Setelah Prancis mencapai final Piala Dunia 2018 dengan mengalahkan Belgia, Antoine Griezmann menangis.
Sebaliknya, ketika Les Bleus mengulangi prestasi itu di Qatar pada Kamis (15/12) setelah menahan serangan Maroko, ia tampak tenang dan kalem ketika menerima penghargaan 'man of the match'.
Sama seperti yang dia lakukan selama 90 menit sebelumnya dalam pertandingan.
Prancis secara efektif memasuki wilayah lawan mereka di Al Bayt Stadium. Secara teori, stadionnya berada di tempat netral, meski faktanya seperti kandang bagi Maroko.
Suporter negara Afrika tersebut memenuhi stadion, melebihi para pendukung Prancis dengan rasio sekitar tujuh banding satu.
Ketika La Marseillaise -- lagu kebangsaan Prancis -- dikumandangkan sebelum kick-off, itu disambut dengan hiruk-pikuk siulan, begitu pula dengan setiap sentuhan bola yang dilakukan para pemain Prancis saat pertandingan berjalan.
Stadion terdiam sesaat hanya dalam lima menit, ketika Prancis memimpin.
Theo Hernandez mencetak gol dengan penyelesaian akrobatik, berawal dari tembakan Kylian Mbappe yang mengenai lawan dan bola menuju ke bek kiri, tapi kreator utama di balik gol itu adalah Griezmann.
Tidak mengejutkan.
Final hari Minggu (18/12) antara Prancis dan Argentina bisa dikatakan banyak orang sebagai duel Kylian Mbappe versus Lionel Messi.
Jika salah satu dari mereka mencetak gol krusial atau memberikan assist yang mematikan, kemungkinan besar mereka akan dianugerahi Bola Emas.
Namun, jangan mengesampingkan Griezmann dari kemungkinan mendapatkan penghargaan itu. Jika ia tidak mendapatkannya, tidak apa, yang pasti ia adalah sumber inspirasi permainan Prancis.
Mungkin terdengar aneh jika membahas tentang pemain yang mencetak empat gol dan dua assist saat Prancis menjuarai Piala Dunia di Rusia, tapi reputasi Griezmann memang mengalami kejatuhan selama empat tahun terakhir sebelum kebangkitannya datang di turnamen tahun ini.
Terlebih karena sekarang ia berkembang dalam menjalankan peran yang sangat baru di Qatar.
Memang, yang terlihat jelas sejak Prancis memulai kampanye mereka adalah bahwa Griezmann menjadi pemain paling vital dalam skema permainan Didier Deschamps, penghubung utama, pahlawan hibrida yang menyatukan seluruh tim.
Prancis hanya sekali kalah sejauh ini, lawan Tunisia, dan Griezmann memulai pertandingan itu dari bangku cadangan bersama Mbappe.
Ia memang masih belum bisa mencetak gol, jelas, tapi bukan itu yang dituntut darinya di Qatar. Tugasnya sekarang adalah menciptakan peluang sekaligus membunuh serangan lawan dalam peran barunya di lini tengah, dan ia menyukai hal tersebut.
"Saya cukup bebas dalam bagaimana saya terhubung dengan pertahanan dan serangan," katanya kepada awak media. "Saat kami bertahan, saya harus membantu rekan satu tim saya. Dan ketika kami memiliki bola, saya harus mencoba memainkannya sebaik mungkin."
"Itu memberi saya lebih banyak pilihan. Secara fisik, saya merasa hebat, dan ketika saya merasa baik, pikiran saya juga jauh lebih baik dan lebih mudah untuk terus melakukannya berulang kali."
Seperti yang disinggungnya, Griezmann tidak berada di tempat yang bagus secara mental atau fisik baru-baru ini atau tepatnya selama beberapa bulan yang lalu.
Setelah gagal di Barcelona, ia awalnya mengalami kesulitan setelah kembali ke Atletico Madrid.
Situasi konyol yang ia alami karena klausul terkait dalam kontraknya dengan Barca ketika di Atletico memperburuk keadaannya.
Akibatnya, ia tidak lagi tajam dalam urusan mencetak gol, atau menikmati permainan sepakbolanya.
Suporter Prancis bahkan mulai mencemoohnya dan banyak yang menginginkannya tidak di bawa ke Qatar 2022.
Sekarang, bagaimana pun, Griezmann dipuji karena perannya di balik kesuksesan Les Bleus melaju ke final dua kali beruntun, dengan tidak ada pemain di Qatar yang membuat lebih banyak assist (tiga) atau menciptakan lebih banyak peluang (21) daripada dirinya.
"Saya menganggapnya luar biasa sejak awal kompetisi," kata mantan pemain internasional Prancis, Christophe Dugarry kepada RMC Sport.
"Saya bahkan melihatnya, kadang-kadang '[seperti] Zidane-esque'. Ia selalu memiliki nada yang tepat, umpan yang tepat."
"Saya dengan tulus berpikir bahwa tim Prancis tidak akan sama tanpanya. Kami sering kekurangan ritme dalam permainan kami; tidak ada banyak intensitas."
"Tapi, begitu Antoine menyentuh bola, ia memberikan ritme pada operan, pada visi. Ia memiliki perpaduan antara Zizou dan Platini."
"Selain itu, ia berlari, berlari kencang, ia mengisi celah, ia membaca permainan lawan."
Memang, yang bisa dikatakan paling mengesankan dari gaya permainan Griezmann saat ini adalah caranya berevolusi dari perspektif pertahanan.
Prancis kehilangan N'Golo Kante dan Paul Pogba karena cedera sebelum turnamen dimulai, namun ketiadaan mereka sekarang nyaris tidak terasa.
Kini, performa Aurelien Tchouameni dan Adrien Rabiot menjadi kunci pengganti mereka, tapi kontribusi Griezmann tidak boleh diremehkan.
GettyPogba bahkan membandingkan performa luar biasa Griezmann dengan kualitas Kante setelah kemenangan atas Maroko.
Kemauan Griezmann untuk melakukan peran barunya dengan ikhlas memberikan kita gambaran akan kualitas dan karakternya.
Namun, itu juga bukti ikatannya dengan Deschamps, yang tidak pernah ragu bahwa pemain berusia 31 tahun itu memiliki "tingkat kerja, energi, dan kecerdasan" yang diperlukan untuk memberikan peran yang lebih dalam.
"Saya berutang banyak padanya," kata Griezmann kepada para jurnalis pekan lalu. "Ia menelepon saya untuk pertama kalinya dan kami tidak pernah berpisah sejak itu, jadi itu adalah hubungan yang hebat."
"Saya memberikan segalanya untuk jersey ini dan untuk Prancis, tetapi juga untuknya. Saya mencoba melakukan semua yang ia minta dari saya sehingga ia terus mempercayai saya."
"Setiap pertandingan, setiap aksi, itu seperti ucapan terima kasih yang saya kirim kepadanya. Saya ingin mencoba melakukan segalanya untuk membuatnya bangga dengan No.7-nya."
Ia sudah mencapai tujuan khusus itu di Qatar.
Tapi jangan kaget jika ia memberikan penghargaan kepada Deschamps dengan satu pencapaian lagi apabila menjadi penentu kemenangan Argentina di final.
Dari yang awalnya diragukan, Griezmann ternyata menjadi pemain paling keren Prancis di lapangan.
