Penggawa Kalteng Putra sedikit bisa bernafas lega setelah komite disiplin (Komdis) PSSI hanya memberikan teguran keras kepada mereka, karena tidak menolak menjalani pertandingan akibat gaji yang tertunggak.
Pemain Kalteng Putra enggan bertanding melawan PSCS Cilacap dalam lanjutan babak play-off Liga 2 pada 27 Januari lalu sebelum hak mereka yang tertunggak hingga dua bulan dilunasi manajemen klub.
Mereka kemudian dipanggil Komdis untuk dimintai keterangan. Para pemain sempat merasa khawatir mereka bakal mendapatkan sanksi, namun akhirnya bernafas lega, karena Komdis hanya memberikan teguran keras kepada 24 pemain.
Hukuman berat justru diberikan kepada klub akibat tidak bertanding sesuai jadwal. Selain dinyatakan menelan kekalahan 3-0, Kalteng Putra juga dihukum pengurangan sembilan poin, serta denda Rp500 juta.
Kalteng Putra sudah dipastikan terdegradasi dari Liga 2 setelah kembali menelan kekalahan walk-over (WO) 3-0 dari Persekat Tegal. Seperti halnya di laga kontra PSCS, pemain kembali tidak hadir di lapangan sebagai lanjutan aksi mogok main sampai pelunasan gaji yang tertunggak.
Dua kekalahan WO beruntun itu, serta tambahan saksi Komdis membuat Kalteng Putra mengumpulkan poin minus lima.
Selain Kalteng Putra, Komdis juga mengeluarkan keputusan terhadap sejumlah klub lain di Liga 2. Salah seorang ofisial PSIM Yogyakarta, Darwanto, dikenakan sanksi larangan aktif di sepakbola nasional selama enam bulan, serta denda Rp25 juta.
Sanksi tersebut diberikan karena Darwanto memukul wajah perangkat pertandingan saat menghadapi Semen Padang pada 27 Januari. Sedangkan penggawa PSIM, Alfriyanto Nico Saputro, dijatuhi larangan tampil di dua laga, dan denda Rp5 juta akibat menanduk pemain lawan serta mendapatkan kartu merah langsung.
Klub pun mendapat denda Rp25 juta, karena terjadi penyalaan flare sebanyak tiga buah, dan pelemparan flare ke arah sentel ban yang dilakukan penonton di tribune selatan.
Sementara itu, tiga pemain PSDS Deli Serdang Hamzah Depa, Imus Wiranda, dan Muhammad Rifa, dijatuhi larangan bermain selama enam bulan, serta denda Rp25 juta, akibat menendang dan memukul perangkat pertandingan saat menghadapi Nusantara United FC pada 26 Januri.
Di samping pemain, klub juga dikenakan larangan menggelar pertandingan kandang tanpa penonton sebanyak satu kali pada musim 2024/25, dan denda Rp225 juta. Hal itu disebabkan ucapan rasisisme kepada pemain Nusantara United FC pada menit 20 dan menit 78, serta pelemparan botol kepada pemain yang dilakukan penonton di tribune barat kanan.