Crystal Palace baru saja membuat program paket tiga tahun khusus, yang membantu para pemain akademi setelah telah dirilis oleh klub untuk bisa melanjutkan hidupnya.
Program tersebut mencakup para pemain yang berusia 18-23 tahun, dan tidak hanya dalam dunia sepakbola saja, melainkan bisa membantu para pemain untuk melanjutkan di dunia pendidikan atau pekerjaan.
Keputusan The Eagles untuk membuat program tersebut tak lepas dari pengalaman mereka sendiri, dengan klub menyadari banyaknya pemain yang telah berada di akademi selama kurang lebih sepuluh tahun justru akhirnya 'nganggur' setelah gagal di tahap pengembangan profesional (PDP).
Menurut klub, hal tersebut juga memengaruhi mental dan kondisi para pemain yang berada di usia 17-22 tahun, di mana mereka yang dalam kategori umur tersebut merasa resah dan khawatir tentang masa depan mereka.
Palace pun kemudian meluncurkan program bagi pemain akademi mereka, yang bertujuan untuk membantu pemainnya menemukan peluang baru, seperti klub baru, pekerjaan bahkan program pendidikan.
"Peran utama Akademi tentu saja pada akhirnya menghasilkan pesepakbola untuk tim utama klub," ujar Chairman Palace, Steve Parish dilansir dari laman resmi klub.
"Tetapi kami memiliki tugas dan kewajiban moral untuk memelihara dan membimbing semua 200 lebih pemain dalam tim kami."
"Pengalaman di Akademi benar-benar memperkaya pengetahuan para pemain muda kami, di mana mereka jelas akan berkembang sebagai pesepakbola, tetapi juga sebagai seorang pemuda harus diajari berbagai keterampilan hidup yang sangat bermanfaat."
Getty Images"Kami memberikan pendidikan yang luar biasa bagi mereka yang berada dalam program penuh waktu dan pendidikan hibrida kami, yang akan memperluas pilihan semua pemain di masa depan."
Sebelum keputusan itu dibuat, tentu saja ada masalah-masalah yang melatarbelakangi program tersebut. Selain karena berterima kasih kepada para pemain akademi karena telah mempercayakan masa mudanya untuk mengenyam pendidikan sepakbola di Palace, Parish juga mengungkapkan bahwa mereka harus mendapatkan dukungan penuh saat mau memasuki usia 20-an.
Menurutnya, usia 18-23 merupakan titik di mana para pemain seharusnya sudah bisa mendapatkan tempat di tim utama, tetapi tentu saja tidak semua pemain akademi bisa mendapatkan kesempatan itu.
Dan Palace kini hadir untuk memberikan wadah bagi mereka yang merasa seperti mimpi buruk ketika usianya sudah mentok untuk berada di akademi.
"Kami menyadari bahwa ketika seorang pemain Akademi yang lebih tua dirilis, itu mungkin terasa seperti akhir dunia bagi mereka," kata Parish.

"[Oleh karena itu] kami harus melakukan yang terbaik untuk menawarkan dukungan kepada pemain yang terkena dampak dalam proses tersebut dan membimbing mereka menuju tahap berikutnya dalam perjalanan hidup mereka."
"Itu biasanya dimulai dengan kami akan memperkenalkan klub baru atau terus memasukkan pemain ke dalam pertandingan agar klub lain bisa menonton mereka bermain dan sampai akhirnya tertarik untuk mengontraknya."
"Tetapi mungkin juga tentang membantu mereka melanjutkan pendidikan atau memulai kehidupan di luar sepakbola, yakni di tempat kerja."
"Apa pun jalan mereka, kami ingin memberikan dukungan kami kepada pemuda ini untuk membantu mereka mencapai kesuksesan."
Selain Parish, direktur akademi Palace Gary Issot menegaskan bahwa program ini sangat diperlukan para pemain muda.
Ia merasakan sendiri bagaimana yang dirasakan para pemain muda ketika lepas dari akademi, dengan Isso juga mengalaminya pada waktu ia lulus dari akademi.
"Saya sangat berjuang ketika meninggalkan Kota Luton di awal 90-an dan saya hanya bisa mengenang masa lalu, dan memahami bahwa saya 'berduka', saya kehilangan sepakbola dan sahabat-sahabat saya," ungkap Isso kepada The Football Family.
"Jadi, dengan orang-orang berpikiran sama di klub ini, yang membuat kami akhirnya meluncurkan program perawatan selama tiga tahun. Ketua [Parish] sangat mendukung inisiatif ini, tidak hanya tugas kami unguk menghasilkam pemain di tim utama, tetapi juga bertugas untuk memelihara dan membimbing para pemain di akademi kami jika mereka tembus ke tim utama atau tidak."
"Ia selalu mempromosikan nilai-nilai empati dan menempatkan 'manusia' di setiap proses pekerjaan kami."
"Kami tidak hanya fokus pada berapa lamanya dukungan ini, kami menugaskan kelompok kerja di dalam klub untuk mempertimbangkan alasan: kapan, bagaimana dan mengapa para pemain mungkin membutuhkan atau mendapatkan bimbingan kami."
"[Ketika pemain muda rilis] dan ditanya apa yang Anda lakukan sekarang, dan apakah Anda punya klub dan seterusnya, itu bisa terdengar halus, tapi juga bisa sangat negatif untuk pemain, jadi mereka sering menghindari rasa malu itu dengan menjauhi klub dan orang-orang yang bekerja di dalamnya."
"Kami harus menghilangkan hal itu dan mempromosikan banyak peluang besar di dalamnya, bahwa jika Anda menyukai sepakbola, jalur baru mungkin ada di klub ini untuk Anda selain menjadi pesepakbola."


