Liga Indonesia kerap disebut bermasalah dengan kinerja wasit. Kualitas wasit di Liga 1 dan Liga 2 dinilai masih jauh dari kata baik, sehingga banyak yang menyebut bahwa asisten video wasit atau yang biasa disebut VAR, bisa jadi solusi.
PSSI sendiri tidak tinggal diam mengenai kinerja wasit, dan sadar bahwa teknologi VAR bisa membantu. Makanya, mungkin sudah hampir tiga tahun rencana penggunaan VAR di Indonesia jadi bahasan, bahkan sempat dijanjikan.
Hal tersebut sempat mencuat ketika sekretaris jenderal masih dijabat oleh Ratu Tisha Destria. Diakui bahwa penggunaan VAR mungkin bisa membantu meningkatkan kualitas kompetisi, tapi penerapannya tidak mudah dan sederhana, untuk di Indonesia.
Biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, dari mulai teknologi, pelatihan untuk perangkat pertandingannya, hingga penyesuaian fasilitas stadion supaya bisa menggunakan VAR. Lantas, kapan VAR sebenarnya bisa terwujud di Indonesia? Mochamad Iriawan coba beri jawaban.
Kata sosok yang akrab disapa Iwan Bule itu, PSSI sudah punya terobosan yang cukup relevan sebagai pengganti VAR. “Kami sekarang sudah ada asisten wasit tambahan dan kami ingin adakan VAR. Itu akan benar-benar kami hitung,” ujar Iriawan kepada awak media.
“Kami sudah komunikasi dengan sponsor yang mau membiayai VAR. Karena itu cukup mahal, sekitar Rp90 miliar per alat, dan sekali main di stadion itu sekitar 200 juta," sambung mantan Kapolda Metro Jaya itu.
Wasit tambahan memang sedikit membantu wasit tengah dalam pengambilan keputusan supaya tidak keliru. Namun jelas, besar harapan bahwa VAR tetap bisa diterapkan di Liga Indonesia. Hanya saja, itu sesuatu yang sulit ditargetkan oleh PSSI.
“Kami belum bisa sampaikan, saya ingin bisa secepatnya. Tapi kami lihat perkembangannya karena cukup mahal.. Jadi, kami akan menggandeng sponsor yang bisa membiayai itu. Kalau tidak tahun depan, ya kami harus sudah bisa."
"Namun, kami juga harus bisa mempelajari dan mudah-mudahan bisalah tahun depan. Kan ada juga rencana Piala Dunia U-20,” tutup Iriawan.
