Piala Dunia 2018 di Rusia mungkin menjadi pembuktian bagi Kroasia bahwa mereka tidak bisa dianggap remeh di pesta sepakbola antarnegara terbesar di dunia itu.
Meski takluk di final dari Prancis di Luzhniki Stadium dengan skor 4-2, perjalanan Vatreni untuk mencapai partai puncak sangat mengagumkan, meraih tiga kemenangan di fase grup, menang adu penalti di dua fase gugur awal dan mengalahkan Inggris di semi-final.
Jelas, pelatih dan para pemain Kroasia saat itu -- yang bisa disebut sebagai salah satu generasi emas sepakbola di negara itu -- menjadi faktor penting, namun ada satu sosok lagi yang tidak bakal dilupakan oleh masyarakat di negara itu.
Ya, dia adalah Davor Suker, seorang penyelamat sepakbola Kroasia baik saat menjadi pemain atau sebagai presiden federasi sepakbola Kroasia (HNS).
Meski karier awalnya sebagai ketua PSSI-nya Kroasia tidak mulus, bahkan menuai banyak kontroversi, Suker perlahan mampu bangkit dan menunjukkan kinerjanya.
Suker pertama kali terpilih sebagai ketua HNS pada 5 Juli 2012 dan terpilih kembali pada 2017 untuk menjalani periode keduanya.
Kesuksesan Suker tak hanya saat menjabat sebagai ketum HNS, dengan ia benar-benar membersihkan citra sepakbola Kroasia yang sedang marak kasus taruhan.
Sebagai pemain, ia memantapkan namanya sebagai legenda sepakbola Kroasia dan masih menjadi pencetak gol terbanyak untuk Vatreni dengan 45 golnya.
Karier sepakbola Davor Suker
Getty ImagesSeperti kebanyakan pesepakbola Kroasia lainnya, Suker memulai kisahnya di olahraga itu dengan klub di kampung halamannya, NK Osijek, dengan ia melakoni debutnya di tim senior pada 1984.
Setelah lima musim bersama Osijek, raksasa Kroasia Dinamo Zagreb tertarik untuk meminangnya, dan transfer pun terjadi pada musim panas 1989. Tetapi bersama Zagreb, kemampuannya bisa dibilang tidak terlalu berkembang pesat. Ia hanya bermain lima kali untuk klub tersebut dan memutuskan untuk hijrah ke Sevilla dua tahun kemudian.
Kejayaan Suker dimulai di Sevilla. "Davor-Davor, Suker-Suker!" begitulah teriakan para pendukung Los Nervionenses ketika sang striker mencetak gol.
Dengan cepat ia menjadi idola di Sevilla, apalagi di laga debutnya pada musim 1991/92 saat melawan Real Sociedad, Suker langsung menjadi starter dan mencetak dua gol.
Gol demi gol ia cetak untuk Los Nervionenses dan semakin memantapkan namanya sebagai salah satu penyerang top di Eropa. Total 81 gol ia cetak buat Sevilla dalam 164 laga di semua kompetisi. Dia pun terus dielu-elukan oleh fans meski tak mampu mempersembahkan satu gelar pun.
GettyTetapi, pada awal musim 1996/97, The Wizard - begitu ia disebut - membuat para pendukung Sevilla patah hati setelah dia memutuskan untuk hengkang ke klub Spanyol lainnya, Real Madrid.
Pada musim pertamanya bersama Los Blancos, Suker langsng meraih trofi La Liga, dan di musim berikutnya ia sukses mengangkat gelar Liga Champions.
Selama tiga musim berada di ibu kota Spanyol, pria yang kini berusia 54 tahun itu membukukan 49 gol dalam 109 penampilan dan mempersembahkan empat gelar.
Setelah menginjak usia 30-an, Suker kemudian bermain untuk beberapa tim seperti Arsenal, West Ham United dan 1860 Munich sebelum akhirnya gantung sepatu pada Juli 2003.
Tetapi, Suker tak lepas dari kontroversi. Pada 1996, ia berfoto sambil terlihat tersenyum lebar di kuburan mantan pemimpin Utase (organisasi revolusioner Kroasia Ante Pavelic yang berada di Madrid. Sontak ia langsung mendapat kritik dari banyak pihak karena organisasi Utase, bersama Nazi, pernah membantai kelompok minoritas.
Memang, kariernya di level klub tidak sementereng bintang Los Blancos saat ini Luka Modric, atau seperti Mario Mandzukic, tetapi di level internasional, dia benar-benar dipuja oleh negaranya.
Getty ImagesEnam kali menyabet penghargaan pemain terbaik Kroasia (1992,1994 sampai 1998), menjadi topskor di Piala Dunia 1998 dan menjad pencetak gol sepanjang sejarah untuk Vatreni, itu semua cukup baginya untuk dicap sebagai seorang legenda.
Puncak kariernya di timnas adalah pada Piala Dunia 1998, di mana Kroasia berhasil menjadi juara tiga di turnamen tersebut.
Di fase grup, mereka berhasil finis di urutan kedua, di belakang Argentina, dengan Jamaika dan Jepang menjadi tim yang tersingkir dari Grup H.
Di fase gugur, Vatreni berhasil menyingkirkan Romania dan Jerman, yang mereka hajar tiga gol tanpa balas, sebelum kalah tipis 2-1 dari Prancis di semi-final.
Pada perebutan juara ketiga, Kroasia berhadapan dengan Belanda, dan Suker berhasil mencetak gol untuk membawa negaranya menang dengan skor 2-1.
Suker sebagai ketua PSSI-nya Kroasia
Sanjin Strukić/PixsellSuker terpilih menjadi ketua umum HNS pada 2012 setelah pendahulunya Vlatko Markovic mengundurkan diri karena sudah berusia 75 tahun.
Namun, lagi-lagi Suker kembali menuai kontroversi setelah menjabat sebagai ketum HNS. Di 2015, sebanyak 30 ribu lebih massa memenuhi jalanan di Split untuk memprotes HNS karena adanya isu-isu terkait korupsi, pengaturan skor hingga serangan fisik kepada manajemen Hajduk.
Tak hanya itu, pada 2015 ia pernah digugat oleh asosiasi Jurnalis Kroasia karena dituduh menghalang-halangi hak jurnalis untuk menggali informasi. Bahkan ia juga digugat karena telah melakukan kekerasan terhadap seorang jurnalis yang sedang meliput.
Meski dipenuhi dengan kontroversi, Suker menjabat selama dua periode sebagai ketum HNS setelah pada pemilihan di 2017, ia menjadi satu-satunya kandidat sebagai ketua dan akhirnya terpilih untuk melanjutkan kepemimpinannya.
Di periode keduanya, Suker benar-benar fokus untuk menatap Piala Dunia 2018 yang digelar di Rusia. Beban berat ia berikan kepada Modric dkk, tetapi ia juga terus bekerja untuk membersihkan nama baik Kroasia yang terlanjur lekat dengan citra buruk seperti taruhan, pengaturan skor dan suap.
Hasilnya pun sangat menakjubkan. Kroasia berhasil mencapai final Piala Dunia 2018, dan sepakbola Vatreni mulai terlihat lebih sehat.
Memang, Suker tak pernah lepas dari kontroversi, baik saat menjadi pemain atau saat menjabat sebagai ketum HNS, tetapi ia adalah legenda hidup sepakbola Kroasia. Sebagai pemain ia sukses mengantarkan negaranya menjadi juara tiga di Piala Dunia 1998, dan 20 tahun kemudian ia menjadi bos saat Vatreni mencapai final di Rusia.
