Secercah cahaya sempat menghampiri Freddy Adu, yang sudah dua tahun menganggur dari lapangan hijau. Klub divisi ketiga Swedia Osterlen FF memberikan kontrak kepadanya pada akhir Oktober tahun lalu.
Akan tetapi, setelah empat bulan berseragam Osterlen FF, Adu didepak. Penyebabnya, karena ia dinilai tidak bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya dan tertinggal jauh dibanding para pemain lainnya.
Kemampuan Adu, yang mantap saat usia muda tidak lagi terlihat, kondisi fisiknya juga anjlok akibat lama tidak berkompetisi. Tak ada yang menyangka dengan performa yang ditujukkan pemain kelahiran 2 Juni 1989 tersebut.
“Dia jelas kecewa. Dia adalah pemain yang sangat baik dalam segala hal, dan saya yakin dia akan menjadi pemain hebat, tetapi dia tidak memiliki fisik yang dibutuhkan. Kami sebenarnya sedikit terkejut melihat betapa tidak siapnya dia ketika dia datang ke sini.” kata wakil ketua Osterlen FF Filip Lidgren.
Pernyataan yang diucapkan Lidgren, dibantah Adu. Menurutnya, ada masalah konflik internal yang membuat masa baktinya bersama Osterlen FF, cuma bertahan sebentar saja.
“Saya hanya ingin bermain sepakbola dan menjadi bugar. Kemudian saya perlu memainkan pertandingan. Itu yang paling penting bagi saya. Kontrak tidak akan putus sampai kedua belah pihak setuju,” ucap Adu.
Sangat ironi melihat karier Adu sekarang. Padahal melihat rekam jejaknya, ia adalah pesepakbola penuh bakat dan termuda yang meneken kontrak profesional di Amerika Serikat pada November 2003.
Pada usia 14 tahun, bocah yang besar di Ghana ini menjadi bintang sepakbola global. Punya kecepatan kaki, fisik ideal dan insting mencetak gol tinggi, Adu adalah bakat yang begitu menjanjikan di mata semua fans sepakbola.
Tetapi 17 tahun sejak kontrak pertama tersebut, situasinya tidak berjalan sesuai rencana. Adu seharusnya punya karier cemerlang; tetapi sekarang dia mungkin harus melupakan itu.
Sebelum jatuh ke pelukan DC United saat remaja dulu, Adu sudah menarik perhatian pelatih sekaliber Sir Alex Ferguson. Setan Merah memang pada akhirnya gagal memboyongnya ke Inggris pada 2003.
GettyNamun, manajer legendaris Skotlandia tersebut terus memonitor perkembangannya. Ferguson benar-benar terkesan pada kemampuan sang gelandang serang saat memulai karier profesionalnya.
Meski berusia satu dekade lebih muda dari kebanyakan pemain ketika beraksi di musim pertamanya di Major League Soccer (MLS), Adu berhasil mencari cara untuk mencetak lima gol dan tiga assist.
Mengingat bagaimana kiprah domestiknya yang begitu memukau, maka bukan lagi sebuah keheranan ketika ia mendapat panggilan tim senior USMNT di awal 2006 pada usia 16 tahun.
Seiring dengan potensi kariernya yang terus menanjak, Ferguson mengambil sikap pasti pada November 2006. Pemain yang sedang berkibar itu dibawa ke Old Trafford untuk menjalani trial selama dua pekan.
"Saya pikir kami akan tertarik, dia masih sangat muda namun kami telah mengenalnya sejak lama," ungkap Ferguson.
"Beberapa tahun lalu kami pernah mencoba membawanya ke sini, tetapi dia meneken kontrak untuk DC United namun hal itu tidak menghentikan kami untuk memantau perkembangannya."
Adu melakukan segalanya untuk membuat semua orang di Old Trafford terkesan, sayang masalah izin kerja membuatnya tidak bisa tampil di laga kompetitif, belum lagi aturan tenaga kerja Britania Raya yang membuat United tidak bisa melayangkan tawaran resmi.
"Freddy adalah bocah berbakat," kata Ferguson setelah trial.
"Dia akan kembali ke US dan kami akan terus memantaunya. Ketika dia berusia 18, kami akan menjajaki apa yang bisa dilakukan berikutnya."
"Kami membawanya ke sini untuk memberinya pandangan seperti apa United sebenarnya. Dia bisa melihat tempat di sini dan menjajaki kemungkinan apakah dia akan merasa nyaman."
"Dia sangat percaya diri dan anak yang baik, tetapi tidak ada lagi yang bisa kami lakukan."
Pulang dari Inggris, Adu bergabung ke Real Salt Lake namun enam bulan kemudian dia kembali ke Eropa karena Benfica bisa merayunya untuk bermain di Portugal pada 2007.
Sayangnya Adu tidak pernah mendapat kesempatan untuk bersinar, dan dia terpaksa harus menjalani sejumlah periode peminjaman.
Dari Monaco di Prancis hingga ke Aris di Yunani, sang pemain muda tidak pernah punya kesempatan untuk sepenuhnya beradaptasi dan berkembang. Adu lebih sering berpindah tempat ketimbang mengoleksi menit bermain.
Dalam periode empat tahun, Adu jarang jadi starter, dengan sedikit gol, dia kesulitan membangkitkan kepercayaan dirinya. Dari sudut pandang matanya, keliru memilih klub jadi kendala.
"Mungkin ketika itu saya seharusnya tidak memilih klub yang glamor hingga saya bisa berkembang menjadi pemain yang lebih baik," akunya. "Tetapi saya merapat ke klub glamor dan tidak pernah bermain."
GettyAdu kembali ke Amerika pada 2011 dengan sedikit perasaan malu, meski demikian jutaan orang masih menanti aksi spesialnya. Memperkuat tim MLS Philadephia Union, Adu mulai bermain secara reguler namun dia kekurangan faktor-X yang dahulu pernah dimiliki.
Pada 2013, Adu mengambil langkah penuh risiko dengan hijrah ke tim Brasil Bahia dan ini terbukti jadi bumerang, karena hanya dimainkan di empat pertandingan. Adu kemudian memilih opsi kembali ke Eropa namun hanya jalan buntu yang ditemuinya.
Dari satu laga acak di Serbia ke sejumlah aksi bersama tim Finlandia Kuopion Palloseura, karier Adu benar-benar menukik pada 2015. Kembali ke US setelah periode liar karier sepakbola, mantan prospek paling hebat di negara itu harus bermain di diisi dua bersama Tampa Bay Rowdies.
Bahkan di level ini Adu gagal gemilang dan setelah menjalani trial bersama Sandecja Nowy Sacz pada 2017, manajer tim Polandia tersebut menyebutnya sebagai 'lelucon', lalu Las Vegas Light menjadi pelabuhan berikutnya.
GettyMencetak satu gol dari 15 penampilan untuk tim USL tersebut, pemain berusia 31 ini berstatus bebas transfer setelah dilepas klub pada Desember 2018 dan menjadi pengangguran hingga sampai saat ini meski sempat bergabung dengan Österlen FF pada 2020 namun kontraknya langsung diputus karena ia dianggap tidak siap.
Pencapaian tersebut tentunya memalukan bagi pemain yang dulu digadang-gadang sebagai 'Pele baru' dan Adu berharap generasi berikut bisa belajar dari kesalahan yang dilakukannya.
"Ketika tumbuh dewasa, saya selalu menjadi pemain terbaik. Mereka yang dahulu jauh berada di bawah saya, sekarang bisa mengatakan punya karier yang lebih baik dari saya," terang Adu.
"Jadi, ketika saya melihat anak yang benar-benar berbakat dan punya kemampuan di atas anak-anak lainnya kemudian dia hanya bersantai dan membuang kesempatan yang ada. Saya katakan, jangan, jangan biarkan itu terjadi! Mereka akan melewatimu!"
"Karena anak itu adalah saya."


