat para pemainnya, yang dipimpin oleh Harvey Elliott dan Andy Robertson, menghampiri Kopites seusai laga dengan maksud meminta maaf.

Beberapa pemain lainnya, seperti Mohamed Salah dan Naby Keita, tidak ambil pusing, langsung menuju terowongan stadion. Robertson menutupi wajahnya dengan putus asa, saat Alisson Becker meneriakkan namanya.

Pemain Brasil itu, terlihat terbebas dari kritikan yang ditujukan kepada rekan-rekan satu timnya di Pantai Selatan.

Klopp, sementara itu, menyampaikan permintaan maaf kepada mereka yang telah melakukan perjalanan 10 jam pulang pergi dari Merseyside, menggenggam kedua tangannya dan menundukkan kepala.

"Mereka luar biasa, sejujurnya," katanya kemudian. "Mereka menyadari ini bukan hari kami, dan mereka menunjukkan bahwa mereka adalah pendukung sejati."

Ini adalah preseden yang buruk, bagi Liverpudlians. Kegembiraan musim lalu, yang membuat mereka menyaksikan tim yang hampir mencetak sejarah, sekarang tinggal kenangan.

Pasukan Klopp berada di urutan kesembilan Liga Primer, di bawah Fulham, Brighton dan Brentford dan lebih dekat ke dasar klasemen daripada papan atas.

Mereka cuma bisa meraih delapan poin dari sembilan pertandingan tandang di liga, mereka tersingkir dari Piala Carabao dan harus memenangkan pertandingan ulang yang sulit di Wolves pekan ini untuk menjaga peluang mereka melaju lebih jauh di Piala FA tetap terbuka.

Masalahnya, tidak akan ada banyak suporter yang bepergian ke Molineux dengan optimisme, mengingat hasil tim baru-baru ini.

Tekanan meningkat, dengan Klopp harus memutar otak untuk mencari jawaban atas merosotnya performa timnya secara drastis dibandingkan musim lalu, dan dengan kebutuhan akan pembelian pemain baru terutama untuk lini tengah, semakin terbukti jelas.

Di beberapa klub - Chelsea, misalnya - posisi manajer akan berada dalam sorotan, tapi hal itu kecil kemungkinannya terjadi di Liverpool, di mana Klopp mempertahankan dukungan tegas dari pemilik klub.

Memang demikian, mengingat prestasinya yang luar biasa di Merseyside.

Para suporter juga tetap mendukungnya.

Ada beberapa perbedaan pendapat pada akhir pekan lalu. Jordan Henderson, yang inkonsisten musim ini, dimarahi karena tidak bermain cukup cepat di babak pertama, sementara ada lolongan kemarahan ketika Liverpool membiarkan Robert Sanchez, penjaga gawang Brighton, menahan bola dengan kakinya selama 30 detik atau lebih tanpa tekanan di babak kedua.

Sebenarnya, kritikan lebih ditujukan kepada Fenway Sports Group (FSG) atas ketidakmampuan mereka, atau keengganan mereka, untuk membelanjakan lebih banyak uang demi meningkatkan kualitas tim.

Pemilik asal Amerika Serikat (AS) itu, tentu saja bisa berkata sebaliknya karena telah mengeluarkan £44 juta untuk mengontrak Cody Gakpo awal tahun ini, setelah memecahkan rekor transfer klub untuk mendatangkan Darwin Nunez pada musim panas, serta telah menjadikan Salah pemain dengan bayaran tertinggi dalam sejarah klub pada bulan Juli.

Mereka mengikat Klopp ke kontrak baru berdurasi empat tahun musim semi lalu, dan telah mengambil langkah untuk memberinya tim baru yang lebih muda dengan mendatangkan para pemain seperti Diogo Jota, Ibrahima Konate dan Luis Diaz, serta Nunez dan Gakpo – semuanya direkrut dengan harga yang cukup besar sejak memenangkan Liga Primer pada 2020.

Apa yang belum mereka lakukan adalah memperbaiki kelemahan di lini tengah, dan sampai sebelum mereka melakukan itu setidaknya dengan mendatangkan pemain berkualitas, maka akan sulit bagi Liverpool untuk bersaing di tangga juara.

Mereka membutuhkan setidaknya dua gelandang tengah, mungkin tiga, dan ada juga masalah yang muncul di bek tengah, dengan Virgil van Dijk dan Joel Matip memasuki usia 30-an, dan performa Joe Gomez menukik tajam sejak kembali dari cedera serius.

Itu akan menjadi empat rekrutan besar, rekrutan kunci. Tugas yang luar biasa, bahkan untuk manajer berbakat seperti Klopp.

Klopp menegaskan ia masih berkomitmen dan termotivasi seperti sebelumnya, dan kita harus mempercayai kata-katanya, meski pun ada tanda-tanda yang jelas musim ini bahwa rasa frustrasinya semakin meningkat.

Komentar dalam konferensi pers tentang kendala keuangan dan "cara yang dilakukan untuk transfer tim" oleh FSG tidak luput dari perhatian, sementara komentarnya mengenai kinerja staf medis klub juga mengisyaratkan adanya masalah internal.

Tentu daftar cedera klub yang saat ini berisikan Van Dijk, Jota, Diaz, Nunez, Roberto Firmino dan Arthur Melo menjadi faktor besar penurunan Liverpool, meski perjuangan para pemain kunci – Henderson, Van Dijk, Fabinho, bahkan Salah – juga tidak serta merta bisa bebas dari kritikan.

Kurangnya tekanan, energi, dan fisik tim, sementara itu, terlihat jelas tidak melambangkan seperti Liver Bird di dada para pemain.

"Ayolah, tim yang kami susun hari ini benar-benar bukan tim yang buruk," kata Klopp di Brighton, tetapi seperti di Brentford dan dalam pertandingan piala melawan Wolves, para pemain Liverpool tidak mampu atau tidak mau melakukan apa yang ia minta dari mereka.

Mereka kalah di setiap lini, kalah cepat dan energik dari lawan yang justru terlihat bermain seperti mereka di masa lalu: cepat, tajam, percaya diri dan berbahaya.

"Saya pikir para pemain mendengarkan, sebenarnya saya yakin itu," kata Klopp, "tetapi saya tahu dari mana Anda berasal karena saya dapat melihat bahwa itu tidak terlihat seperti itu."

Apa yang menjadi jelas adalah bahwa tidak akan ada perbaikan untuk skuadnya dalam waktu dekay. Bahkan transfer Januari lainnya tidak akan mengubah peruntungan mereka dalam semalam, dan pada tahap ini tidak ada tanda-tanda Liverpool mengarah ke sana, karena terlihat memprioritaskan "targat jangka panjang" pada musim panas nanti.

Bagaimana nasib tim selanjutnya, juga akan ditentukan oleh rencana penjualan klub dan direktur olahraga, Julian Ward, yang akan mengundurkan diri di akhir musim.

Di tengah semua itu, Klopp dan stafnya harus menemukan jawabannya, di lapangan latihan, di ruang analisis, dan di ruang ganti.

Masih ada banyak talenta elite dalam skuad Liverpool ini, dan menemukan cara untuk memaksimalkan mereka harus menjadi prioritas sang manajer. Dibutuhkan karakter, dibutuhkan keberanian, dan para pemain dengan nama besar perlu jadi pembeda.

Sementara itu, laga tandang di Wolves mungkin tetap akan dimeriahkan oleh dukungan suporter Liverpool. Mereka mungkin tidak menikmati apa yang mereka tonton saat ini, tetapi Klopp tahu ia masih bisa mengandalkan dukungan mereka yang tak tergoyahkan.

Dan itu akan menjadi sangat penting jika The Reds ingin keluar dari permasalahan yang pelik saat ini. Waktu untuk menunjukkan kekompakan di Anfield adalah sekarang.

Iklan