Gini Wijnaldum Philippe Coutinho PSG Barcelona GFXGetty/GOAL

Philippe Coutinho, Lalu Georginio Wijnaldum - Ada Karma Bagi Mereka Yang Mengkhianati Liverpool?

Saat ini bukan situasi yang diharapkan oleh Georginio Wijnaldum.

Lima bulan dalam kariernya di Paris Saint-Germain, pemain internasional Belanda itu masih harus berjuang mendapatkan tempatnya.

Tak cuma tempatnya, tapi juga penerimaan dan pengakuan, serta mungkin, masa depannya juga.

Jika laporan terbaru dapat dipercaya, maka PSG mungkin sudah bersedia membiarkan pemain berusia 31 tahun itu pergi.

Wijnaldum tampaknya belum benar-benar bisa beradaptasi di ibukota Prancis, belum disambut secara khusus oleh rekan-rekan setimnya dan tidak menutup kemungkinan baginya untuk pindah, khususnya kembali ke Liga Primer Inggris.

Sungguh keadaan yang aneh. Awalnya langkah Wijnaldum terlihat ideal pada Juni lalu ketika memutuskan pindah ke PSG, namun sekarang ia malah dikaitkan dengan rumor peminjaman ke Arsenal atau West Ham United atau Newcastle United.

Begitu cepat dunia berputar, ya? Karma meninggalkan Liverpool? Mungkin itu kata yang disukai fans The Reds.

Seperti Philippe Coutinho sebelum dirinya, Wijnaldum mungkin kini menyadari bahwa rumput tetangga tidak selalu lebih hijau. Kehidupan setelah Anfield, tampaknya, bisa terjal, bahkan bagi mereka yang dianggap sebagai pemain terbaik.

Jurgen Klopp Philippe Coutinho Gini Wijnaldum Liverpool GFXGetty/GOAL

Wijnaldum pergi sebagai pahlawan Liverpool, sebagai seorang pemenang Liga Champions dan Liga Primer. Ia adalah pemain tim utama, sebabisa dan fisiknya kuat, siap untuk bermain dalam serangan sekaligus pertahanan dan juga lini tengah.

Ia mencetak gol-gol krusial dalam pertandingan-pertandingan besar. Selama lima tahun di Merseyside, ia memainkan lebih banyak pertandingan ketimbang siapa pun. Total penampilannya adalah 237, angka yang mengejutkan untuk seorang gelandang modern.

Hidupnya berbeda di Paris, di mana Wijnaldum sejauh ini hanya tampil 11 kali sebagai starter dan membuat 10 penampilan sebagai pemain pengganti.

"Sangat sulit," akunya pada bulan Oktober, mengungkapkan bahwa "situasinya bukan yang saya inginkan."

PSG memang dominan di Ligue 1, dan juga lolos ke babak 16 besar Liga Champions lawan Real Madrid jelang pergantian tahun, tapi segalanya masih jauh dari sempurna di Parc des Princes.

Mauricio Pochettino berada di bawah tekanan - sang pelatih digosipkan bakal kembali ke Inggris - dan timnya, untuk semua kualitas individu yang mempesona, terkadang tampak kurang padu dan tidak dalam performa terbaik.

Mereka memenangkan pertandingan karena bakat mereka, tapi ada keraguan jika mereka bisa kalah ketika menghadapi tim yang lebih kuat, terutama di babak gugur Liga Champions. Itulah mungkin efek samping memiliki tim bertabur bintang dengan lini depan yang dihuni oleh Neymar, Kylian Mbappe dan Lionel Messi.

Wijnaldum, mungkin menurut bayangan Anda, akan menghadirkan dampak besar untuk membantu ketiganya mengingat punya kemampuan untuk memberikan yang terbaik bagi tim.

Gini Wijnaldum PSG 2021-22 GFXGetty/GOAL

Tapi, meski ada beberapa yang menawan seperti dua gol ke gawang RB Leipzig, misalnya, dan gol penyeimbang menit akhir lawan Lens, secara umum penampilannya kurang memuaskan.

Ia mendapat kritikan, khususnya, karena bermain terlalu aman dengan operan-operannya, dan karena tidak mengemban tanggung jawab yang cukup dalam membangun permainan.

Pengamat juga mengatakan ia terlihat lamban, baik dengan atau tanpa bola, dan ada saat-saat di mana rekan-rekan setimnya, Messi dan Mbappe secara terang-terangan menyatakan frustrasi.

Agak tidak adil, tapi itu menunjukkan bahwa ruang ganti PSG belum secara penuh menerimanya.

Wijnaldum punya karakter besar di Liverpool, salah satu dari empat kapten klub di bawah Klopp sebelum kepergiannya, tetapi ia kini menyadari fakta bawah skuad PSG tidak sekompak The Reds dan kurang terbuka padanya. Dan tentu saja, ia belum merasakan kehangatan dari pendukung mereka.

Mungkin ada pelajaran di sana, mengingat komentarnya dalam wawancara Wijnaldum setelah keluar dari Anfield.

Waktu itu, ia mengeluh bahwa ia tidak selalu merasa dicintai dan diapresiasi oleh penggemar Liverpool, terutama mereka yang berada di media sosial.

"Jika kami kalah, sayalah yang disalahkan," protesnya, meski ia mendapat dukungan dari 10.000 fans setelah laga terakhirnya untuk klub, lawan Crystal Palace pada Mei, menunjukkan bahwa keluhannya tidak berdasar. Tentu saja, Klopp dan rekan-rekan setimnya tahu betapa berharga dirinya. Ada banyak air mata di hari terakhirnya.

Gini Wijnaldum Liverpool 2020-21 GFXGetty/GOAL

Ia ingin bertahan di Liverpool, tapi merasa klub tidak menghargai dirinya sebesar yang diharapkannya.

Negosiasi mengenai kontrak baru gagal mencapai kesepakatan dan tidak dilanjutkan, dan ia menutup kontraknya dalam keadaan sulit, menjadi kapten tim yang dilanda cedera dalam pertandingan tanpa penonton saat juara musim 2019/20, lalu kewalahan dalam menembus empat besar musim berikutnya.

Pindah ke PSG tampak, setidaknya di atas kertas, sebagai langkah yang ideal. Tentu lebih baik dari Barcelona, klub yang pada awalnya hampir pasti memboyongnya.

Wijnaldum, tanpa pamrih dan konsisten, tampak seperti pemain yang ideal untuk membantu menyeimbangkan skuad Pochettino, memberikan kualitas serta pengalamannya di level tertinggi.

Ia masih bisa, tentu saja. PSG akan memenangkan Ligue 1 dan juga berpotensi juara Liga Champions pastinya. Wijnaldum mungkin masih memiliki peran yang akan dimainkannya, bahkan jika tidak sekrusial di Liverpool.

Namun, pengalamannya, dan juga kisah Coutinho, yang juga meninggalkan Liverpool setelah menjadi idola untuk pindah ke Barcelona, harusnya menjadi peringatan bagi mereka yang mempertimbangkan untuk "mengkhianati" The Reds.

Tentukan dengan risiko sendiri. Kehidupan setelah di Anfield tidak semulus yang mereka bayangkan.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0