Kenneth Taylor NxGnGetty/Goal

Kenneth Taylor: Binaan Ajax Berjuluk "New Toni Kroos"

Bukan tanpa alasan akademi Ajax Amsterdam memiliki reputasi sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Meski terus-terusan dipereteli dari tahun ke tahun oleh klub-klub raksasa Eropa, De Godenzonen tidak pernah kehabisan talenta baru yang memikat.

Habis era Matthijs de Ligt yang dipinang Juventus, Frenkie de Jong (Barcelona), dan Donny van de Beek (Manchester United), Ajax harus rela berpisah dengan Brian Brobbey dan Julian Rijkhoff yang sama-sama menuju Bundesliga.

Brobbey baru melakukan debut senior musim ini, tetapi telah sepakat bergabung ke RB Leipzig musim panas mendatang, sementara Rijkhoff, striker remaja yang disebut-sebut "Lewandowski Belanda", bahkan sudah direkrut Borussia Dortmund pada bursa Januari kemarin sebelum sempat memperkuat skuad utama Ajax.

Mati satu tumbuh seribu. Ajax tidak perlu gundah gulana meratapi kepergian deretan pemain tersebut karena mereka toh masih memiliki stok pengganti melimpah.

Ryan Gravenberch, Devyne Rensch, Jurrien Timber, serta Lassina Traore sudah berlaga untuk tim besutan Erik ten Hag, sementara Naci Unuvar dan Sontje Hansen adalah salah dua pemain yang diprediksi bakal naik kelas dari Jong Ajax dalam 12 hingga 18 bulan ke depan.

Di samping nama-nama di atas, ada satu pemain yang bolak-balik bertanding untuk tim senior dan junior Ajax. Dialah gelandang Kenneth Taylor, yang telah mengoleksi dua penampilan first team awal musim ini dengan klub yang diperkuatnya sejak usia delapan tahun.

Walau secara resmi tercatat sebagai bagian skuad utama besutan Ten Hag, Taylor tetap menjadi pemain kunci dalam tim Jong Ajax yang berkompetisi di divisi II Belanda dan telah menyumbangkan empat gol plus empat assist pada kampanye 2020/21 sejauh ini.

Itu statistik istimewa untuk pemain yang beroperasi sebagai gelandang bertahan, tetapi naluri ofensifnya sesungguhnya bukan kejutan besar mengingat ia pertama kali terpantau radar Ajax saat bermain sebagai striker untuk klub lokal De Foresters, yang hanya berjarak sekitar lima kilometer dari tempat kelahirannya, Alkmaar.

Para pelatih di akademi Ajax merasa Taylor lebih cocok bermain lebih ke belakang, dan setelah sempat melatihnya untuk mengawal lini pertahanan, sang youngster pada akhirnya sukses bertransformasi menjadi gelandang jangkar berkat penempatan posisi mumpuni dan distribusi bola akurat.

Baru meneken kontrak anyar berdurasi empat tahun di Johan Cruyff Arena pada September lalu, tak ada risiko bagi Ajax kehilangan Taylor secara cuma-cuma dalam waktu dekat, seperti yang terjadi dengan Brobbey dan Rijkhoff.

Sama-sama berambut pirang dan berposisi di lini tengah, pemuda 18 tahun ini kerap dibanding-bandingkan dengan lulusan akademi klub lainnya yang telah pindah ke Manchester United.

Pelatih tim junior Ajax Winston Bogarde menjuluki Taylor "Donny van de Beek baru" meski keduanya punya perbedaan mendasar dalam permainan mereka. Dibanding Van de Beek yang lebih ofensif, gaya main Taylor sesungguhnya lebih menyerupai pilar lini tengah Real Madrid Toni Kroos, dengan kemampuannya dalam menjaga possession.

Ada kebetulan yang menarik menyangkut Taylor dan Van de Beek. Hari penandatanganan kontrak barunya dengan Ajax ternyata berbarengan dengan peresmian transfer Van de Beek senilai £35 juta ke Old Trafford. Untuk merayakan sepasang momen besar tersebut, kedua pemain pergi makan malam bersama sebelum berpisah untuk menempuh jalan masing-masing.

"Dia seperti kakak saya dan selalu memberikan saran yang baik," tutur Taylor tentang Van de Beek. "Dia telah melalui semuanya dan bilang sebelumnya dia harus banyak bersabar."

Kesabaran juga menjadi modal penting Taylor, yang tampak ditakdirkan bakal menembus tim utama di bawah komando Ten Hag sejak membuat kesan positif pada kamp latihan pramusim pada 2019.

Ia dipanggil bergabung dengan skuad senior setelah sebelumnya mengapteni Ajax U-19 meraih dwigelar domestik, juga memimpin timnas Belanda menjuarai Piala Eropa U-17 2019 di Republik Irlandia.

"Dia sangat bagus dalam positional play dan memiliki mentalitas luar biasa," ujar Peter van den Veen, pelatih Jong Oranje di turnamen tersebut, kepada podcast KNVB, 'FutureWave'.

"Dia terus berusaha saat kebanyakan pemain lain menyerah dan dia benar-benar pribadi yang baik. Pemain lain menerima kalau ia memberikan instruksi kepada mereka."

Mentalitas juara yang dimiliki Taylor tidak sebatas di lapangan, sebagaimana dipaparkan oleh sahabat karibnya, yaitu bek Wolverhampton Wanderers, Ki-Jana Hoever.

"Kami saling ngobrol setiap hari," katanya, juga kepada FutureWave. "Kami sering main [video game] FIFA dan dia benar-benat tidak tahan dengan kekalahan. Saat kalah dia langsung melempar controller-nya!"

Di lapangan, emosi Taylor lebih terkontrol. Ia mencanangkan target merebut posisi reguler di tim utama Ajax dan memperkuat negaranya di level senior. Taylor telah melihat Ryan Gravenberch, yang lahir di hari yang sama persis dengannya, 16 Mei 2002, dipanggil ke skuad senior Belanda, dan ia berhasrat mengikuti jejak sang rekan..

Kenneth Taylor NxGn GFXGetty/Goal

Jika, atau mungkin lebih tepatnya saat, panggilan negara akhirnya datang, Taylor berpeluang merumput bareng sosok idolanya: Georginio Wijnaldum.

"Dia pemain komplet," tutur Taylor tentang sang gelandang Liverpool kepada podcast FutureWave. "Menurut saya dia melakukan segalanya. Dia panutan saya dan saya yakin saya memiliki kans bermain untuk klub top sepertinya."

Dengan kemampuannya, ambisi Taylor bukan angan kosong.

Iklan