Dusan Vlahovic Massimiliano Allegri Juventus 2021-22 GFXGetty/GOAL

Cinta 'Suam-Suam Kuku' Juventini Pada Juventus Era Massimiliano Allegri

Tak ada lagi antusiasme, gairah mau pun semangat yang dirasakan sebagian besar Juventini dalam menyaksikan permainan tim kebanggaan mereka, Juventus belakangan ini.

Bukan karena penurunan prestasi yang dialami oleh Bianconeri, dari kekuatan dominan yang pernah sembilan musim beruntun meraih Scudetto Serie A hingga menutup musim 2021/22 lalu tanpa gelar, tapi cara tim bermain yang dipermasalahkan para suporter.

Memang filosofi pelatih saat ini, Massimiliano Allegri lebih mengedepankan hasil ketimbang gaya permainan. Tapi celakanya, cara main pragmatisnya sekarang terbilang kurang ampuh untuk mendapatkan hasil positif, alih-alih kemenangan penting.

Ekspektasi dan realitas yang kontras

Kembalinya Allegri untuk periode kedua sebagai pelatih Juventus pada musim panas 2021 sebenarnya disambut sukacita oleh para penggemar.

Maklum, reputasi pelatih berusia 55 tahun itu masih mentereng di hadapan tifosi Juve, karena pernah mempersembahkan lima Scudetto di era pertamanya.

Belum lagi saat itu Juve baru menjalani salah satu musim buruk dalam satu dekade terakhir mereka, gagal mempertahankan Scudetto di bawah juru taktik debutan Andrea Pirlo. Tak ayal, ekspektasi besar atas kembalinya Allegri pun memuncak.

ALLEGRI GFXGOAL

Namun sayangnya, kenyataannya tidak seperti itu. Justru Juve mengalami musim terburuk mereka, lebih buruk dari era Pirlo. Periode kedua Allegri ditutup dengan zero tituli, kegagalan tim meraih satu pun gelar pada musim 2021/22.

Oke. Musim lalu masih bisa diampuni oleh fans Juve karena saat itu Allegri dianggap kurang mendapat waktu yang cukup untuk bisa membangun tim sesuai keinginan dan filosofinya. Tapi musim ini, 2022/23, tanda-tanda perbaikan pun belum terlihat.

Juventus masih harus tertatih-tatih membuka musim, start lamban dengan baru meraih dua kemenangan dan tiga hasil imbang membuat mereka tercecer di papan tengah, sama sekali tidak mencerminkan status sebagai favorit juara.

Padahal, musim panas ini, Juve melakukan perombakan yang cukup besar dengan mendatangkan sejumlah pemain bintang, di antaranya Paul Pogba, Angel Di Maria, Filip Kostic hingga Leandro Paredes yang terbaru.

Memang, badai cedera yang datang di awal musim cukup mengganggu, dengan pemain baru Pogba dan Di Maria juga bermasalah. Pun demikian dengan bintang lama seperti Federico Chiesa. Namun, menjadikan masalah itu sebagai alasan juga tidak elok, skuad Juve masih tergolong salah satu yang paling mewah di antara para pesaing, belum lagi semua yang didatangkan itu juga demi mengakomodasi gaya permainan Allegri.

Gairah Juventini yang hilang

Maka tak mengherankan jika Juventini dibuat frustrasi kala menonton permainan tim kesayangan mereka, yang cederung membosankan dan serasa sulit meraih kemenangan.

Beberapa kali di atas kertas, seharusnya Juve bisa meraih kemenangan melawan tim-tim yang secara materi skuad di bawah mereka, justru malah kewalahan dan bahkan kalah secara statistik dengan contoh terdekat adalah ketika lawan Fiorentina di Serie A pekan lalu, di mana mereka sangat kesulitan dan beruntung bisa mengakhiri laga dengan hasil imbang 1-1.

Di Liga Champions apalagi, trofi yang sangat mereka idamkan itu tampak makin jauh dari harapan. Di laga pembuka fase grup musim ini, Rabu (7/9), mereka diprediksi kesulitan lawan tuan rumah Paris Saint-Germain dan memang itu yang terjadi, kalah 2-1.

Dengan adanya hasil buruk yang terus berulang dan permainan yang tim yang membosankan, tidaklah mengherankan sekarang banyak tifosi Juve yang cenderung acuh terhadap apa pun yang dilakukan tim favorit mereka, tidak lagi ada semangat yang menggebu-gebu untuk menantikan pertandingan seperti dulu.

Seperti yang dikatakan oleh jurnalis ternama Italia, Carlo Garganese selepas Juve mengalami kekalahan dari PSG.

"Benar-benar acuh tak acuh menonton Juventus sekarang," tulis Carlo di akun Twitternya. "Tidak ada kegelisahan sebelum pertandingan, tidak ada kekecewaan atau kemarahan ketika mereka kalah."

"Bahkan tidak ada lagi rasa frustrasi. [Seperti] tidak ada lagi tujuan untuk mendukung tim."

"Inilah yang dilakukan Allegri kepada fans Juventus. Menghilangkan semua emosi mereka."

Ibaratnya, cinta yang dimiliki Juventini untuk Juventus itu tidak akan pernah sirna, hanya saja rasa cinta mereka sekarang mulai dingin karena tidak terbalas semestinya.

Bukan sepenuhnya salah Allegri

Memang, Allegri memiliki andil dalam hal tersebut dengan pemilikan skuad dan taktinya dalam setiap pertandingan. Namun menyalahkan sang allenatore sepenuhnya juga tidaklah bijak.

Bagaimana pun, bukan kemauan Allegri saja untuk kembali menangani Juventus. Manajemen tim, untuk bagian mereka, juga patut disalahkan.

Keputusan manajemen Juventus di bawah kendali Andrea Agnelli untuk berpisah dengan Allegri pada 2019 lalu juga sangat aneh dan patut dipertanyakan. Padahal waktu itu Allegri baru mempersembahkan Scudetto kelimanya dan mengakhiri musim 2018/29 dengan persentase kemenangan 70,48%, angka tertinggi dalam sejarah klub sampai saat ini.

Arrivabene Agnelli Nedved Juventus Serie AGetty

Andai saja Allegri waktu itu dipertahankan, mungkin ceritanya akan berbeda saat ini, bisa iya dan bisa juga tidak, namun setidaknya tim akan memiliki kesinambungan yang baik di bawah komando sang pelatih.

Allegri bisa dikatakan korban pertama. Lalu ada dua pelatih lain, yakni Maurizio Sarri yang sebenarnya sukses melanjutkan tradisi Scudetto setelah Allegri, tetap dipecat. Pun demikian dengan Pirlo, yang tidak terlalu buruk dalam debutnya sebagai pelatih sukses menghadirkan Coppa Italia, tak luput dari pendepakan.

Memulangkan Allegri seakan menjadi sebuah penebusan kesalahan yang dilakukan manajemen Juventus. Akan tetapi, Allegri yang sekarang bukanlah Allegri yang dulu, kesinambungan tim yang dulu dibangunnya sekarang sudah tiada.

Begitu kompleks masalah yang dialami Juventus saat ini, sulit rasanya membayangkan mereka bisa kembali bersaing di jalur juara dalam waktu dekat.

Bagi Juventini, setidaknya Anda tahu apa yang perlu dilakukan, banyak bersabar saja...

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0