Apakah itu berkah atau kutukan. Setiap pemain muda Portugal yang terlihat memiliki sesuatu yang istimewa akan dibandingkan dengan Cristiano Ronaldo di masa yang akan datang.
Joao Felix adalah anak poster terbaru yang dipuji sebagai 'CR7 berikutnya', meski profilnya sebagai pemain jauh lebih mirip dengan rival Ronaldo, Lionel Messi, ketimbang striker Juventus itu.
Ada hal lain lagi, dia berpotensi menggantikan gol-gol yang dicetak Ronaldo untuk juara bertahan Eropa, dan dia sudah membuat gelombang di tanah airnya.
Di usia 18 tahun, Fabio Silva telah memecahkan rekor yang tidak terhitung jumlahnya untuk Porto, dengan kehebatannya dalam mencetak gol jelas terlihat untuk semua penonton. Pewaris Ronaldo mungkin akan segera tiba.
Putra dari Jorge Silva, yang memenangkan gelar Primeira Liga bersama Boavista pada 2001, Fabio memulai pendidikan sepakbolanya bersama tim lokal, Uniao Nogueirense, sebelum pindah ke klub kampung halaman, Gondomar, bareng kakak laki-lakinya, Jorge.
"Tercatat ada sesuatu yang istimewa, terutama terkait dengan bola," ujar Pedro Fonseca, yang melatih Silva di usia enam tahun, kepada Mais Tutebol. "Tapi, ia mengalami kesulitan karena dia tidak suka kalah. Ia menghukum dirinya sendiri saat kalah."
"Kadang kami melakukan latihan teknik alami di usia itu, dan dia bosan. Mengapa? Mudah bagi dia untuk melakukannya."
Di usia delapan tahun, Silva telah diambil oleh Porto, dengan saudaranya juga bergabung ke Dragoes, dan jelas bahwa dia memiliki sesuatu yang istimewa, bahkan di antara anak-anak berbakat lainnya.
"Fabio sudah maju, setidaknya itulah yang kami deteksi," ujar Marc Vieira, yang melatih Silva selama tiga tahun pertamanya di Porto, kepada Mais Futebol.
"Ia selalu bermain di atas usianya karena dia memiliki karakteristik untuk itu. Ia mencetak banyak gol dan memiliki kelincahan khas striker. Ia memiliki banyak teknik dan muda untuk menyelesaikannya dalam banyak hal, meski dia masih anak kecil."
"Ia memiliki ketenangan khas striker untuk menerima bola di area penalti dan menyelesaikannya. Sepertinya tidak ada waktu yang tersisa, tapi ia bisa melakukannya."
Getty/Goal* Statiktik per Januari 2020
Silva menghabiskan lima tahun di Porto sebelum pindah ke seluruh negeri ke Lisbon setelah saudaranya ditawari di akademi Benfica. Fabio juga bergabung dengan klub ibukota, tetapi hubungan mereka hanya berlangsung dua tahun, dengan Jorge pindah ke Lazio pada musim panas 2017.
Silva yang lebih muda mendapat tawaran dari Liverpool dan Manchester City ketika menjadi jelas dia ingin meninggalkan Benfica, tetapi Porto--yang mengetahui ketidakpuasannya dari rekan-rekan di tim muda Portugal--sangat yakin dengan bakatnya sehingga mereka melakukan semua yang bisa mereka lakukan untuk membujuknya kembali.
Jose Tavares, mantan manajer akademi klub, bahkan melakukan perjalanan untuk menemui Silva dan keluarganya saat mereka berlibur di Algarve dalam upaya untuk meyakinkan sang remaja untuk kembali.
Pada kenyataannya, Silva selalu bertekad untuk kembali ke Porto, dan dia melanjutkan tepat di tempat yang ditinggalkannya. Pada musim panas 2018, perbandingan pertama dengan pemenang lima kali Liga Champions itu terjadi secara terbuka.
"Ketika Ronaldo berusia 17 tahun, ia bermain sebagai penyerang-tengah untuk tim yunior Sporting. Saya melihatnya melakukan hal-hal yang sekarang saya lihat dilakukan oleh seorang anak laki-laki dari Porto, Fabio Silva," demikian kata-kata legenda Sporting C.P. Manuel Fernandes saat berbicara dengan SIC Noticias jelang Piala Dunia di Rusia.
"Ia akan menjadi pemain yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia akan menjadi striker yang luar biasa."
Didorong dengan pujian seperti itu, Silva--yang sebelumnya mengakui bahwa ia lebih mengikuti model permainan Mauro Icardi dan Edinson Cavani ketimbang Ronaldo--tidak berhenti mencetak gol sepanjang musim 2018/19, mencetak 33 gol dari 39 penampilan saat tim Porto U-19 memenangkan gelar domestik dan UEFA Youth League.
Ia pertama kali dipanggil untuk berlatih bersama tim utama Sergio Conceicao pada Februari, namun tidak diberi kesempatan untuk melakukan debut seniornya hingga musim 2018/19. Ia telah membuang sedikit waktu, bagaimanapun, untuk sekali lagi membuktikan identitasnya.
Silva turun dari bangku cadangan di sisa 11 menit terakhir dalam kekalahan Porto di hari pembukaan di tangan Gil Vicente untuk, pada usia 17 tahun dan 22 hari, menjadi pemain termuda klub sepanjang masa.
Getty ImagesSejak itu, ia juga memecahkan rekor klub untuk pemain termuda mereka yang tampil di kompetisi Eropa, starter termuda dan pencetak gol termuda mereka, dengan Ruben Neves termasuk di antara mereka yang kehilangan tempat dalam buku sejarah klub.
Dengan tinggi lebih dari enam kaki, ia memiliki kemampuan yang sama di udara seperti dia dengan bola di kakinya dan, dengan demikian, dia dilihat di rumah dalam sepakbola pria ketika orang-orang lain seusianya mungkin mengalami kesulitan secara fisik.
Dalam 14 penampilan senior hingga saat ini, Silva mencetak tiga gol dan penampilannya yang impresif membuat klub-klub seperti Atletico Madrid dan Juventus mulai tertarik.
Spekulasi semacam itu membuat banyak fans Porto menuntut klub untuk mengikat sang talenta besar selama satu generasi dan, pada November 2019, diumumkan pada pesta tahunan klub bahwa Pemain Muda Terbaik Tahun Ini telah memperpanjang kontraknya hingga 2025.
Termasuk dalam kontraknya adalah klausul pelepasan senilai €125 juta (£105 juta/$139 juta), jumlah yang lima kali lipat dari yang telah disepakati dalam kontrak sebelumnya dan rekor untuk pemain mana pun di Portugal, melampaui €120 juta (£102 juta/$134 juta) yang ditempatkan Benfica dalam kontrak Felix sebelum kepindahannya ke Atletico.
Setelah bermain 21 kali di tim senior Porto pada musim 2019/20, Silva akhirnya melanjutkan kariernya di Wolverhampton Wanderers.
Kini sering dijuluki "anak 120 juta", tujuan Silva berikutnya adalah terus menjadi adalan di Wolves. Bargabung ke klub Liga Primer Inggris itu pada musim panas 2019, ia sudah tampil 27 kali di berbagai ajang kompetisi dengan menyumbang dua gol.
Akan ada juga harapan bagi dia untuk naik ke tim senior Portugal dalam waktu yang tidak terlalu lama. Hat-trick sempurna dalam waktu 45 menit untuk timnas U-19 lawan Italia pada Oktober 2019 semakin menggambarkan bakatnya.
Dari sana, bisakah ia mencapai level yang sama dengan Ronaldo? Itu mungkin terlihat fantastis, tetapi tampaknya hampir pasti Portugal tidak akan berjuang dalam mencetak gol ketika andalan mereka akhirnya berhenti bermain.


