Mantan penjaga gawang Liverpool, Chris Kirkland, mengungkapkan bahwa ia hampir bunuh diri karena masalah ketergantungannya pada obat penghilang rasa sakit, dan sekarang mendesak agar masalah serupa pada pemain lain untuk segera diatasi.
Pergumulan Kirkland dengan obat penghilang rasa sakit dimulai selama berada di Liverpool, ketika ia cedera dalam pemanasan dan situasinya menjadi jauh lebih buruk bertahun-tahun kemudian.
Pemain sepakbola sering dirawat dengan menggunakan obat-obatan untuk memungkinkan mereka kembali dari cedera lebih cepat, namun Kirkland mengatakan bahwa budaya pemakaian obat penghilang rasa sakit kini telah menjadi masalah serius.
Apa kata Kirkland tentang masalah ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit?
Kirkland mengakui bahwa ia hampir bunuh diri dengan melompat dari atap sebuah bangunan di Portugal ketika ia berada di kamp pelatihan pramusim bersama Bury pada 2016, namun beruntung ia berubah pikiran karena masih memikirkan istri dan putrinya.
"Saya hendak melompat [dari atap] tapi saya merasa seperti ada Leeona dan Lucy yang menarik saya dari jauh," ungkapnya kepada The Times.
"Saya berada dalam kondisi mental yang lebih buruk, di semua tempat tetapi hal profesional muncul: 'Benar, kamu bisa melewati ini'. Bury tidak tahu. Saya menggunakan banyak obat penghilang rasa sakit ketika saya menjalani pramusim dengan Bury."
"Kami berada di sebuah blok apartemen, saya sebenarnya berada di lantai paling atas dan benar-benar keluar dari pintu ke atap. Malam pertama, saya tidak berdiri di tepi, tetapi situasi saya memang buruk, sampai menangis, berpikir untuk melakukannya [bunuh diri]."
"Malam kedua, saya kembali naik ke atap dan hendak melompat, namun kemudian saya merasakan ada sebuah tarikan dari belakang. Saya menelepon Leeona, dan berkata: 'Saya butuh bantuan, saya kecanduan obat penghilang rasa sakit'. 'Kamu harus pulang', kata istri saya. Saya memberi tahu [manajer] Dave Flitcroft dan Bury bahwa saya memiliki masalah di rumah dengan keluarga. Terbang pulang keesokan harinya, menelepon PFA dan berkata saya butuh bantuan."
"Saya disapih dari obat penghilang rasa sakit, saya baik-baik saja selama 18 bulan tetapi saya melewatkan rutinitas menjadi pesepakbola. Saya merindukannya."
Kok bisa masalah Kirkland menjadi sangat buruk?
Kirkland, yang menghabiskan lima tahun di Liverpool, menggambarkan insiden awal yang membuatnya mengonsumsi obat penghilang rasa sakit dengan perasaan aman-aman saja, namun masalah itu terbukti menjadi serius saat berada di Wigan, klub yang dibelanya pada 2006.
"Baru sekitar 2009/10, ketika saya berada di Wigan, saya pertama kali mulai mengalami kejang punggung yang sangat parah," katanya.
"Saya tidak bisa bergerak selama seminggu. Saya harus tidur di tangga pendaratan. Rasanya seperti seseorang menikam saya, rasa sakit terburuk yang dapat Anda bayangkan. Saya menggunakan beberapa obat penghilang rasa sakit dan anti-peradangan. Seperti yang dilakukan klub, mereka memberi Anda mereka untuk memperbaiki situasi Anda."
Masalah itu menghantuinya lagi ketika ia pindah ke Sheffield Wednesday dan merasa mulai ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit karena enggan melewatkan kesempatan bermain, tapi itu justru membuat masa depannya di klub berantakan.
"Dua hari sebelum pertandingan pertama untuk Sheffield Wednesday [pada Agustus 2012], punggung saya sakit, pertama kali itu terjadi dalam beberapa bulan," katanya.
"Saya pikir jika saya tidak bermain, saya akan suram. Ada juga klausul dalam kesepakatan di mana jika saya melewatkan tiga pertandingan mereka bisa membatalkan kesepakatan. Tidak ada yang tahu tentang itu. Jadi saya memakai beberapa obat penghilang rasa sakit, dan itu tidak cuma membantu saya menghilangkan rasa sakit, ternyata juga soal kecemasan saat bepergian bersama Sheffield."
"Saya pikir saya tidak akan pernah kecanduan. Saya cukup kuat untuk cuma menggunakannya ketika saya membutuhkannya namun ternyata malah menguasai saya, tubuh saya semakin membutuhkannya dan saya jadi punya ketergantungan."
"Musim pertama bisa diatasi. Musim kedua saya sering memakainya setiap hari, kurang lebih. Leena tidak tahu. Saya menyimpannya di dalam mobil, tidak ada yang tahu, membawa obat itu pada saat saya setiap mau berlatih, secara diam-diam. Itulah yang dimaksud dengan kecanduan."
Kirkland menyerukan harus ada tindakan untuk masalah kecanduan obat penghilang rasa sakit
Ia menegaskan dunia sepakbola harus mengakui bahwa ada para pemain yang memiliki ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit dan menurutnya sudah sepatutnya ada tindakan yang diambil atas masalah tersebut.
"Saya bisa mengatasinya tapi saya tahu berapa banyak pemain yang juga punya ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit. Sepakbola - dan masyarakat - harus bisa menghilangkannya," lanjut Kirkland.
"Kisah saya akan mengejutkan banyak orang. Saya seharusnya tidak berada di sini. Karena dosis yang saya pakai. Ini adalah Tramadol, jadi Anda tidak boleh mengonsumsi lebih dari 400 miligram sehari, maksimal. Saya mengonsumsi 1.000 miligram Tramadol sehari setiap hari. Saya mengonsumsi 2.500 miligram sehari di Sheffield Wednesday."
"Saya mendapatkan 100 pil melalui internet dari India, harganya sekitar £300. Saya menghabiskannya dalam seminggu, begitu mudahnya. Saya langsung mengambilnya dari kurir paket dan kemudian membawanya ke mobil sebelum Leeona mengetahuinya. Saat saya menjalani rehabilitasi, mereka di sana mengatakan bahwa satu-satunya alasan saya selamat dan tetap hidup adalah karena faktor kebugaran saya."


