PSIS Protes WasitAurelius Balakosa

Cara Menjadi Wasit Di Indonesia

Pekerjaan sebagai wasit masih dipandang remeh di kompetisi Tanah Air. Berulang kali pengadil lapangan tersebut menjadi korban kekerasan fisik atau verbal dalam memimpin pertandingan.

Penyebabnya karena wasit dinilai tidak memberikan keputusan yang tepat sehingga merugikan klub yang bertanding. Cemooh dari penonton seperti lumrah menjadi, santapan mereka.

Padahal, untuk menjadi wasit di kompetisi Indonesia, tidak mudah. Mereka mesti melewati serangkaian proses yang panjang untuk mendapatkan lisensi memimpin sebuah pertandingan pada level teratas.

Artikel dilanjutkan di bawah ini

Pada tahap pertama, wasit harus mengambil kursus C3 yang diselenggarakan oleh pengurus cabang PSSI dari kabupaten atau kota. Di sana mereka diajari berbagai hal yang mendasar.

Setelah mendapatkan lisensi C3, dan memimpin beberapa pertandingan dalam rentang waktu setahun, wasit baru bisa naik tingkat. Mereka bakal diberi kesempatan untuk mengambil kursus C2.

Kursus C2 tersebut digelar Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI. Materi yang diberikan pun lebih banyak mulai dari teori peraturan permainan sampai tes kebugaran sesuai dengan standar FIFA.

Wasit yang dinyatakan lulus dan memegang lisensi C2 diizinkan memimpin pertandingan sepakbola tingkat provinsi, seperti Porprov, Popda, dan Porda. Mereka juga boleh bertugas dalam turnamen-turnamen resmi tingkat provinsi di mana wasit tersebut aktif. 

Untuk mendapat kesempatan memimpin pertandingan skala nasional wasit harus mengambil kursus C1. PSSI yang bakal menggelar agenda tersebut dengan materi semakin sulit.

Bila sudah mendapatkan lisensi C1, wasit berhak untuk bertugas di level nasional seperti liga amatir. Namun, untuk memimpin Liga 1 atau 2, pengadil lapangan tersebut bakal dilihat rekam jejaknya dan mesti lolos dari penyegaran wasit yang dilaksanakan PSSI sebelum kompetisi kompetisi dimulai.

Iklan