Bekas manajer Liverpool, Gerard Houllier menimbulkan kontroversi di Prancis, mengatakan bahwa Paris Saint-Germain dan Olympique Marseille berkomplot mempengaruhi pemerintah agar menghentikan Ligue 1 musim ini.
Lyon menjadi salah satu klub yang paling dirugikan atas pembatalan kampanye Ligue 1 musim 2019/20, gagal lolos ke kompetisi Eropa untuk pertama kalinya sejak 1997 setelah finis di posisi ketujuh.
Houllier meyakini bahwa PSG dan Marseille, yang menjadi juara dan runner-up, bersekongkol demi memastikan bahwa kompetisi musim ini tidak bisa dituntaskan.
"Ada sumbu di antara OM dan PSG dan itu sangat merugikan," klaim Houllier, yang sekarang menjadi penasihat pemilik Lyon, Jean-Michel Aulas, kepada OLTV.
"Ada aliansi yang dibuat dengan kesepakatan di antara para sahabat dan saya pikir ada rencana tersendiri, yakni rencana untuk menjatuhkan Lyon."
"Hal itu akan ditutup-tutupi karena saya pikir pemerintah Prancis terlibat. Saya mengikuti semua konferensi pers oleh [presiden] Emmanuel Macron dan [perdana menteri] Edouard Philippe, dan mereka tidak pernah berbicara tentang olahraga."
"Dan kebetulan, pada akhirnya, dinyatakan bahwa Ligue 1 tidak bisa dilanjutkan. Itu pertama kalinya saya mendengar mereka membicarakan olahraga. Terasa sedikit aneh."
Klasemen akhir Ligue 1 akhirnya ditentukan dengan posisi terakhir sebelum kompetisi dihentikan pada Maret lalu karena pandemi virus corona, kendati jumlah pertandingan yang telah dilalui semua klub tidak sama, ada PSG dan Strasbourg yang memiliki jumlah laga lebih sedikit.
Houllier pun merasa keputusan tersebut tidak adil. Menurutnya, jika musim harus berakhir, maka sepatutnya dianulir sepenuhnya dengan tidak menobatkan juara.
"Saya merasa itu sangat tidak adil," lanjutnya. "Kompetisi tidak berhenti pada hari ketiga, 19 atau 28. Harus sampai akhir, jika tidak kami menganggapnya batal demi hukum."
