Jurgen Klopp, Roberto Firmino, Liverpool splitGetty composite

Duo Manchester Mengintai, Liverpool Kehilangan Taji

Jika Liverpool begitu dominan di 2019 dan 2020, maka awal 2021 adalah periode peringatan keras bagi mereka. 

Pasukan Jurgen Klopp butuh peningkatan permainan dan itu harus mereka wujudkan dengan cepat jika masih ingin berpesta gelar juara pada Mei mendatang. 

Hingga artikel ini diturunkan, Liverpool memang masih berstatus sebagai penguasa klasemen sementara Liga Primer Inggris, tetapi mereka bukan tanpa masalah. Setelah periode Natal yang kurang menyenangkan, mereka harus menelan kekalahan kedua Liga Primer di tangahan Southampton dengan skor 1-0. 

Kiprah negatif di laga tandang berlanjut. Pasukan Jurgen Klopp hanya menang empat dari 15 pertandingan tandang liga terakhir. Begitu perkasa pada musim ini, the Reds sekarang telah membuang poin ketika berhadapan dengan Fulham, Brighton, West Brom, Newcastle, Aston Villa, Everton dan sekarang Southampton. 

Dari performa juara, tetapi sekarang berbeda. Liverpool sebelumnya mungkin berharap dengan jadwal padat di periode akhir tahun, mereka bakal berkuasa dengan nyaman namun kenyataannya lain. Posisi di puncak klasemen masih dalam genggaman namun bisa dicuri Manchester United dan Manchester City. 

Permainan lambat di awal laga jadi masalah dan Ings, mantan penyerang the Reds, memberi hukuman keras. Liverpool berusaha kera untuk bangkit tetapi dominasi mereka di babak kedua gagal menyelamatkan tim dari kekalahan. Setelah menjebol gawang di 15 pertandingan pertama liga pada musim ini, mereka sekarang nihil gol di dua laga terakhir. 

Kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Jika mereka berkilah di balik strategi bertahan West Brom atau sejumlah aksi heroik kiper Newcastle, maka untuk sekarang tidak ada alasan. 

Liverpool mendominasi, tetapi sulit menciptakan peluang. Bola tidak henti dikirimkan ke area berbahaya sehingga memaksa lawan fokus ke pertahanan namun sentuhan akhir tim mengecewakan. Terlalu keras, terlalu lemah atau terlalu tinggi. 

Buruk...

Biang kerok hasil mengecewakan ada di semua sektor. Mo Salah ceroboh, tidak segesit biasanya. Sadio Mane selalu berlari namun akurasinya mengecewakan. Roberto Firmino bergerak tetapi tak mengancam, aksi terbaik bintang asal Brasil ini selalu datang di area yang salah. Crossing Andy Robertson kurang memanjakan, sementara Trent Alexander-Arnold bisa ditaklukkan di episode gol Southampton dan dia kehilangan bola sebanyak 38 kali, catatan terburuk dari pemain manapun di Liga Primer musim ini. Dan dia hanya berada di atas lapangan selama 77 menit.

Liverpool punya 16 tembakan, tetapi hanya satu tepat sasaran, mereka gagal memberi masalah pada Fraser Forster, kiper Southampton yang mencatat penampilan liga pertamanya sejak Mei 2009.

Ada masalah dengan Liverpool, itu jelas. Mereka masih tim kuat namun kehilangan sentuhan terbaik. Sejak melawan Aston Villa seminggu sebelum Natal, Liverpool kelam. Tiga pertandingan, dua poin, 44 tembakan dan hanya dua gol. 

Melihat Alison Becker berlari ke depan pada situasi tendangan sudut di menit 93 telah menggambarkan segalanya. Corner di menit 94 dilakukan pendek sehingga wasit meniup peluit tanda bubaran pertandingan. Hal serupa terjadi di laga lawan West Brom. Ini bukan Liverpool, setidaknya untuk sekarang. 

Tetapi situasi Liverpool juga mungkin bisa dimaklumi dari sudut pandang lain. Pasukan yang bermarkas di Anfield tersebut benar-benar telah memasang standar tinggi pada musim lalu yang sulit untuk diulang. Ketika itu mereka menang 16 dan hanya sekali imbang di 17 pertandingan liga pertama. Waktu itu Liverpool layaknya monster, sehingga gelar juara sudah bisa diprediksi di pergantian tahun. 

Situasi sekaran berbeda. Liverpool memang masih berada di jalur juara, tetapi tidak lagi mengendalikan liga. Tim ini pasti bangkit, namun para rival sudah melihat peluang untuk menggulingkan mereka dari singgasana. 

Duel di Anfield lawan United pada 17 Januari mendatang sekarang terasa punya nilai besar. Bagaimana cara Klopp membangkitkan tim akan terlihat di duel tersebut. 

Satu hal yang pasti, Klopp ingin melupakan periode Natal 2020. 

Iklan