Ketika Manchester United mengumumkan perekrutan Edinson Cavani pada Oktober 2020, banyak yang mempertanyakan transfer tersebut.
Pemain berusia 33 tahun, yang tidak memainkan pertandingan kompetitif dalam tujuh bulan, datang dengan status bebas transfer tampaknya tidak cocok dengan keinginan klub untuk meremajakan skuad dalam 22 bulan sebelumnya.
Namun, manajemen klub bersikeras bahwa memiliki pemain dengan mental juara di ruang ganti akan terbukti penting bagi manajer Ole Gunnar Solskjaer.
Para peragu berpikir bahwa masa penyerang asal Uruguay itu akan segera berakhir dan bisa bernasib sama seperti Radamel Falcao dan Angel di Maria – dua nama besar yang gagal memenuhi reputasi mereka di Old Trafford.
Tapi 13 bulan kemudian, keraguan tersebut telah ditepis secara tegas.
Dampak Cavani di musim pertamanya sangat jelas. Ia memenuhi semua kriteria - memberikan pengaruhnya kepada para pemain muda, memimpin dengan memberi contoh dan, yang paling penting, mencetak gol.
Dan mungkin dampak terbesarnya datang minggu lalu di salah satu periode terberat Solskjaer sebagai manajer United.
Pelatih asal Norwegia itu mencari sosok pemimpin di timnya untuk mengemban tanggung jawab dan mengeluarkan klub dari kesulitan setelah hanya meraih satu poin dalam empat pertandingan Liga Primer Inggris.
"Sesi latihan Selasa pagi oleh Edinson Cavani mungkin adalah yang terbaik yang pernah saya lihat secara individu sejak saya datang ke sini. Ia memimpin lini depan, memimpin dengan memberi contoh kepada semua orang, dan menunjukkan bagaimana mengubah suasana hati dan performa," kata Solskjaer setelah kemenangan akhir pekan yang mengesankan atas Tottenham Hotspur.
Getty ImagesPenampilan United di bulan Oktober, secara keseluruhan, sangat buruk. Mereka hanya mencetak tiga gol, kebobolan 10 gol dan hanya meraih satu poin dalam tiga pertandingan sebelum menang melawan Spurs yang memang tengah goyah pada Sabtu (30/10) kemarin.
Tidak hanya memiliki kekurangan dalam aspek organisasi skuad dan ketenangan, mereka juga kehilangan kepemimpinan dan komando. Masuknya Cavani dalam starting XI melawan Spurs mengembalikan keseimbangan itu.
Bukan hanya pergerakannya di lapangan yang sering dibicarakan, tapi juga etos kerjanya. Aktif menekan lawan dari depan, kepribadian dan sikapnya telah membantu mengangkat tim dengan cara yang belum pernah terlihat dalam minggu-minggu menjelang pertandingan itu.
Dan apa hubungannya dengan Cristiano Ronaldo?
Beberapa sumber mengatakan pemain internasional Portugal tersebut adalah sosok yang sama ketika ia bergabung dengan klub sebagai remaja pada 2003 dan telah beradaptasi dengan baik dengan semua orang sejak ia kembali. Tak terkecuali Cavani.
Solskjaer menggambarkan keduanya sebagai "dua kacang polong" dan menuai manfaat dari kemitraan mereka yang berkembang di London utara pada hari Sabtu.
Apa yang terbukti saat melawan Tottenham adalah keseimbangan yang diberikan pasangan ini kepada tim saat bermain sebagai duet di lini depan.
Ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan Ronaldo, hal itu terlihat dari bahasa tubuhnya - misalnya seperti ketika ia frustrasi dan menendang pemain Liverpool, Curtis Jones pekan lalu - tapi perilakunya lebih kalem saat menghadapi Spurs.
Perbedaannya adalah bahwa United menang, tapi ia juga tampaknya memiliki pemahaman yang lebih baik dengan Cavani daripada penyerang lainnya.
Ini bukan serta merta kritik terhadap Mason Greenwood dan Marcus Rashford, masing-masing baru berusia 20 dan 24 tahun, namun kesepahaman mereka dalam membangun serangan dan saat mengejar bola terlihat lebih alami.
Ronaldo tidak melulu harus meminta bola di area tertentu karena Cavani tahu ke mana harus mencarinya. Pengalaman mereka jelas merupakan keuntungan dalam aspek permainan ini.
Selain itu, Solskjaer telah berulang kali menyatakan bahwa para pemainnya harus lebih tajam.
Mungkin mengejutkan, kemudian, bahwa Sabtu kemarin adalah pertama kalinya Ronaldo dan Cavani menjadi starter di Liga Primer, mengingat pasangan ini memiliki torehan lebih dari 1.000 gol dalam karier mereka jika digabungkan.
Usia keduanya jika digabungkan adalah 70 tahu, berarti tidak mungkin untuk tampil di setiap pertandingan dan formasi 3-5-2 yang diterapkan Solskjaer, yang mengakomodasi mereka berdua dengan sangat baik, juga tidak akan diperlukan di setiap pertandingan.
Namun, dengan tim yang masih berusaha untuk keluar dari krisis, itu adalah formasi yang akan menjadi solusi terbaik bagi lini depan sembari membuktikan bahwa duo penyerang veteran tersebut bisa menjadi penyelamat pekerjaan Solskjaer.


