Spain JapanGetty/GOAL

Tertolong 7 Gol Vs Kosta Rika! Pemenang & Pecundang Saat Spanyol Cuma Jadi 'Runner-Up' Jepang

Sepakbola tidak pernah sesederhana yang terlihat dan melulu di atas kertas.

Dalam grup Piala Dunia yang berisi dua mantan juara termasyhur, bersama dua negara yang sebagian besar dianggap kecil dalam sepakbola, potensi dua label pertama untuk tersingkir sungguh tidak dapat dipahami.

Namun, kenyataan itu terlanjur kejadian.

Teraktual, Jepang secara sensasional mengalahkan Spanyol 2-1 pada laga pamungkas Grup E Piala Dunia 2022 di Stadion Internasional Khalifa, Jumat (2/12) dini hari WIB.

Adil atau tidak, Jepang mempermalukan juara dunia edisi 2010, setelah mengalahkan juara 2014. Sementara pada laga lain, Jerman tergagap melawan Kosta Rika. Bahkan, ada momen singkat di mana Jepang dan Kosta Rika berpeluang melaju ke babak 16 besar dengan mengorbankan Spanyol dan Jerman.

Kai Havertz membuat skor menjadi 2-2 untuk memastikan hal itu tidak terjadi. Jerman akhirnya menang 4-2, tapi “bantuan” dari Spanyol yang gagal mengalahkan Jepang tidak datang hingga selesai.

La Roja tidak dapat menemukan celah, frustrasi, dan ompong melawan Jepang, yang sekaligus mengirim Jerman keluar dari Piala Dunia.

Inilah pemenang dan pecundang versi GOAL saat Spanyol tertatih-tatih ke babak 16 besar.

Alvaro Morata Spain Japan World CupGetty Images

PEMENANG

David de Gea:

Di suatu tempat di Manchester, De Gea duduk di sofa, dekorasi Natal, minuman panas di tangan, tidak ada Spanyol di televisi, dengan senyum masam mengiris wajahnya.

Pendekatan Spanyol di bawah Luis Enrique adalah penguasaan bola, dan tidak perlu seorang jenius untuk memahami bahwa De Gea sangat terbatas dengan bola di kakinya. Bahkan Erik ten Hag sudah mengetahuinya. Yang diperlukan hanyalah mecoba melihatnya mencoba mengoper bola lambung ke full-back sekali-dua kali.

Namun, apa yang bisa dia lakukan adalah penyelamatan dan secara teratur menyelamatkan tim yang berada di bawah tekanan. Melihat ke belakang adalah hal yang luar biasa, tapi De Gea sama sekali tidak menempatkan bek sayap timnya di bawah tekanan yang tidak perlu dengan umpan itu dan dia hampir pasti menyelamatkan serangan Tanaka.

Nikmati Natalmu, David.

Ritsu Doan:

Musim 2022/23 yang sederhana untuk SC Freiburg sejauh ini bukan cerminan kampanye Doan bersama Jepang di Piala Dunia, di mana ia menjadi pahlawan bagi tim nasional.

Sebelumnya, pemain berusia 24 tahun itu juga menjadi pilar kemenangan tim Samurai Biru atas Jerman pada laga pembuka. Jika itu belum cukup, ia keluar dari bangku cadangan dan tidak membuang waktu untuk membuat Jepang unggul melawan Spanyol.

Alvaro Morata:

Perlambang frasa 'Sudah kubilang...'

Morata telah menghabiskan hampir seluruh kariernya sebagai sasaran lelucon, atau kambing hitam ketika ada yang tidak beres. Ya, memang ada beberapa alasan untuk itu karena ia tidak selalu menjadi penyerang yang produktif seperti yang diharapkan banyak orang.

Tapi, pemain berusia 30 tahun itu juga sangat dibenci, dan performanya untuk Spanyol adalah pengingat akan hal itu. Tiga gol dalam sedikit pertandingan di Qatar 2022, yang terbaru adalah upaya yang indah.

Sedikit bergerak mengecoh di dalam kotak, ia sudah berada di antara bek lawan dan menempelkan bola di kepalanya. Tidak perlu kesempatan demi kesempatan. Pilih yang itu. Pahlawan tanpa tanda jasa Spanyol.

Alejandro Balde Spain Japan World CupGetty Images

PECUNDANG

Fans Chelsea:

Azpilicueta menemukan setengah ruang dan menempatkan bola lezat untuk Morata dan gol pembuka tercipta.

Kala Chelsea mendatangkan Morata pada 2017, antusiasme tinggi terasa. Tapi, pemain Spanyol itu menjadi korban kutukan nomor sembilan di musim pertamanya, dan yang terjadi selanjutnya adalah beberapa tahun yang menyedihkan di sepakbola Inggris.

Morata tidak pernah menemukan performa terbaik, meski tampil sebagai sosok yang disukai. Namun, semua orang menginginkannya berhasil, dan tahu ada bakat di sana.

Barcelona:

Semakin jauh Spanyol melangkah di Piala Dunia, semakin banyak kemenangan Xavi di layar televisi.

Setiap 90 menit trio lini tengah Barcelona melengkapi La Roja adalah segelas anggur lagi yang dituangkan oleh pelatih La Blaugrana, hanya karena takut salah satu dari tiga asetnya yang paling berharga mengalami cedera yang dapat menggagalkan musim mereka.

Barcelona, ​​untuk semua dinamika mereka baru-baru ini, memiliki beberapa pemain kunci yang mendorong Spanyol ke kampanye Piala Dunia yang sensasional. Tapi itu berarti mereka semua bisa jatuh seperti lalat karena cedera dan kelelahan setelah turnamen.

Ketika Blaugrana mencoba menumbangkan Real Madrid di LaLiga dan menghadapi dua pertemuan melawan Manchester United di tahun baru, Anda bisa memahami kekhawatirannya.

Alejandro Balde:

Malam yang berat untuk seorang remaja, yang pasti ia akan belajar dari laga ini dan kembali dengan lebih kuat.

Semua tampak baik-baik saja di babak pertama. Spanyol berada dalam kendali dan Jepang membiarkannya terjadi. Namun, pembicaraan tim paruh waktu yang keras benar-benar mengubah keseimbangan, dan itu membuat Balde muda lengah.

Kekurangannya dalam pengalaman tiba-tiba terlihat berlimpah. Tentu, ia dimasukkan ke dalam air panas oleh kiper Unai Simon saat Jepang mampu menyamakan kedudukan, tapi di timnas sekelas Spanyol, ia diharapkan untuk mampu mengatasi umpan itu.

Balde kembali kebingungan untuk kebobolan kedua Spanyol, saat bola melintas di sepanjang kotak dari sisi sayapnya.

Jerman:

Di mana kita mulai?

Jerman memimpin melawan Kosta Rika, sebelum mampu diimbangi kembali. Hebatnya, mereka kemudian tertinggal dan pasrah untuk tersingkir bersama Spanyol.

Skuat Hansi Flick—di antara banyak kesalahan mereka—menunjukkan ketahanan dan dengan cepat menyamakan angka berkat Kai Havertz, sebelum kembali memimpin dengan skor 3-2. Namun, kemenangan tidak cukup untuk membawa mereka lolos ke fase gugur selama Jepang memimpin Spanyol.

Untuk semua upaya saat mereka mencoba untuk kembali hidupkan peluang dan mampu melakukannya, Jerman tetap tersingkir dari turnamen karena sang pembunuh raksasa Jepang mengalahkan pemenang Piala Dunia lainnya. Benar-benar mencengangkan.

RATING SPANYOL

Belakang

Unai Simon (4/10):

Kiper tidak boleh sebagus ini saat menguasai bola. Namun, peran utama seorang kiper tentu haram dilewatkan. Simon bisa memainkan semua operan di bawah tekanan yang dia inginkan, tapi dia harus menyelamatkan tendangan Doan.

Cesar Azpilicueta (7):

Kembali melepaskan umpan silang sempurna yang berujung assist di awal pertandingan. Dengan Jepang yang solid di lini defensif, pemain veteran ini memiliki lebih banyak ruang untuk menikmati permainan dan berkembang di dalamnya.

Rodri (8):

Mampu menempatkan pemain ini sebagai bek tengah adalah kode curang yang bagus. Anda tidak hanya dapat mengandalkannya untuk melakukan semua tugas pertahanan dengan cemerlang, ia juga menambahkan lapisan keunggulan teknis lainnya di fase pertama permainan. Sangat penting untuk strategi Enrique.

Pau Torres (5):

Di sisi ia tidak merasa nyaman, terlihat jelas ketika seseorang tidak berada di level yang sama. Tambahkan fakta bahwa Torres bermain di samping salah satu pemain yang paling tahan tekanan dalam sepakbola, dan jelas terlihat bagaimana ia jadi penghubung yang lebih lemah.

Alejandro Balde (4):

Minim jam terbang pemain ini terlihat saat Jepang meningkatkan tekanan setelah turun minum. Diberi tekanan terlalu besar oleh kiper yang berujung gol penyama skor lawan. Ia terus dieksploitasi hingga akhir laga dan kemenangan mampu disegel Jepang.

Sergio Busquets Spain JapanGetty Images

Tengah

Sergio Busquets (6):

Beberapa momen menakutkan di mana dia terjebak dalam penguasaan bola atau kalah karena kecepatan menunjukkan keterbatasannya, tapi kontrol Spanyol atas permainan sangat cocok untuk Busquets. Tidak berarti sempurna, tapi telah melakukan tugasnya.

Gavi (5):

Bukan waktu terbaiknya. Gavi memainkan peran penting di babak pertama dalam menahan Jepang dengan permainan posisinya, tapi tidak cukup berpengaruh dalam penguasaan bola. Memudar saat permainan berlangsung.

Pedri (7):

Penampilan apik dari pemain berusia 20 tahun ini, yang mendemonstrasikan jangkauan operannya, ketahanan tekanan yang luar biasa, dan atribut fisiknya untuk membantu Busquets saat dibutuhkan. Secara konstan tampil dewasa.

Depan

Nico Williams (5):

Tidak cukup bagus. Pemain asal Athletic Bilbao itu kesulitan untuk masuk ke dalam permainan dan tidak begitu memahami taktik Enrique. Tidak memiliki kualitas terdepan yang dibutuhkan Spanyol.

Alvaro Morata (7):

Pergerakan dan gerak kaki yang luar biasa di dalam kotak untuk menghasilkan ruang yang berujung sundulan cerdas. Morata di turnamen besar dengan seragam Spanyol adalah monster yang berbeda.

Dani Olmo (5):

Performa yang lebih tenang setelah dua performa impresif sebelumnya. Tidak bisa masuk ke dalam permainan dan tidak memiliki kualitas dan kekuatan yang sama dengan permainan yang telah memukau penonton pada pertandingan sebelumnya.

Pemain pengganti

Dani Carvajal (3)

Datang dari bangku cadangan, kebobolan dua kali dan kesulitan hampir setiap kali ia berhadapan satu lawan satu di area yang luas. Dalam skuat Spanyol yang penuh dengan pemain muda dan talenta, jumlah bek kanan mereka sangat sedikit.

Ferran Torres (5)

Tidak mempengaruhi permainan seperti yang diharapkan Enrique. Torres tampak cemerlang dalam kilasan di Qatar, tapi sebagian besar kurang memuaskan. Cerita yang mirip dengan yang ia tulis di Barcelona.

Marco Asensio (6):

Asensio menambahkan lebih banyak energi dan agresivitas dalam serangan Spanyol, tapi tidak ada penyelesaian yang ditunggu.

Jordi Alba (6)

Pilihan bijak bagi Enrique untuk memasukkan sang veteran yang menggantikan Balde, yang kedodoran pada babak kedua.

Ansu Fati (6):

Sayang sekali Enrique tidak mempercayai Fati untuk melanjutkan dan mengubah permainan dari awal.

Luis Enrique SpainGetty Images

Pelatih

Luis Enrique (5)

Enrique merotasi timnya, namun tetap menghormati Jepang dan tetap menurunkan 11 pertama yang seharusnya mampu menyelesaikan tugas.

La Roja seharusnya dapat mengunci permainan pada babak pertama, sulit untuk menyalahkan Enrique atas kapitulasi mereka dan peningkatan performa Jepang pasca-jeda.

Iklan