Fans Juventus sudah terbiasa melihat Paulo Dybala menutupi wajahnya.
Pemain No.10 Juventus itu dikenal dengan selebrasi gol khasnya yang seolah-olah memakai topeng sebagai penghormatan untuk film favoritnya, 'Gladiator'.
Namun, melawan Sampdoria pada 26 September, Dybala sekadar berusaha menyembunyikan air matanya.
Lebih dari 20 menit telah dimainkan dalam pertandingan di Allianz Stadium ketika pemain Argentina itu merasakan sakit yang biasa dialaminya.
Persiapan pramusimnya terganggu oleh masalah paha yang membuatnya absen selama hampir tiga minggu. Jadi, ketika Dybala merasakan sakit di bagian tubuh yang sama saat menghadapi Sampdoria, ia kebingungan.
Sayangnya, hal-hal tidak berjalan jauh lebih baik baginya untuk sementara ini.
Sang penyerang mengalami cedera betis saat melakoni tugas internasional pada November lalu dan kemudian, akhir pekan lalu, dipaksa keluar lapangan pada menit ke-12 dalam pertandingan Juve melawan Venezia.
Waktunya tidak pas, bahkan jadi lebih buruk.
Masalah utama Juve saat ini adalah mereka kewalahan bersaing mengejar zona empat besar Serie A, dengan Bianconeri terpuruk di posisi ketujuh klasemen setelah hasil imbang mengecewakan 1-1 di markas Venezia, jadi mereka membutuhkan semua pemain yang ada agar bermain dan mendapatkan hasil maksimal, terutama lini depan.
Namun, ada juga fakta bahwa Dybala, seperti yang diungkapkan GOAL, dalam waktu dekat akan menandatangani perpanjangan kontrak lima tahun senilai €10 juta bersih per tahun (€8,5 juta ditambah bonus €1,5 juta).
Tidak mengherankan, keputusan itu sekarang mendapat sorotan, mengingat paket keseluruhan dari nilai kontraknya akan berjumlah sekitar €92,5 juta termasuk pajak.
Getty/GOALDybala tentu saja dicintai oleh fans Bianconeri, yang bahkan meluncurkan kampanye media sosial sebagai upaya membujuk klub agar mereka mempertahankannya ketika sang penyerang sempat hampir pindah ke Manchester United pada 2019.
Kecintaan mereka bisa dipahami. Pada era kejayaannya, Dybala adalah talenta menyerang yang ditakuti lawan, seorang pemain yang piawai menggiring bola secara fantastis dan punya kaki kiri yang mematikan.
Ketika ia mencetak dua gol dalam kemenangan Juve 3-0 atas Barcelona yang dibela Lionel Messi pada 2017, terlihat seperti ada bintang dunia baru yang lahir dalam diri Dybala.
Tentu saja, pembicaraan semacam itu terdengar berlebihan dan prematur di Turin, namun potensi Dybala memang tidak dapat diragukan lagi.
Namun, saat ia meningkatkan levelnya di tahun berikutnya, dengan mencetak 26 gol tertinggi dalam karirnya di semua kompetisi pada 2017/18, kemajuannya terhenti, dan karena dua alasan.
Pertama, Dybala menjadi dilema taktik. Ada kebingungan di mana harus menempatkannya dalam lapangan.
Seperti yang pernah dikatakan mantan pemain internasional Italia Antonio Cassano di Bobo TV, "Tidak ada pelatih Juve yang menganggapnya penting, jadi saya ingin tahu apakah ia benar-benar seorang juara. Ia tidak membuat perbedaan."
Ia sering terlihat tidak cocok dengan skema 4-3-3 modern, namun ketika dimainkan sebagai No.10 klasik, ia mengakui pada dirinya sendiri bahwa kewalahan untuk mendapatkan bola di antara garus melawan tim defensif.
Getty/GOALAda juga fakta bahwa ia juga tidak cocok bermain bareng dua pemain terbaik dunia saat ini. Dybala selalu mengatakan bahwa dirinya beruntung bisa bermain bersama Cristiano Ronaldo dan Messi, masing-masing untuk Juve dan Argentina, tetapi hal tersebut justru berdampak buruk baginya.
Ia punya kemiripan gaya bermain dengan Messi, tentu saja, mengingat keduanya suka mengambil posisi menyerang di sisi kanan sehingga mereka dapat menusuk ke dalam dengan kaki kiri favorit mereka, namun yang mengejutkan adalah ia tidak pernah bisa padu dengan Ronaldo meski gayanya berbeda.
Terlepas dari itu, hasil akhirnya adalah Dybala tidak lagi menjadi starter yang selalu mendapat jaminan bermain di Juve pada akhir masa tugas pertama Massimo Allegri sebagai pelatih, pada 2018/19.
Namun, tidak dapat disangkal bahwa Nyonya Tua membutuhkannya sekarang.
Memang, perlu diingat bahwa setelah kepergian Ronaldo yang mengejutkan tepat sebelum penutupan jendela transfer, Kapten Giorgio Chiellini mengatakan kepada DAZN: "Kami bergerak maju. Ini [Juve] akan menjadi tim [yang mengandalkan] Paulo Dybala sekarang."
"Statistiknya sedikit menurun karena kehadiran Ronaldo, tapi ia adalah pemain kunci untuk tim ini dan kita semua menyadari itu."
Getty/GOALDybala telah melakukan yang terbaik untuk menjadi pemimpin tim sejati. Meski pun waktu bermainnya dibatasi oleh masalah kebugarannya, ia tetap menjadi pencetak gol terbanyak Juve (delapan) dan tidak ada pemain lain dalam skuad yang membuat lebih banyak assist (empat, sejajar dengan Federico Bernardeschi).
Dengan Juve yang terus kesulitan untuk menciptakan mau pun menyelesaikan peluang, yang oleh banyak orang dikaitkan dengan taktik pragmatis Allegri, pentingnya keberadaan Dybala menjadi tampak jelas. Sang pelatih juga menjelaskan mengapa ia memaksakan Dybala main sebagai starter lawan Venezia meski pun hanya bermain setengah babak saat versus Malmo tiga hari sebelumnya.
"Kami mengambil risiko," Allegri mengakui kepada DAZN, "Dan hasilnya buruk."
Dan ini membawa kita kembali ke masalah kedua mengenai Dybala: kondisi fisiknya.
Dybala sangat disayangkan menderita kerusakan ligamen pada Januari tahun ini, tetapi perlu diingat bahwa ia melewatkan awal musim 2020/21 dengan masalah otot yang berulang kali muncul kembali.
Kesediaan Juve untuk mengikat pemain yang akan habis kontraknya musim panas mendatang, tentu saja bisa dimengerti.
Kehilangan pemain dengan kualitas Dybala akan sangat sulit diterima dan, sebagaimana adanya, ia pun bisa bebas berbicara dengan klub lain hanya dalam waktu dua minggu.
Waktu, untuk itu, adalah esensi, itulah sebabnya negosiasi yang berlarut-larut mengenai pembaruan kontraknya diharapkan akan selesai sebelum Natal.
Namun, banyak fans, mantan pemain, dan pakar sepakbola bertanya-tanya apakah Juve yang finansialnya sedang tidak stabil akan berani memberikan gaji kotor hampir €100 juta demi mempertahankan pemain berusia 28 tahun yang punya riwayat cedera mengkhawatirkan, bahkan jika ada klausul mengenai jumlah penampilan yang dimasukkan ke dalam penawaran kontrak baru mereka.
Getty/GOALBianconeri, tentu saja, hanya ingin memastikan mereka mengamankan biaya transfer yang tinggi untuk Dybala jika mereka memutuskan untuk menjualnya musim panas mendatang.
Tetapi sekali lagi, pertanyaannya perlu diajukan: saat ini, siapa yang berani berjudi mahal memberikan kontrak besar kepada pemain yang rentan cedera di tengah buruknya ekonomi sepakbola yang hancur akibat pandemi Covid-19?
Kecuali nilai kontrak mewah Dybala nanti ada hubungannya dengan klausul jumlah penampilan, Bianconeri berisiko membuat kesalahan lain yang bisa sangat merugikan mereka.
Dybala tetaplah Dybala, ia akan bertekad untuk kembali secepat mungkin dan membuktikan dirinya masih berharga bagi klub, atau setidaknya kepada fans yang mencintainya.
Alasan menggunakan selebrasi topeng Gladiator adalah karena ia mengatakan bahwa film itu membuatnya melalui masa-masa sulit, mengajarinya bahwa dalam hidup memang harus selalu berjuang.
Namun, ketakutan yang sangat nyata adalah bahwa tidak peduli seberapa keras ia berusaha, masalah kebugaran fisiknya yang terus terjadi dan semakin berlarut hanya akan menimbulkan kesedihan bagi semua pihak.


