Jessica McDonald USWNT GFXGetty/GOAL

'Anak Saya Duduk Di Kereta Dorong Saat Saya Berlatih' – Bagaimana McDonald Imbangi Sepakbola & Menjadi Ibu, Lalu Juara Dunia Bersama USWNT

Kala Jessica McDonald melahirkan putranya, Jeremiah, pada 2012, ia tidak membayangkan menjadi juara dunia bersama tim nasional wanita AS tujuh tahun kemudian.

Ada semakin banyak pesepakbola yang merangkap menjadi ibu–Alex Morgan dan Sydney Leroux termasuk di antara mereka yang kembali bermain setelah hamil–tapi itu bukan hal lazim ketika McDonald melakukannya 10 tahun lalu.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Kembali ke kebugaran penuh, mengelola gaji kecil yang ia dapatkan dari klubnya, dan menyeimbangkan peran sebagai ibu dengan profesinya adalah rintangan yang telah ia taklukkan, belum lagi cedera lutut sebelum kehamilan yang berpotensi mengakhiri kariernya.

Tapi itu tidak terjadi. Hari ini, pemain berusia 33 tahun itu adalah pemenang Piala Dunia dan juara NWSL tiga kali.

Ketika McDonald mengalungkan medali di leher sekaligus penegasannya sebagai juara dunia, Jeremiah ada di sana, menaburkan confetti di atasnya, memegang trofi tinggi-tinggi sendiri, menikmati momen - yang sebetulnya McDonald tidak yakin apakah ia sepenuhnya mengerti.

Jessica McDonald United States women's national team 2019 World Cup GFXGetty/GOAL

“Dia hanya tahu ibu bermain sepakbola dan begitulah cara saya menghasilkan uang,” kata McDonald kepada GOAL.

“Dia belum cukup memahami intensitas pekerjaan saya, seperti seberapa besar gengsi Piala Dunia.”

“Setiap kali saya di kamp latihan dan dia bersama saya, dia seperti, 'Bu, di mana Megan Rapinoe?!' Dia tidak tahu.”

“Dia hanya tahu Megan adalah rekan setim saya. Dia hanya orang lain baginya. Sahabat terbaik anak ini adalah Megan Rapinoe! Dia tidak tahu siapa wanita kuat ini, dia masih begitu polos.”

“Target saya, impian saya, pasang surut, perjalanan karier saya untuk mencapai [juara Piala Dunia] dan dapat berbagi dengan putra saya adalah hari yang paling luar biasa, paling menakjubkan, paling bahagia, secara harfiah dari seluruh hidup saya.”

“Saya senang dan bangga mengatakan bahwa dia akan mengingatnya, karena dia berusia tujuh tahun saat itu. Suatu hari, kami akan mengobrol sedikit tentang itu dan saya berharap dan berdoa bahwa itu akan menginspirasi dia dengan apapun yang akan dia lakukan pada masa depan.”

"Saya pikir itu akan sangat membantu, dia juga masih mengingatnya, kami merayakan saat-saat sukses sepanjang hidup ibunya, karena dia tidak akan mengingat masa-masa sulit, yang saya lalui tapi juga sangat saya senangi,” imbuhnya.

Perjuangan itu dimulai dengan operasi lutut dengan pemulihan yang memakan waktu selama dua tahun.

"Saya tidak berpikir saya akan bisa berolahraga lagi!” kata McDonald.

“Saya berlatih hanya untuk tetap bugar, sungguh, dan saya menerima pada satu titik selama pemulihan saya bahwa saya tidak akan pernah bisa bermain lagi.”

“Saya tidak menyangka akan berada di sini. Saya benar-benar tidak menyangka, karena saya diberitahu bahwa saya tidak seharusnya demikian.”

Namun, dia kembali dengan karier singkat di Australia, menembus final, dan pencetak gol produktif di Melbourne Victory yang mengembalikan kepercayaan dirinya.

“Saya pikir kelahiran putra saya membantu penyembuhan saya dengan berbagai cara. Saya lebih bugar sekarang pada usia 33 tahun ketimbang kala saya berusia 18 tahun,” tambahnya.

Ini pernyataan yang cukup bagus, karena McDonald mengungkapkan bahwa ia memiliki transisi yang relatif mulus saat kembali dari kehamilan.

“Melahirkan dia sangat membantu saya – dalam hal pikiran, tubuh dan jiwa,” tutur pemilik 19 caps di USWNT itu.

McDonald kembali ke NWSL, liga kasta teratas di AS, tapi hanya dengan gaji senilai $15.000 per tahun untuk beberapa musim pertamanya.

Dia mendapatkan seperti "dukungan di sana-sini" tapi tidak ada yang "cukup".

“Putra saya duduk di kereta dorongnya selama berhari-hari selama sesi latihan saya, karena saya bahkan tidak mampu membayar penitipan anak,” ujar McDonald.

“Jujur, itu beberapa saat terburuk dalam hidup saya.”

"Saya bermain untuk enam tim berbeda di enam negara bagian dan kota yang berbeda dalam lima tahun pertama saya di NWSL, bersama putra saya di sisi. Itu adalah perjuangan yang sebenarnya, karena NWSL tidak mendukung seorang ibu kala itu.”

“Itu membuat saya benar-benar mempertanyakan karier saya, apakah ini yang ingin saya terus lakukan.”

“Tapi setiap orang akan melalui perjuangan pada beberapa titik dalam hidup masing-masing. Ini benar-benar membuat saya rendah hati dan saya bersyukur bahwa saya telah melaluinya. Dengan itu, saya merasa seperti saya bisa melewati apapun dalam hidup saya, karena itu benar-benar mempersiapkan saya untuk menerima hal yang terburuk,” imbuhnya.

Setelah beberapa tahun, McDonald mencapai tujuan terbesarnya. Ia mendapat panggilan pertamanya untuk USWNT pada 2016, yang bukan hanya momen terobosan di tingkat profesional, tapi juga dalam kehidupan pribadinya.

“Satu-satunya saat saya mendapat dukungan 100 persen sebagai seorang ibu adalah bersama timnas AS, karena mereka mempekerjakan pengasuh, mereka menerbangkan mereka ke sana, mereka menampung mereka, mereka memberi mereka makan, siapapun yang kami ingin datangkan untuk menjaga anak kami,” ucap McDonald.

“Saya seperti, 'kemana saja seluruh karier saya? Mengapa kami tidak memiliki ini di NWSL?’,” tutur dia.

“Saya pikir itu adalah sesuatu yang harus terus kami perjuangkan di liga ini, karena saya memiliki begitu banyak teman yang telah pensiun pada usia dini yang benar-benar maniak sepakbola, tapi mereka memilih fokus menjadi ibu,” tambahnya.

Jessica McDonald United States women's national team GFXGetty/GOAL

Era sekarang, NWSL telah memberi para ibu di liga berupa gaji tambahan untuk pengasuhan anak.

"Ya, kami mendapatkan sesuatu, tapi itu masih belum cukup. Ini baru permulaan,” kata McDonald.

Sang penyerang juga mendukung orangtua di liga dengan caranya sendiri. Ia adalah anutan sejati bagi mereka yang ingin membangun keluarga tanpa harus mengorbankan karier. Ia adalah contoh ideal.

“Saya memiliki begitu banyak teman, seorang ibu, saya yang bertanya tentang masalah yang mereka miliki atau jenis informasi apapun yang mereka butuhkan,” kata McDonald.

“Senang bisa membawa kepemimpinan sebagai seorang ibu karena saya seorang senior sekarang–seorang ibu veteran, saya kira Anda bisa mengatakan demikian.”

“Saya melakukan yang terbaik yang saya bisa untuk membantu yang lain, tapi sangat menyenangkan melihat wanita lain memandang saya sebagai ibu dan mempercayai saya untuk menangani hal-hal tertentu, terutama di liga kami.”

“Kami adalah pahlawan super. Kami menjadikannya norma baru bahwa kami tidak harus selalu berada di rumah dan di dapur. Kami bisa melupakan semua itu.”

"Ini sudah 2022. Ibu bisa melakukan apa saja, karena pada akhirnya kami adalah kaum yang luar biasa,” pungkasnya.

Iklan