Chelsea women, Sophie Ingle, Bethany England, Ann-Katrin Berger, Jess Carter and Drew Spence, FA Cup 2021Getty

"Saya Frustrasi Berat!" - Metamorfosis Jess Carter, Anak Bawang Yang Jadi Bintang Chelsea

Coba tanya pemain manapun, trofi mana yang paling favorit di antara yang pernah mereka menangkan, rata-rata bakal memilih trofi pertama.

Sekarang, coba tanyakan Jess Carter si bintang Chelsea dengan pertanyaan yang sama, dan dia bakal punya alasan bagus untuk memberi jawaban yang berbeda.

Pemain 24 tahun itu sudah memenangi enam gelar semenjak hijrah ke London barat dari Birmingham empat tahun lalu, tetapi trofi-trofi terakhirnya adalah trofi-trofi terbaik bagi pemain yang, Minggu (17/4) kemarin, sukses membantu Chelsea mencapai Wembley lagi setelah menghajar Arsenal 2-0 di semi-final Piala FA Wanita.

"Buat saya sih Piala FA tahun lalu," ujar Carter kepada GOAL, setelah berhenti sejenak untuk berpikir. "Itu trofi besar buat saya karena itu adalah salah satu trofi pertama di mana saya merasa saya bermain lebih banyak dan berkontribusi lebih banyak di lapangan."

"Memang semua orang bilang ini olahraga tim dan kami semua yang memenangkan trofinya, tapi jika membandingkan jarang bermain dan memenangkan trofi, dengan banyak bermain dan memenangkan trofi, saya bisa bilang dengan tegas rasanya lebih nikmat ketika Anda berkontribusi lebih banyak di lapangan."

Ketika seorang pemain bergabung dengan klub besar, akan ada selalu yang meragukan apakah timing-nya tepat, tetapi ketika Carter hijrah ke Chelsea, dia tahu bahwa timing-nya tepat.

"Saya mencintai masa bakti saya di Birmingham, tetapi saya mulai terjebak di zona nyaan di sana," akunya.

"Karena di Birmingham kami tak punya kemewahan kedalaman skuad [seperti di Chelsea], saya merasa -- bukan lantas saya berhenti berusaha -- mulai tidak menganggapnya dengan serius, seberapa pun profesionalnya saya."

"Rasanya seperti sukses tanpa ada hambatan ketika penghujung masa bakti saya di Birmingham. Kalau mau jadi pemain yang lebih baik, tidak boleh seperti itu. Waktu itu, saya merasa perlu berada di lingkungan yang lebih profesional yang akan membantu mendorong saya menuju level tersebut."

"Orang-orang bilang, kita harus punya standar sendiri-sendiri, tetapi saya enggak kenal terlalu banyak bocah 19 tahun yang bisa bersikap super profesional dan berinisiatif sendiri. Kadang Anda perlu sedikit dorongan dari lingkungan sekitar, dan itu yang saya rasa bisa saya dapatkan dengan ke Chelsea."

Di musim pertamanya, Carter merupakan starter reguler, tetapi dua musim berikutnya dia lebih sering berperan sebagai pelapis untuk pertama kali dalam kariernya.

"Anda ingin menang, itulah mengapa Anda bermain, tetapi Anda juga merumput demi menit bermain," ujarnya. "Buat orang-orang yang tak banyak mendapatkan menit bermain, rasanya sulit dan ini adalah soal menemukan keseimbangan yang tepat."

"Pada akhirnya, manajer yang memilih Anda dan yang bisa Anda lakukan sebagai pemain adalah memberikan segalanya, setiap hari, supaya Anda tak meninggalkan apa pun dan semoga itu cukup untuk memberi Anda menit bermain."

"Kalau tidak, Anda harus menemukan sendiri peran yang akan Anda mainkan di klub Anda, dan mainkan peran tersebut sebaik mungkin untuk membantu kesuksesan tim."

Jess Carter quote PS 1:1Getty/GOAL

"Ini proses yang amat sulit ketika Anda tak masuk tim. Tentunya, Anda yakin semua orang akan mengedepankan kepentingan Anda, tetapi terkadang Anda merasa seharusnya bisa dipilih ketika diparkir, dan orang lain merasa Anda seharusnya bermain ketika Anda dicadangkan."

"Anda bisa menghadap ke Emma [Hayes, manajer Chelsea] dan tanyakan padanya apa yang perlu Anda lakukan dan seringkali, dia akan langsung menjawab mengapa Anda tidak bermain dan apa yang perlu Anda lakukan. Tetapi kami juga sadar betul kami adalah tim dengan kedalaman skuad yang hebat dan jika Anda tidak dalam performa terbaik, maka Anda bisa diganti."

"Saya sering merasa frustrasi berat di bawah asuhan Emma karena saya tidak mendapatkan menit bermain yang saya rasa pantas saya dapatkan tetapi, di saat yang sama, dia punya alasan tak memainkan saya dan saya menghormati itu."

"Tetapi saya dikelilingi wanita-wanita hebat, yang membuat saya merasa dihargai dan diapresiasi di dalam tim. Menurut saya kami semua bisa merasa bahwa ruang ganti kami sangat baik dan perempuan-perempuan itulah yang seringkali mendorong Anda untuk terus bekerja keras setiap hari."

Kebangkitan Carter hadir 12 bulan lalu, ketika Chelsea diterpa banyak pemain absen menjelang leg kedua perempat-final Liga Champions Wanita kontra Wolfsburg. Hayes seringkali meminta wanita 24 tahun itu untuk siap jika dipanggil – dan betapa siapnya Carter.

"Buat saya, situasinya nyaris tidak bisa lebih buruk lagi," ujar Carter sambil tertawa pelan. "Saya [merasa] lega dan tak tertekan karena: 'Toh saya tidak mendapatkan banyak menit bermain, jadi harusnya nasib saya tak bisa lebih buruk lagi. Sudah, bermainlah dan lakukan yang terbaik'."

"Mungkin bisa dibilang saya merasa cukup terbebas ketika menjalani pertandingan, sementara mungkin orang lain akan merasa stres karena tak mendapatkan menit bermain. Itu cuma momen 'akan seperti apa ya'."

Fast forward setahun kemudian, dan kini Carter sudah menjadi pemain reguler lagi – entah sebagai bek kanan, bek sayap, atau bek tengah. Dia berperan krusial ketika Chelsea mencapai final Liga Champions musim lalu dan ketika The Blues menjuarai Liga Super Wanita (WSL), dan juga Piala FA."

Carter juga kembali dipanggil timnas Inggris, yang membuatnya "benar-benar terkejut". Comeback-nya dalam seragam The Lionesses kontra Austria November lalu, yang merupakan cap keduanya, berjarak empat tahun kurang satu hari sejak cap pertamanya.

Sekarang, dia ingin memenangkan lebih banyak trofi lagi. Chelsea merupakan klub terdepan untuk memenangkan WSL tiga kali berturut-turut dan sukses menembus final Piala FA dengan mengalahkan Arsenal 2-0, Minggu (17/4) kemarin.

Memang, musim ini tidak serta-merta indah - Desember kemarin The Blues tersingkir dari kancah Eropa di fase grup dan bulan lalu mereka dibikin keok Manchester City di final Piala Liga Inggris - tetapi hal itu tidak merusak mood Carter. Justru malah semakin membakar semangatnya.

"Saya rasa itu memberi saya motivasi ekstra," katanya. "Saya ingin merampungkan musim ini dengan Piala FA dan gelar liga. Saya rasa banyak pemain lain yang juga merasa begitu."

"Saya siap untuk berusaha lebih keras lagi demi memastikan kami menyelesaikan musim ini dengan trofi."

Iklan