Cuaca dingin yang membekukan, suara dentingan dari para bek League one dan kekalahan 5-0...Selamat datang di Inggris.
Ketika tim utama Pep Guardiola bermain lawan rival empat besar West Ham United di Liga Primer Inggris, wonderkid baru Manchester City asal Brasil, Kayky, membuat penampilan pertamanya untuk tim U-23 di lingkungan yang tidak terlalu glamor di New York Stadium milik Rotherham United.
Kayky, yang didatangkan dari Fluminense dengan nilai transfer sekitar £9 juta ($12 juta), kerap dibandingkan dengan Neymar dalam karier mudanya setelah penampilan yang brilian dari beberapa awal di sepakbola Brasil.
Kayky terkenal dengan gol solo yang luar biasa lawan Nova Iguacu, ketika ia melewati empat pemain sebelum penyelesaian yang terkontrol, menjadi viral dan menambah rasa antisipasi atas potensinya.
Namun di City, fokusnya saat ini adalah beradaptasi di klub barunya dan menjalani kehidupan di Inggris ketimbang menambah tekanan atau harapan apa pun.
Tumbuh di Rio de Janeiro, pindah ke Inggris bisa menjadi kejutan budaya yang besar, baik di dalam maupun di luar lapangan, dan khususnya bagi seorang remaja.
Seperti banyak pemain Brasil dan pemain berbahasa Portugal yang sudah datang di City sebelum dirinya, Kayky diambil di bawah figur ayah di tim utama, Fernandinho, dan dia berbicara dengan pemain berusia 36 tahun itu sebelum pindah dari Rio pada September.
Fernandinho membantu sesama pemain Brasil, Ederson dan Gabriel Jesus, untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Inggris dan keduanya kini memberi bantuan untuk Kayky. "Ketika saya melihat dia, saya melihat diri saya sendiri ketika saya datang ke sini," ujar Jesus.
Belajar bahasa Inggris dipandang sebagai langkah penting untuk membantu integrasinya dam Kayky mendapat pelajaran di Rio sebelum pindah dan menemui seorang guru yang direkomendasikan oleh klub dua kali sepekan untuk membantunya berkembang.
Kayky tinggal di pusat kota bersama kakak laki-lakinya dan menyukai Manchester, bahkan sesekali menikmati malam di salah satu restoran Brasil.
Ia juga tetap berhubungan dekat dengan mantan rekan setimnya di Fluminense dan teman baiknya, Metinho, yang juga berusia 18 tahun dan pindah ke Troyes pada musim panas.
Tapi, apa yang dia lakukan di lapangan yang pada akhirnya penting dan dia telah membuat kesan yang baik di hari-hari awalnya.
Masalah lutut menunda peluangnya setelah tiba, tapi dalam beberapa pekan terakhir, dia telah berlatih dengan tim utama.
Pertandingan pertamanya untuk Elite Development Squad dalam kekalahan 5-0 dari Rotherham di Papa John's Trophy adalah skor yang keras untuk tim muda yang merupakan tim yang lebih baik untuk sebagian besar babak pertama tanpa gol. Kayky juga memiliki momen-momennya, melepaskan satu tembakan tinggi di atas mistar gawang.
Beberapa hari kemudian, ia membuat gol awal dalam hasil imbang 1-1 dengan Brighton di Liga Primer Inggris 2. Sundulan tiang jauhnya diselamatkan dan dia mengumpan bola untuk dicetak Nico O'Reilly menjadi gol.
Secara alami dengan kaki kirinya, Kayky bermain di sayap kanan di mana kecepatan, kaki cepat, dan triknya membuat dirinya menjadi ancaman serangan yang nyata. Ia jelas memiliki sesuatu yang istimewa, seperti yang dikatakan salah satu orang dalam yang dekat dengan tim utama tentang latihan pekan-pekan pertama di Etihad Campus.
Guardiola mengatakan dirinya akan bersabar dengan perkembangan Kayky dan tidak akan terburu-buru membawa dia ke tim utama. Ia juga memiliki sekelompok pemain lokal yang mendorong untuk mendapat peluang.
Bos City itu memandang bahwa bermain dan belajar dengan skuad dan pelatihnya adalah cara terbaik buat Kayky berkembang, dan kasuksesan kesabaran Phil Foden untuk meningkat dari akademi ke tim utama dipandang sebagai cara yang ideal untuk maju.
"Ia sangat muda," ujar Guardiola tentang Kayky. "Ini adalah negara baru - sangat berbeda dengan Brasil."
"Ketika Fernandinho tiba, ia datang dari Shakhtar Donetsk. Ketika Gabriel Jesus tiba, ia adalah bintang besar yang memainkan momen-momen besar di Brasil. Ia butuh waktu - untuk berlatih dan beradaptasi dengan keluarganya. Itu akan menjadi langkah demi langkah. Setelah itu, apa dia akan tunjukkan di lapangan akan mendikte segalanya."
"Itu tergantung padanya, tapi dia mendapat bantuan dari klub. Kami mendukung dia dan Fernandinho banyak membantunya, seperti selalu dilakukannya."
"Ia mengetahui klub. Ia tidak datang untuk waktu yang singkat, tapi dia harus menyesuaikan diri dengan ritme dan apa yang kami inginkan, dan beradaptasi dalam perkembangannya sebagai pemain. Ia masih muda, tapi dia memiliki segalanya untuk ditingkatkan."
Pemain-pemain Brasil yang bertalenta telah pindah ke Eropa pada usia yang semakin dini dan City mengikuti klub-klub besar lainnya, seperti Real Madrid dan Shakhtar, dengan merekrut pemain-pemain yang menjanjikan.
Selain Kayky dan Metinho, mantan gelandang Gremio, Diego Rosa, dipinjamkan ke klub Belgia Lommel, sementara full-back Yan Couto berada di Portugal bersama Braga.
City sekarang memiliki waktu untuk bersabar dengan perkembangan Kayky dan berharap mereka bisa mengubah potensi besarnya menjadi sesuatu yang luar biasa.




