Sewaktu masih aktif merumput, kiper legendaris Jerman Oliver Kahn kesohor sebagai sosok yang keras lagi sangar.
Bukan hanya lawan yang kerap dibikin ciut, kawan pun tak jarang kena damprat dan diteriaki habis-habisan kalau mereka terlihat kurang fokus dan lengah melakukan pengawalan.
Pada masanya, karakter seperti Kahn jamak ditemui di lapangan hijau. Selain eks kapten Bayern Munich itu, ada juga figur seperti Roy Keane di Manchester United atau pilar Arsenal Patrick Vieira.
Seiring perkembangan zaman, pesepakbola "galak" berkurang drastis. Di mata Kahn, yang sekarang memangku jabatan sebagai CEO Bayern menggantikan Karl-Heinz Rummenigge sejak Juli tahun lalu, hal ini tidak berarti positif ataupun negatif. Memang eranya saja sudah lain.
Getty"Bagi saya, tidak relevan untuk membanding-bandingkan dua generasi berbeda," kata Kahn kepada GOAL Indonesia dan awak media lain di Dortmund perihal jarangnya pemain berkarakter keras saat ini.
"Saya rasa ini berhubungan dengan latar belakang pendidikan."
"Pada generasi saya, saya sebagai kiper melalui pendidikan yang berbeda. Saya tidak tumbuh dan dilatih di suatu pusat pengembangan pemain muda."
"Dulu kami bermain di jalanan, dan pelatih pertama saya saat memulai karier di Karlsruhe, Winfried Schafer, saya belajar banyak dari dia. Saat itu, ia mengharapkan figur pemimpin yang agresif, kiper yang agresif, kiper yang berisik."
"Karakter tim harus kuat, dan harus ada seseorang di depan gawang yang bisa membantu dalam permainan," imbuh pria 53 tahun ini.
"Jadi Anda tidak dapat membandingkan situasi di mana saya tumbuh dan berkembang dengan kondisi saat ini," pungkasnya.


