Kaiky NXGN GFXGoal

Kaiky: Remaja Brasil 17 Tahun Yang Diperebutkan Raksasa Eropa

Soal meluluskan talenta menyerang di Amerika Selatan, Santos juaranya.

Klub yang menjadi tempat tumbuh kembang nama-nama legendaris seperti Pele, Neymar, dan Robinho masih belum lelah menunjukkan tajinya sebagai produsen talenta top.

Pemenang NXGN 2020 Rodrygo sudah menjadi bagian dari Real Madrid meski usianya belum akan menginjak 21 hingga Januari, sementara Kaio Jorge - yang duduk di peringkat ke-18 dalam daftar NXGN 2021 - telah meninggalkan sarangnya untuk bergabung dengan Juventus.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Duo remaja Marcos Leonardo dan Angelo Gabriel juga menunjukkan tanda-tanda kebesaran, dengan kedua penyerang itu telah sering dipilih masuk skuad tim utama di Vila Belmiro meski baru berusia 18 dan 16 tahun.

Namun, mereka tak memiliki reputasi yang sama termasyhurnya soal mengembangkan pemain bertahan.

Alex, bekas bek tengah Chelsea, Paris Saint-Germain, dan AC Milan, bisa dibilang adalah bek lulusan akademi The Peixe paling tersohor yang sukses mengarungi sepakbola Eropa level tertinggi selama 25 tahun terakhir. Namun, kini Alex sepertinya akan mendapatkan penerus.

Enam bulan terakhir, Kaiky merangsek naik ke tim utama Santos. Awalnya tak banyak yang mengenal pemain 17 tahun ini, namun setengah tahun terakhir gaung kehebatannya mulai membuat orang-orang melirik.

His form has not gone unnoticed, with Manchester United, Chelsea, Juventus, Arsenal and Ajax among a clutch of top European clubs to have already made their interest clear in a player who is earning comparisons with a certain Paris Saint-German and Brazil star, even if it is not the one who is idolised at Santos.

Klub seperti Manchester United, Chelsea, Juventus, Arsenal, dan Ajax menjadi jajaran raksasa Eropa yang turut meliriknya, ketertarikan mereka digelitik oleh pemain yang dibandingkan dengan seorang penggawa PSG dan Brasil.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kaiky (@kaikyfernandes_06)

"Neymar bukan inspirasi saya, meski saya mengaguminya," ujar Kaiky kepada ESPN Brasil. "Pemain yang menjadi inspirasi saya di lapangan, dan yang memiliki karakteristrik yang sama dengan saya, adalah Marquinhos."

"Banyak orang membandingkan gaya bermain saya dengan gayanya, saya sangat tersanjung."

Ungkapan 'dilahirkan untuk bermain sepakbola' mungkin sedikit klise, jika tidak basi, namun bagi Kaiky itu tidak terasa berlebihan. "Saat Kaiky masih di perut ibunya, saya kadang bercanda ia akan menjadi pesepakbola, karena ia sering menendang," kenang ayahnya, Jadson, kepada harian Santos, A Tribuna.

Saat kanak-kanak, Kaiky menderita permasalahan pernapasan, ia harus berolahraga rutin sebagai bagian dari pengobatannya. DIhadapkan pada pilihan menjadi pesepakbola atau perenang, ia cuma membayangkan satu opsi, dan talentanya sungguh tak malu-malu terlihat.

"Rasanya unik, ia menendang bola dengan kedua kaki," lanjut Jadson. "Meski ia lebih piawai menendang dengan kaki kanan, ia memaksa dirinya menggunakan kaki kiri."

"Ia belajar menyundul sendiri, tetapi dengan bola di kakinya, ia selalu terlihat memiliki banyak waktu."

Seperti semua pemain muda asal Brasil, pemandu bakat melihat Kaiky saat bermain futsal sebelum masuk ke akademi Santos. Ia melewati berbagai kelompok usia, dan kepribadian Kaiky membuat dirinya menonjol sebagai pemimpin sejati sekaligus pemain menjanjikan.

Sosok besarnya kian terbukti saat mengapteni Brasil ke final Piala Amerika Selatan U-15 2019. Saat itu, mereka menghadapi Argentina, dan Kaiky menjadi penendang terakhir yang memastikan kemenangan Selecao lewat adu penalti.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kaiky (@kaikyfernandes_06)

Gara-gara dampak Covid-19 kepada sepakbola Brasil, laga tersebut terpaksa menjadi aksi terakhir Kaiky di lapangan selama nyaris setahun sebelum kompetisi junior kembali dimulai pada akhir 2020.

Hanya beberapa bulan berselang, tepanya 28 Februari 2021, Kaiky untuk pertama kalinya dipanggil ke skuad senior dan debut melawan Santo Andre setelah beberapa pemain tim utama diliburkan pasca final Copa Libertadores.

Waktu libur tersebut memaksa Santos menunjuk pemain-pemain junior untuk melakoni babak kualifikasi Copa Libertadores 2021, dan saat itulah nama Kaiky mulai dikenal fans yang menonton dari rumah.

Hanya 70 menit dalam penampilan senior keduanya, Kaiky menanduk sepakan pojok untuk menggetarkan jala Deportivo Lara dan memastikan Santos menang 2-1 atas klub Venezuela itu.

Di usianya yang baru 17 tahun 57 hari, tandukan tersebut menobatkan Kaiky sebagai pemain Brasil termuda yang mencetak gol di Copa Libertadores, namun ia hanya memegang rekor tersebut selama sebulan sebelum Angelo menjadi pemain termuda dari negara mana pun yang mencetak gol di kompetisi tersebut April lalu.

Gol tersebut mendemonstrasikan kepiawaian Kaiky di udara, namun - layaknya Marquinhos - ia mencolok karena ketenangannya saat menguasai bola.

Ia mencatatkan penyelesaian umpan sebesar 88 persen dalam enam bulan pertama kariernya, sekaligus agresif saat merebut bola.

Santos paham betul mereka memiliki aset berharga, dan memagarinya dengan klausul pelepasan hingga €70 juta dalam kontrak yang berlaku hingga 2023.

Dan meski sekarang Kaiky diprediksi absen sebulan gara-gara cedera paha saat latihan, ia ingin memastikan bahwa ia meninggalkan klub masa kecilnya jika sudah memberikan dampak maksimum di lapangan.

"Saya sangat mencintai klub ini, saya tak ingin cepat-cepat hengkang," ujarnya. "Saya ingin meraih banyak gelar di sini, ini klub yang saya dukung, yang dekat di hati saya."

"Semoga saya bisa menuliskan cerita indah di sini, meraih banyak gelar, barulah setelah itu memikirkan soal hengkang."

Saat ia akhirnya benar-benar pergi, Kaiky memiliki bekal komplet untuk menjadi bagian dari lulusan Santos akademi yang sukses menggaungkan namanya ke penjuru dunia, meski ia tidak memiliki cetakan yang sama dengan para pendahulunya.

Iklan