Gelandang Borussia Dortmund, Emre Can tampak begitu marah setelah timnya dihukum penalti karena handball dalam kekalahan dari Manchester City di perempat-final Liga Champions, Kamis (15/4) dini hari WIB, mengklaim bahwa keputusan penalti mengubah jalannya pertandingan.
Dortmund sempat unggul di awal duel leg kedua itu berkat gol tendangan fantastis Jude Bellingham pada menit ke-15 dan menikmati keunggulan tipis atas wakil Liga Primer Inggris itu lewat aturan gol tandang.
Namun, Riyad Mahrez mengembalikan keunggulan City secara agregat dari titik penalti usai turun minum setelah Can dinilai menyentuh bola dengan lengannya di kotak penalti, dan Phil Foden kemudian mencetak gol untuk menjadikan kemenangan agregat 4-2 bagi The Citizens.
"Secara keseluruhan, tidak apa-apa. Pada akhirnya, itu [situasi akhir] juga tidak membantu kami. Permainan jelas berubah setelah skor imbang 1-1," kata eks penggawa Liverpool dan Juventus itu kepada Sky Germany.
"Saya menyentuh bola terlebih dahulu dengan kepala saya dan kemudian entah bagaimana mengenai tangan saya. Menurut aturan itu bukan handball."
"Mendapat hukuman penalti dan mungkin juga karena caranya seperti itu, membuat kekalahan ini terasa pahit. [Juga ada] satu gol kami yang tidak dianggap di leg pertama. Itu menyakitkan."
Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) pada Maret lalu memberikan klarifikasi mengenai aturan handball yang berlaku saat ini karena banyaknya inkonsistensi atau salah tafsir dalam penerapan regulasi tersebut.
"Para anggota menegaskan bahwa tidak setiap sentuhan tangan / lengan pemain dengan bola merupakan pelanggaran," tulis IFAB dalam sebuah keterangan resmi.
"Dalam hal kriteria tangan / lengan yang membuat tubuh pemain 'mendekat secara tidak wajar [terhadap bola]', telah dipastikan bahwa wasit harus terus menggunakan penilaian mereka dalam menentukan validitas posisi tangan / lengan dalam kaitannya dengan gerakan pemain dalam situasi tertentu."
Menurut pedoman IFAB, jika ada bola yang menyentuh tangan atau lengan pemain langsung dari kepala atau tubuh pemain itu sendiri, termasuk kaki, tidak boleh dihukum [penalti], kecuali jika terjadi kontak yang disengaja, tangan / lengan tersebut aktif bergerak secara tidak wajar atau tangan / lengan berada di atas / di luar bahu mereka.




