Keberhasilan Indonesia melangkah hingga ke final Piala AFF 2020 membuat mereka kembali diperhitungkan sebagai kekuatan utama di kancah sepakbola Asia Tenggara.
Melajunya Skuad Garuda sampai partai puncak turnamen tahun ini memang di luar perkiraan banyak pihak, tapi pasukan Shin Tae-yong berhasil membalikkan prediksi.
Sebagai tim yang awalnya dipandang sebelah mata sejak di fase grup, karena banyak yang menjagokan Vietnam dan Malaysia untuk lolos ke fase gugur, nyatanya Indonesia mampu mengungguli keduanya untuk melangkah ke semi-final dengan menjuarai Grup B.
Pun demikian di semi-final, Singapura sebagai tuan rumah sebenarnya lebih diunggulkan, terlebih dengan adanya dukungan langsung dari penonton. Namun lagi-lagi Indonesia menjawab keraguan, menyingkirkan Singapura setelah bertarung dalam dua leg yang dramatis.
Status nonunggulan yang melekat pada tim nasional Indonesia bukan tanpa alasan, pasalnya mereka datang ke Piala AFF ketika masih menyandang peringkat ke-166 FIFA, jauh lebih rendah ketimbang para rival dan unggulan seperti Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Singapura.
Belum lagi materi kekuatan legiun Merah Putih tergolong baru dan yang termuda, dengan rataan usia 23,8 tahun. Belum lagi catatan buruk mereka di kualifikasi Piala Dunia 2022 terakhir, di mana mereka babak belur dihajar Thailand, Vietnam dan Malaysia tanpa pernah menang dalam delapan pertandingan.
Tak mengherankan jika kesuksesan Indonesia lolos ke final Piala AFF tahun ini mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak, salah satunya adalah media Vietnam, Bongdaplus yang membuat ulasan khusus mengenai peran penting pelatih Shin Tae-yong yang membangkitkan sepakbola tanah air sejak dikontrak pada 2019.
"Sudah lama sepakbola Indonesia tidak memiliki pelatih yang memahami kekuatan timnya dan juga [kelemahan] lawan seperti Shin Tae-yong, dan bagaimana mereka mencapai final Piala AFF 2020 benar-benar layak untuk dibahas," tulis media ternama di Vietnam tersebut.
Kapasitas pelatih asal Korea Selatan tersebut, yang pernah membawa negaranya mengalahkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018, secara taktikal juga mendapat apresiasi karena dinilai punya perhitungan yang matang dan tepat dalam menentukan komposisi skuad sesuai kebutuhan pertandingan.
Seperti pada dua pertandingan lawan Vietnam dan Malaysia di fase grup, taktinya begitu kontras. Ketika menghadapi Vietnam, sadar timnya kalah kualitas skuad, Shin Tae-yong memutuskan bermain pragmatis dengan bertahan sangat dalam hingga membuat lawan frustrasi dan berakhir imbang tanpa gol, sementara saat lawan Malaysia skemanya berubah lebih terbuka dan sukses menang 4-1.
Getty Images"Menilik kembali perjalanan di fase grup, Indonesia juga telah memiliki banyak perhitungan yang dibuat oleh Shin Tae-yong. Lawan Vietnam, Indonesia bermain moderat, fokus bertahan demi mengejar target mendapatkan poin. Bahkan pelatih asal Korea itu berani mencadangkan kapten tim Evan Dimas," lanjut ulasan Bongdaplus.
"Dalam pertandingan kunci lawan Malaysia, pelatih Shin Tae-yong memutuskan untuk bermain [menyerang] sepanjang waktu, mengeluarkan semua kemampuan terbaik timnya untuk mengalahkan lawan 4-1."
"Fakta bahwa Indonesia merebut tiket ke semi-final dengan menempati posisi pertama Grup B juga sangat mengejutkan dan mereka berhasil menghindari lawan kuat, Thailand di fase gugur."
Tak sekadar lolos ke final, di bawah arahan Shin Tae-yong, Indonesia juga menjadi tim paling subur sepanjang gelaran Piala AFF tahun ini, telah mencetak 18 gol dari enam pertandingan yang sudah dijalani.
Rekor Skuad Garuda itu lebih baik ketimbang Thailand yang baru mendulang 12 gol dari enam laga dan juga juara bertahan Vietnam yang tersingkir dengan torehan sembilan gol.
