Harry Kane Tottenham 2022-23 HIC 16:9Getty

Apa Lagi yang Bisa Dicapai Kane di Tottenham Hotspur? Rekor Gol Cuma Bakal Hapus Alasan Untuk Bertahan

Panggung sudah diatur. Naskah telah ditulis. Harry Kane akan menggagalkan tantangan gelar Arsenal, akhir pekan lalu. Dengan sepakan penalti. Di menit terakhir. Untuk menjadi pencetak gol terbanyak Tottenham Hotspur sepanjang masa.

Setidaknya, itulah impian para suporter Spurs. Tapi, kenyataannya justru terbukti menjadi mimpi buruk.

Arsenal meraih kemenangan yang memalukan dari sudut pandang Spurs untuk unggul delapan poin di puncak klasemen atas pesaing terdekat, Manchester City. Sementara itu, Spurs terpaku di urutan kelima, terpaut lima poin dari tim posisi keempat, Man United.

Teraktual, Spurs tetap menjadi Spurs saat kena 'comeback' Man City 4-2 setelah sempat unggul dua gol pada babak pertama.

Kane gagal mencetak gol dan masih belum mampu memecahkan rekor gol Jimmy Greaves. Itu terasa sedikit pahit. Pada tahap kariernya saat ini, ia ingin memenangkan trofi bersama City, bukan memecahkan rekor di Spurs, dan ia memiliki lebih banyak alasan untuk menyesali kegagalan transfer yang ke Etihad.

Kane mungkin telah terbukti lebih cocok untuk lini depan skuat Pep Guardiola daripada Erling Haaland, tapi nama terakhir masih rutin mencetak gol meski terbilang jarang menyentuh bola selama pertandingan.

Meski minat City pada Kane berakhir 18 bulan lalu, pembicaraan transfer seputar pemain nomor 10 Spurs itu kembali dimulai lagi. Pekan lalu di media Spanyol, Real Madrid dikaitkan dengan Kane untuk transfer musim panas mendatang.

Pemain berusia 29 tahun itu rasanya akan lebih suka bertahan di Inggris. Tapi, CEO Spurs Daniel Levy jelas bakal lebih suka menjual sang bomber ke tim di luar Liga Primer Inggris.

Jangan lupa, kontrak Kane di Spurs habis pada Juni 2024. Jika striker yang frustrasi itu melayangkan permintaan transfer musim panas ini, Spurs kali ini akan sulit menolak tawaran duit jutaan untuk pemain paling berharga mereka itu.

Harry Kane Tottenham 2022-23 GFXGetty

Sulit untuk dipastikan bagaimana pihak Spurs bisa meyakinkan Kane untuk bertahan. Uang bukanlah faktor pendorong di sini – dan, selain itu, dia bisa mendapatkan lebih banyak lagi di tempat lain. Ini tentang ambisi, dan selalu begitu.

Pada usia 29 tahun, Kane adalah sesuatu yang anomali dalam sepakbola: bakat kelas dunia yang diakui namun tanpa trofi bergengsi, dan itu menyakitkan. Ia ingin memenangkan gelar Liga Primer - bukan penghargaan Pemain Terbaik Bulanan. Ia juga tidak menyembunyikan hal itu lagi.

Setelah diberikan penghargaan Pemain Terbaik Liga Inggris pada April 2021, dia mengakui, "Sehebat apa pun ini, saya ingin memenangkan penghargaan terbesar bersama tim. Kami tidak cukup untuk melakukan itu. Jadi, ini pahit."

Tentu, penunjukan Antonio Conte pada awalnya mengembalikan harapan menyoal perubahan haluan di Spurs. Allenatore asal Italia itu punya reputasi bagus sebagai serial pemenang dan Kane senang bekerja di bawah pelatih yang sangat menuntut. Namun, masalah Conte adalah bahwa ia akan meminta sebanyak mungkin dari pemilik, yang kerap mengarah pada kritik publik.

Jadi, meskipun memimpin Spurs kembali ke Liga Champions musim ini, setelah sepenuhnya membalikkan musim 2021/22 mereka, masa depan Conte di klub kini diselimuti ketidakpastian setelah rentetan keluhan terkait kekuatan skuatnya.

Sementara itu, Kane belum menyetujui perpanjangan kontrak dan pertanyaan yang jelas adalah, mengapa ia memperpanjang masa baktinya di Spurs ketika seorang manajer yang jelas ia kagumi secara terbuka mempertanyakan ambisi majikannya di pasar transfer?

Harry Kane Antonio Conte Tottenham GFXGetty

Sejumlah klub elite akan memanfaatkan kesempatan untuk merekrut penyerang tengah yang lengkap. Manchester United dan Bayern Munich adalah pengagum lama dan memang demikian: Kane akan sangat cocok untuk keduanya. Madrid boleh dibilang kurang membutuhkan jasanya tapi jika mereka datang memanggil, apakah dia bakal bilang tidak?

Michael Owen misalnya, ia tidak pernah berpikir akan meninggalkan Liverpool, tapi ia merasa tidak mungkin untuk menolak Madrid.

"Saya tidak bisa tidur selama sepekan sebelumnya," ucap Owen kepada GOAL tentang kepindahannya ke Madrid pada 2004.

"Ya, dan bahkan dalam perjalanan ke bandara, saya menangis, saya tidak keberatan memberi tahu Anda," tutur pemain yang akhirnya gagal bersama Los Blancos.

"Anda pikir Anda akan menjadi pemain Liverpool seumur hidup tapi kemudian Anda berpikir, 'Ya Tuhan, ini Real Madrid - saya akan menyesali ini selamanya jika saya mengatakan tidak.' Jadi, itu hanyalah salah satu panggilan yang sangat sulit ditolak dan mengubah hidup," tambahnya.

Francesco Totti dihadapkan dengan dilema yang sama setahun sebelumnya, dan legenda Roma telah memutuskan untuk tidak pindah ke Santiago Bernabeu setelah intervensi keluarga dan teman-temannya.

"Saya menganggap itu hal yang luar biasa," tutur Totti kepada Corriere dello Sport.

“Tapi pada saat itu saya telah cukup banyak memutuskan [untuk pergi]. Saya tidak akan pergi ke tim yang biasa saja, tapi untuk yang terbaik di dunia," ujar sang Pangeran Roma.

"Jadi, itu (Madrid) adalah satu-satunya klub yang akan membuat saya meninggalkan Roma, meskipun dengan kesedihan di hati saya. Tapi, kala itu adalah waktu yang sangat aneh antara saya dan klub, karena beberapa hal tidak berjalan dengan benar. Saya telah bertanya untuk beberapa hal tertentu dan mereka tampaknya mengabaikan harapan saya," imbuhnya.

Kane tentu akrab dengan rasa frustrasi tersebut. Ia tidak memiliki apa-apa selain rekor, penghargaan individu, dan medali runner-up untuk ditunjukkan atas kariernya di Tottenham.

Seperti halnya Totti, Kane tentu memiliki ikatan yang kuat dengan kampung halamannya.

"Saya dari London, tumbuh dewasa, dan memiliki ikatan itu, tidak ada yang lebih baik daripada bermain untuk tim kampung halaman Anda, yang telah membesarkan Anda," kata Kane pada 2021.

Situasi Kane berbeda dengan Totti, karena legenda Italia itu tidak merasa begitu intens untuk meninggalkan Roma tercinta untuk mencicipi trofi, karena dia sangat yakin dia bisa memenangkan trofi lainnya di Olimpico, yang bakal bikin dunia menolehkan pandangan kepadanya.

Memang, Totti sudah merasakan kesuksesan Scudetto, tepatnya pada Serie A musim 2000/01, dan ia mengatakan bahwa satu gelar liga bersama Roma bernilai 10 di tempat lain.

Francesco Totti Roma 2001 GFXGetty

Giallorossi belum lagi memenangkan Serie A sejak itu, tapi Totti adalah bagian dari sepasang gelar Coppa Italia pada edisi 2007 dan 2008.

“Pada akhirnya, saya mendapatkan semua yang saya inginkan: cinta dan gairah lebih penting bagi saya daripada memenangkan trofi di tempat lain,” ucap Totti kepada Sky Sport Italia.

“Saya memberikan 101 persen untuk Roma, karena saya menempatkan Roma di depan, di dalam diri saya, dan ranah privat saya. Roma adalah segalanya," pungkasnya.

Apakah Spurs adalah segalanya bagi Kane? Keinginannya untuk hengkang ke City pada 2021 akan menyatakan sebaliknya.

Kane telah berbicara tentang keinginannya untuk memecahkan rekor Jimmy Greaves di Spurs, tapi apakah itu benar-benar cukup untuk memuaskan ambisinya? Ia memiliki kesempatan untuk disebutkan dalam nafas yang sama, tidak hanya Totti, tapi juga Paolo Maldini, Paul Scholes, Steven Gerrard dan Carles Puyol – pemuda lokal yang menjadi tokoh ikonik di klub raksasa.

Namun, semua pemain yang disebut itu berada di klub yang mampu memenangkan trofi. Bisakah kita mengatakan hal yang sama untuk Spurs, apalagi jika berpisah dengan Conte? Kali terakhir klub asal London Utara tersebut meraih trofi bergengsi yakni Piala Liga Inggris 2008 alias 15 tahun silam!

Jadi, pemecahan rekor bagi Kane justru berpotensi menjadi alasan sang striker pindah, dengan alibi dan pemakluman bahwa ia telah memberikan segalanya untuk Spurs.

Lagi pula, apa lagi yang bisa ia harapkan untuk dicapai di klub yang tertatih-tatih di ambang krisis manajerial lainnya? #EnicOut?

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0