Darwin Nunez adalah salah satu properti terpanas di bursa transfer kali ini, kemungkinan akan pindah dari Benfica ke Liverpool dengan banderol selangit.
Dan, saat Benfica siap meraup untung besar dari penjualan sang striker muda, ada klub lain yang mungkin bisa saja memiliki penyesalan karena melewatkan kesempatan merekrutnya saat harganya masih murah.
Pemain berusia 22 tahun itu mencetak 34 gol di semua kompetisi untuk raksasa Portugal pada 2021/22, termasuk 26 dari 28 laga di kompetisi domestik dan enam di Liga Champions, mengungguli kedua rekan senegaranya yang termasyhur Luis Suarez dan Edinson Cavani saat membantu Benfica lolos hingga perempat-final.
Suarez sebenarnya sudah mengetahui potensi besar Nunez sejak lama, bahkan pernah merekomendasikan namanya kepada Barcelona tak lama setelah kedatangan sang pemain muda ke Eropa yang jauh dari hingar bingar media.
Tentu saja, jika Barca waktu itu mendengarkan saran Suarez, maka Nunez tidak akan menjadi incaran banyak klub di bursa transfer musim panas ini.
"Ketika [Nunez] berada di Almeria, saya memberi tahu Barcelona tentang dirinya," kata Suarez kepada jurnalis Gerard Romero pada 2021.
"Mereka [Barcelona] bertanya kepada saya dan saya berkata, 'Perhatikan yang satu ini [Nunez], ia punya sesuatu yang menarik tentang dirinya...' Tapi mereka menjawab 'Tidak, ia main untuk Almeria, terlalu muda'."
"Tetapi alih-alih sekarang harus membayar £80 juta, £90 juta atau £100 juta, mereka sebenarnya bisa saja membelinya £15 juta atau £20 juta waktu itu."
Kerugian Barcelona tentu saja merupakan keuntungan bagi Benfica, selain juga tim nasional Uruguay yang juga senang dengan sensasi pemain muda mereka yang secara ideal siap menggantikan peran duo veteran Suarez dan Cavani.
Selama satu dekade terakhir, Suarez dan Cavani telah mendominasi lini depan Uruguay, membawa negara Amerika Selatan itu ke fase gugur tiga Piala Dunia berturut-turut serta menjuarai Copa America 2011.
Namun mereka, yang lahir dalam waktu tiga minggu satu sama lain di kota Salto, memasuki fase akhir dari tahap karier mereka. Keduanya telah berusia 35 tahun dan panggung internasional terakhir mereka kemungkinan ada di Piala Dunia 2022 akhir tahun ini di Qatar.
Beruntung bagi Uruguay, masa depan lini depan tak lagi suram berkat kemunculan Nunez.
Anak muda itu telah membuktikan dirinya sebagai penyerang yang benar-benar elite dan, dengan standar yang sudah dibukukan oleh dua pendahulunya, ia tampaknya sudah memiliki semua yang diperlukan untuk mengikuti jejak mereka menjadi bintang kelas dunia.
Pemain berusia 21 tahun tersebut memiliki banyak kesamaan dengan keduanya. Seperti Suarez dan Cavani, ia juga berasal dari kota kecil, tumbuh di perbatasan Brasil di pusat pertanian Artigas.
Penduduk asli dari lingkungan tepi sungai yang miskin Barrio Pirata gagal dalam trial pertamanya di Penarol, namun kemudian berhasil menemukan jalan kesuksesan berkat upaya mantan bintang Uruguay Jose Perdomo, yang membawa Nunez saat berusia 15 tahun ke Montevideo untuk bergabung dengan kakak laki-lakinya Junior di akademi klub.
"Proses adaptasinya sulit, yang hampir selalu terjadi, terlebih bagi anak-anak yang datang dari utara," kenang pelatih U-15, Robert Lima kepada Ovacion.
Memang, Nunez hampir pulang ke Artigas ketika Junior kakaknya keluar dari Penarol karena masalah keluarga.
"Kakak saya saya berlatih dengan tim utama Penarol tetapi ia harus pergi," kata Nunez kepada Referi.
"Saya juga penginnya pulang ke Artigas tapi ia berkata kepada saya: 'Bertahanlah di sini, Anda punya masa depan. Sayalah yang harus pergi'."
Nunez memutuskan untuk terus bekerja di Manya, dan kegigihannya terbayar ketika ia melakukan debutnya di tim utama pada November 2017, berusia 18 tahun, masuk dari bangku cadangan untuk menggantikan mantan bintang Liverpool, Atletico Madrid dan Argentina, Maxi Rodriguez.
Remaja itu membantu Penarol meraih gelar Uruguay berturut-turut pada 2017 dan 2018, serta kemenangan di Apertura 2019 sebelum ia berangkat ke Eropa, menandatangani kontrak dengan klub kasta kedua Spanyol waktu itu, Almeria dengan biaya senilai €5,4 juta.
Getty/GOALMusim pertama anak muda itu di Spanyol terbukti sukses, mampu mencetak 16 gol dalam 32 pertandingan di Divisi Segunda dan finis keempat dalam daftar topskor, sementara Almeria cuma belum beruntung gagal promosi.
Hanya 12 bulan setelah tiba di Almeria, ia pindah lagi, menjadi rekrutan termahal dalam sejarah Benfica saat pindah ke Lisbon dalam kesepakatan €24,5 juta pada September.
Nunez membutuhkan waktu untuk beradaptasi di bawah eks bos Flamengo, Jorge Jesus tetapi akhirnya menjadi bagian penting dari skuad, mencetak 14 gol dalam 44 pertandingan dalam kampanye debutnya sebelum benar-benar bersinar musim lalu, termasuk torehan dua golnya ke gawang Liverpool yang pada akhirnya membuat mereka sangat terkesan.
"Masih banyak yang harus dipelajari dari saya di sini di Benfica tentang permainan ini, tetapi ia memiliki semua kemampuan ini untuk pengambilan keputusan, eksekusi, penyelesaian, dan kecepatan," kata Jesus tentang tugas barunya tak lama setelah perekrutannya pada 2020.
"adalah pemain termahal dalam sejarah Benfica dan, saya tidak tahu dengan pandemi, tetapi ia juga bisa menjadi pemain termahal yang meninggalkan Benfica."
"Anak ini akan menjadi yang terbaik di dunia dan, sayangnya bagi saya, saya akan segera kehilangan dirinya."
Sementara ia masih terus mengasah kemampuannya, Nunez sudah siap untuk mengambil langkah berikutnya dan bersinar di Anfield, di mana ia akan mendapat manfaat lebih lanjut dari bermain bersama dan mempelajari beberapa penyerang dan pemain terbaik di dunia.
Tampil mengesankan bersama para pesepakbola elite seperti itu bukanlah tugas yang mudah, tetapi sang penyerang sudah terbiasa dengan itu.
Ia berhasil menarik perhatian timnas uruguay meski pun ada persaingan dari nama-nama tenar seperti Suarez dan Cavani, jadi ia tidak akan minder jika harus bersaing dengan Mohamed Salah, Luis Diaz dan penyerang bintang Liverpool lainnya untuk mendapatkan posisi inti.




