Joe Scally NXGN GFXGoal

Joe Scally: Remaja Amerika Serikat Calon Bintang Bundesliga

Sejak hijrah ke Bundesliga untuk bergabung dengan Borussia Monchengladbach musim lalu, Joe Scally berkembang pesat.

Entah bagaimana, bek kanan serbabisa itu, menemukan pijakannya di Jerman. Terlepas dari segala kesulitan sebagai remaja yang berkarier di negara asing.

Scally bahkan langsung menjadi pilar Gladbach. Remaja Amerika Serikat itu membuat lompatan besar ke skuad senior setelah hanya berlatih beberapa bulan.

Sang pemain tampil oke sejauh musim in bergulir hingga dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Klub bulan Agustus. Ia bahkan diturunkan dalam laga kontra Bayern Munich. Hal yang buktikan bahwa pemain pemuda New York itu pantas berada di lapangan dengan para bintang besar.

Tapi mencuci baju sendiri? Ya, dia baru saja melakukannya di sana!

Proses perkembangan Scally sedang berlangsung. Menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial di Eropa dan kehidupan sebagai seorang profesional. Bukan berarti Anda bisa tahu dengan hanya melihatnya di lapangan, full-back yang menjadi mesin tekel Gladbach ini hanya butuh beberapa bulan sejak tiba di Jerman untuk mencuri perhatian.

"Ketika saya pertama kali datang ke sini, semuanya ditutup," ucap Scally.

“Jadi Anda tidak dapat benar-benar terintegrasi dengan budaya Jerman. Anda tidak dapat benar-benar menemukan rutinitas, karena begitu semuanya terbuka, Anda mungkin akan melakukan sesuatu yang sama sekali berbeda dari hari ke hari.”

"Itu benar-benar sulit dan itu membuatku sangat matang karena saya datang ke sini sebagai seorang anak, agak konyol, seperti lazimnya anak sekolah menengah Amerika, dan saya diharuskan tumbuh dengan cepat.”

“Saya benar-benar dewasa. Ibu mengatakannya ketika dia datang ke sini. Dia seperti, 'Wow, kamu mencuci pakaianmu sendiri sekarang!' Saya benar-benar dewasa. Saya dituntut tumbuh dengan cepat,” tambahnya.

Selama setahun terakhir, banyak yang berubah bagi Scally sebagai bagian dari proses pendewasaan tersebut.

Scally awalnya meneken kontrak dengan New York City FC pada Maret 2018 di usia 15 tahun, menjejaki pemain-pemain seperti Gio Reyna dan James Sands yang juga lulusan akademi klub. Reyna, kebetulan adalah salah satu teman terdekat Scally, dan salah satu pemain yang telah membantunya menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jerman dalam beberapa bulan terakhir.

Seperti Reyna, Scally tidak lama-lama di New York. Kepindahannya ke Gladbach dikonfirmasi pada November 2019. Kala itu, ia belum sempat tampil di MLS dan karena usianya, kepindahannya tidak dapat terealisasi hingga Januari 2021.

Jadi, Scally menghabiskan musim 2020 di NYCFC dengan minim sekali menit bermain, kebanyakan belajar. Ia hanya tampil enam kali di semua kompetisi, menjadi pelapis Anton Tinnerholm selama di MLS.

Tapi sekarang, setahun kemudian, dia bukan cadangan siapa-siapa. Scally kini menjelma sebagai bek kanan utama Gladbach. Ia bermain setiap menit dalam lima laga pertama Bundesliga.

“Bagi saya, rasanya lama sekali. Di New York, saya tidak pernah benar-benar mendapat kesempatan bermain," kata Scally.

“Saya berada di bangku cadangan atau di antara penonton, hanya menonton pertandingan. Jadi, rasanya seperti lama sekali.”

"Mungkin bagi orang lain sepertinya itu semua terjadi dengan sangat cepat, tapi itu memiliki proses panjang dan saya senang saya dipercaya, saya mengambil kesempatan saya, dan akhirnya saya bisa menunjukkan apa yang bisa saya lakukan."

Setibanya di Gladbach, Scally dengan cepat diplot ke tim utama. Pelatih tim saat itu, Marco Rose, jelas terkesan dengan si pemain belia ini.

"Saya belum pernah melihat pemain muda yang menghadapi tantangan sekeras dia,” puji Roland Virkus, direktur akademi Gladbach, awal tahun ini.

Ketika diingatkan terkait pujian tersebut, Scally berkata: "Saya suka mendengar hal-hal seperti itu. Saya bahkan membaca hal-hal seperti itu dan itu seperti, 'Joe Scally dibangun seperti linebacker'. Saya membaca di Twitter dan betapa orang Amerika menyukai bagaimana kita menjadi lebih kuat dan sangat atletis.”

"Saya menganggap diri saya sebagai pemain atletis yang cepat seperti orang Amerika, tapi saya jelas memiliki kemampuan teknis yang baik dengan umpan dan visi saya."

Kualitas-kualitas itu terlihat sepenuhnya saat melakoni melawan Bayern Munich. Pada hari itu, Scally memulai di sisi kiri untuk Gladbach, berhadapan dengan pemain seperti Robert Lewandowski, Leroy Sane dan Thomas Muller dan, pada umumnya, untuk bertahan.

Laga berakhir imbang 1-1. Scally mendapat apresiasi supoerter tuan rumah atas perannya dalam menahan agresivitas juara bertahan Bundesliga.

"Anda menerima jadwal dan Anda melihat pertandingan pertama melawan Bayern Munich dan Anda seperti, 'Ya Tuhan, ini adalah laga yang ingin saya mainkan'," ujar Scally.

"Jadi ketika saya tahu bahwa saya akan bermain, malam sebelumnya keluarga saya ada di sini, pacar saya. Mereka benar-benar membantu mengalihkan pikiran saya dari pertandingan, menenangkan saraf saya dan hal-hal semacamnya.”

“Tapi ketika Anda berada di luar lapangan, Anda di luar sana, Anda tidak boleh gugup. Seperti Anda akan melawan Lewandowski, Sane, semua orang yang Anda tonton. Anda tahu itu adalah sesuatu yang dapat membuat karier Anda meningkat dan membuat Anda dikenal selamanya,” tambahnya.

Performa Scally menarik perhatian beberapa tokoh kunci di luar Gladbach.

Scally belum mendapat panggilan dari pelatih timnas Amerika Serikat, Gregg Berhalter, tapi itu kemungkinan tinggal menunggu waktu. Walaupun tim sudah memiliki kedalaman full-back.

Tapi saat dia menunggu kesempatan itu, Scally telah dipantau bek sayap terbaik Amerika yang pernah ada, Steve Cherundolo.

Berstatus pemain legendaris timnas AS, Cherundolo menghabiskan seluruh kariernya di Jerman bersama Hannover. Ia bahkan mendapatkan julukan "Walikota Hannover" sebagai bentuk kontribusinya untuk klub. Seorang legenda sepakbola Amerika sejati, ia menyukai apa yang dia lihat dalam diri seorang pemain yang suatu hari nanti bisa menjadi penerusnya.

"Sangat menyenangkan melihatnya bermain dan dalam beberapa hal, ia berkembang sepanjang 90 menit," kata Cherundolo.

“Setiap menit dia masuk ke lapangan dan Anda bisa melihatnya tumbuh dan belajar dari setiap pengalaman, terutama melawan Bayern Munich.

“Saya dapat memberi tahu Anda ini: dia jauh lebih bagus dari saya di usia 18. Secara teknis, dia sangat solid, memiliki kekuatan, hati yang baik, mentalitas yang baik, dan itu sangat sulit untuk dilihat dalam satu pertandingan, tapi memahami bagaimana sepakbola berjalan di Jerman dan bagaimana pelatih kami membuat keputusan, saya dapat memberitahu Anda, Joe mungkin memiliki kurva belajar yang sangat positif.”

"Semakin cepat Anda bisa belajar dan beradaptasi dengan level baru, gaya main baru, bahasa baru, semakin sukses lah Anda di lingkungan baru. Saya tidak berpikir itu eksklusif di Jerman. Jadi, setelah melihat perkembangannya dalam waktu singkat, saya yakin dia adalah bisa beradaptasi dengan sangat baik. Dia punya keinginan yang tinggi.”

Scally telah mengalami puncak ketika mendengar namanya dinyanyikan oleh suporter saat melawan Bayern, tapi ia juga merasakan apes saat timnya dikalahkan Bayer Leverkusen sepekan berselang. Ia telah mengalami bagaimana rasanya sendirian di negara asing, menyesuaikan diri dengan budaya baru, mencuci pakaian sendiri.

Tapi itu juga bagian dari proses untuk Scally, pemain yang bisa bersinar melawan pemain-pemain seperti Lewandowski dan Sane di panggung terbesar akhir pekan sebelum menyerbu toko permen bersama Reyna, layaknya remaja seumurannya.

"[Reyna] suka permen, saya bahkan tidak bercanda, seperti permen sour belts," ungkap Scally.

"Saya bahkan tidak tahu tempat permen ini ada di Dusseldorf, karena keluarga saya ada di sini dan kami berjalan di jalan yang sama setiap saat dan saya pikir saya akan tahu jika ada toko permen.”

"Tapi [Reyna dan saya] naik skuter karena kami berdua tidak ingin berjalan pada saat itu, saya tidak tahu mengapa. Kami mengendarai skuter ini seperti dua anak kecil. Dia berhenti dan saya mengatakan ‘Apa yang kamu lakukan?' dan dia bilang, 'Ada toko permen di sini'. Jadi kami harus parkir, kami masuk dan dia membeli sekantong permen, dan kami memakannya sepanjang waktu,” pungkasnya.

Jadi, ini cuma awal dari versi Scally yang baru dan lebih matang. Tapi, merujuk adagium “awal adalah segalanya”, ada alasan untuk percaya bahwa akan ada lebih banyak momen dan pertandingan besar baginya di masa depan.

Iklan
0