Chile dan Palestina adalah dua wilayah yang terletak di sisi bumi yang berbeda, terpisahkan oleh benua Afrika serta samudra Atlantik yang luas, namun keduanya memiliki koneksi yang kuat dalam bentuk klub sepakbola.
Club Deportivo Palestino, atau biasa dikenal dengan nama Palestino, adalah penghubung keduanya dan beberapa waktu lalu klub tersebut sempat jadi sorotan atas aksi solidaritas mereka terhadap Palestina dalam konflik dengan Israel.
Palestino memang identik dengan Palestina. Tak hanya dari nama, simbol serta warna kostum tim yang menyerupai bendera wilayah yang terletak di jazirah Arab tersebut, tapi juga memang ada latar belakang sejarah yang menandai koneksi mereka.
Sejarah Palestino
Club Deportivo Palestino didirikan pada 1920 oleh para imigran Palestina di Chile, satu komunitas diaspora Palestina yang terbesar di luar Timur Tengah yang sekarang tercatat ada lebih dari 500.000 orang.
"Palestina adalah bagian penting dari identitas kami sebagai sebuah tim," kata Jorge Uauy, presiden klub saat ini. "Simbol Palestina, seperti keffiyeh [penutup kepala], menunjukkan hubungan yang kita miliki dengan tanah air kita. Kita harus berdiri bersama melawan kesulitan."
Getty Images"Memiliki klub sepakbola yang mewakili nilai-nilai Anda dan asal-usul Anda, serta mewakili keselarasan itu dengan kebutuhan rakyat Palestina, membuat saya bangga dan puas."
Sebagian besar orang Palestina tiba di Chile antara 1900 dan 1930, berasal dari kota-kota seperti Betlehem, Beit Jala, Beit Sahour, dan Beit Safafa.
Klub sepakbola Palestino didirikan dengan tujuan ganda yakni membantu integrasi dan melestarikan komunitas diaspora, yang tercermin dalam nama klub dan warnanya. Palestino memiliki warna kebesaran mereka, putih, merah dan hijau yang menjadi representasi bendera Palestina.
Palestino awalnya hanya berstatus sebagai klub amatir yang secara eksklusif hanya diperkuat oleh pemain-pemain berlatar belakang Arab, sampai pada 1952 ketika mereka mulai menjadi profesional dan ambil bagian dalam gelaran kompetisi nasional di Chile.
Pelan tapi pasti, mereka berkembang pesat, hingga sekarang berkompetisi di Chilean Primera Division yang merupakan liga sepakbola kasta tertinggi di Chile dan memiliki basis penggemar yang tersebar di ibu kota Santiago.
Soal prestasi, Palestino tercatat juga pernah menjadi juara liga utama Chile, tepatnya pada 1955 dan 1978.
Hubungan yang erat dengan perjuangan Palestina
Palestino juga bisa dikatakan sebagai "duta" Palestina untuk sepakbola internasional dan memang secara terbuka mengakui ideologi serta perjuangan Palestina sebagai wilayah yang memperjuangkan kemerdekaan mereka.
GettyMei lalu, tak lama setelah adanya serangan di jalur Gaza oleh pasukan Israel, Palestino bergabung dengan komunitas internasional menyuarakan solidaritas mereka terhadap rakyat Palestina.
Dalam sebuah pertandingan melawan rival mereka, Colo-Colo, semua pemain Palestino memasuki lapangan dengan mengenakan keffiyeh -- penutup kepala tradisional yang biasa digunakan di dunia Arab -- ebagai bentuk solidaritas.
Mengenai gestur tersebut, pemain Palestino, Nicolas Zedan, yang juga berdarah Palestina, memberikan penjelasan melalui sebuah video yang diunggah di laman klub.
"Walaupun jarak memisahkan kami, Palestina selalu ada di hati kami, dan mengingat keseriusan peristiwa yang sedang berlangsung, kami ingin memberikan semua solidaritas kami kepada saudara-saudara Palestina kami," ucap Zedan.
"Mereka berjarak 13.000 km, tetapi komunitas Palestina dan klub mendukung perjuangan Palestina karena itu juga tujuan kami. Segenap hati, kekuatan, dan dukungan kami bersama Palestina, dan panjang umur kemerdekaan Palestina."
Kontroversi
Setelah makin memperkuat posisi dan reputasi sebagai salah satu klub mapan di Chile, Palestino tentu punya nilai yang kuat dalam memberikan dukungan terhadap perjuangan Palestina, namun itu semua hanya sebatas di lapangan dan tidak lebih.
"Kami bukan entitas politik, kami adalah entitas olahraga. Palestino mewakili asal-usul Palestina kami dan hubungan kami dengan masa lalu dan masa kini Palestina dan itu tidak perlu merambah politik," terang Uauy.
"Ini adalah identitas yang lebih dari gerakan politik, dan identitas serta hubungan dengan rakyat Palestina itulah yang kami wakili."
Tapi gerakan yang paling kontroversial pernah mereka lakukan adalah pada Januari 2014, ketika mereka mengganti nomor satu di punggung kostum mereka dengan peta Palestina sebelum tahun 1948.
Bukan cuma jadi sorotan, tapi jersey itu juga laris manis diburu para penggemar dan kolektor, meski menghadirkan dampak negatif bagi Palestino yang harus menerima denda dari Federasi Sepakbola Chile (FFCh) sebesar $15.000 usai mendengar keluhan dari komunitas Yahudi di negara tersebut.
GoalKeuntungan bagi timnas Palestina
Dengan adanya Palestino, tim nasional Palestina juga secara tak langsung mendapat keuntungan karena mereka bisa menggunakan jasa para pemain keturunan yang bermain di Chile.
Roberto Shahwan menjadi pelopor pemain keturunan Chile yang memperkuat timnas Palestina pada 2002 silam, diikuti oleh beberapa nama lainnya Alexis Norambuena, Daniel Kabir Mustafa, Yashir Pinto hingga Jonathan Cantillana yang kini bermain bersama PSIS Semarang di Liga 1 Indonesia.
