Satu pemain berkaki kidal keluar, satu pemain berkaki kidal yang lain justru baru akan memulai langkahnya di Anfield.
Xherdan Shaqiri telah resmi berseragam Lyon, ia akan menandatangani kontrak tiga tahun bersama klub Ligue 1 itu setelah dilepas Liverpool dengan mahar €6 juta.
Ia meninggalkan Merseyside Merah berbagai medali di lehernya selaku anggota skuad yang memenangi Liga Champions, Piala Super UEFA, Piala Dunia Klub, dan Liga Primer Inggris dalam waktu 13 bulan saja.
Gol Shaqiri ke gawang rival abadi Manchester United dan Everton akan membuat namanya abadi di hati para suporter, dan kontribusinya di comeback atas Barcelona di semi-final mustahil dilupakan.
Bahkan kontribusi terakhirnya bagi klub, sebuah assist bagi Mo Salah saat melawan West Ham Januari kemarin, sungguh patut diacungi jempol.
Keputusan Shaqiri untuk pergi dapat dipahami. Ia telah berseragam Liverpool tiga tahun lebih, namun hanya melakoni 25 start bagi The Reds. Terlebih, 15 dari startnya hadir saat musim pertamanya.
Dengan usianya yang sudah 29 tahun, dan menunjukkan penampilan memukau bagi Swiss di Euro 2020, ia tahu inilah saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Saatnya kembali bermain secara reguler. Manajer Lyon, Peter Bosz, sangat menginginkan jasanya, dan Shaqiri semestinya bisa sukses di Prancis.
Liverpool juga akan merasa bahwa ini kesepakatan yang, setidaknya, lumayan. Mereka mendapatkan dana yang tidak buruk dan bisa membalas jasa seorang cult hero klub dengan membiarkannya pergi.
Mereka juga sudah memiliki 'penggantinya', tanpa memakan biaya sepeser pun.
Getty/GoalNama Harvey Elliott memang tak lagi asing bagi Kopites, namun pemain muda tersebut sudah mengumumkan kehadirannya sejak akhir pekan kemarin. Elliott melakoni start Liga Primer pertamanya bagi Liverpool saat menghadapi Burnley, Sabtu (21/8), dan sukses unjuk kebolehan di hadapan Anfield yang penuh.
Jika Shaqiri hanya sebatas pelapis di mata Jurgen Klopp, Elliott menyuguhkan penampilan yang bisa menjadi penanda potensinya yang tak terbatas.
Dimensi permainannya sungguh ciamik. Sentuhan pertama yang apik, penuh ketenangan, mampu menerima dan mendistribusikan bola di bawah tekanan - seolah sudah menjadi bagian tim utama Liverpool sejak lama.
Pun saat melawan Burnley, ia menunjukkan bahwa ia tak enggan bekerja keras.
Saat Anda menjadi gelandang di bawah Klopp, Anda wajib tekun, Anda wajib berlari, Anda wajib berada di posisi yang tepat untuk melakukan press dan bertahan.
Usia Elliott boleh terbilang bocah, dan itu adalah kali pertama ia merumput di lini tengah kasta tertinggi, namun ia sama sekali tak terlihat hilang arah. Tak ada pemain lain yang berlari lebih banyak darinya selama 90 menit, dan hanya dua (Salah dan Charlie Taylor) yang melakukan usaha sprint lebih banyak.
Soal penguasaan bola, hanya Trent Alexander-Arnold dan Jordan Henderson yang menyentuh bola lebih banyak. Elliott menciptakan 'gol' bagi Salah di babak pertama meski harus dianulir karena offside, tetapi ia juga berperan saat Sadio Mane mencetak gol pasca turun minum.
Kelihatannya sederhana sekali, ia mengontrol umpan diagonal khas Virgil van Dijk dengan dadanya sebelum mengirimkan bola ke arah Alexander-Arnold dalam satu gerakan yang sama. Sederhana, tetapi sungguh sebuah bukti nyata kemampuan teknis Elliott. Hal sederhana ia buat mudah, dan tugas rumit dibuatnya tampak sederhana.
“He’s pretty unique for a young player,” says one Anfield source. “Because he can both fit in, and stand out. That’s rare.”
"Dia lumayan unik untuk ukuran pemain muda," ujar satu narasumber dari Anfield. "Karena ia bisa terlihat berbaur, sekaligus mencolok. Jarang ada yang seperti itu."
Getty/GoalElliott diuntungkan oleh kebijakan Liverpool, termasuk saat dipinjamkan ke Championship bersama Blackburn Rovers musim lalu.
Sulit membayangkan ia mengambil langkah yang lebih baik. Elliott bermain 42 kali, mencetak tujuh gol dan 11 assist. Tony Mowbray, manajernya di Blackburn, menyukainya dan itu diamini fans Rovers. Stewart Downing, rekan satu timnya di Ewood Park, menyebutnya sebagai "sebuah berlian."
Namun yang paling penting, Elliott kian memahami perlunya sepakbola level tinggi secara reguler di Blackburn; persiapannya, masa pemulihannya, nutrisinya, dan konsentrasinya. Ia mendapatkan nilai yang sangat positif. Elliott memang sangat bertalenta, tetapi ia berhasil mengawinkan talenta tersebut dengan kegigihan untuk bekerja keras.
Hal itu semakin terbukti musim panas ini, dengan Elliott siap untuk menunjukkan hasil kerja kerasnya kepada Klopp. Ia kembali lebih awal untuk pramusim, menghabiskan sepekan bersama skuad U-23 sebelum bergabung dengan tim senior di kamp latihan di Austria.
Selama di sana, ia sukses mementahkan ide untuk kembali meminjamkannya. Perkembangan Elliott terlihat dengan mata telanjang. Ia lebih bugar, kuat, dan bertekad untuk menunjukkan kebolehannya.
Ia berlatih dengan tekun, dan penampilannya di tiap-tiap laga uji coba membekas di benak staf kepelatihan tim senior. Uniknya, Klopp menurunkannya di kanan dalam skema tiga gelandang, alih-alih di sayap.
Yang tak kalah unik, Elliott sama sekali tidak menemui kesulitan.
Getty/GoalLini tengah Liverpool harus berevolusi setelah ditinggalkan Georginio Wijnaldum, pemain yang melengkapi posisi tersebut selama lima tahun lebih. Nama-nama seperti Thiago Alcantara, Naby Keita, Alex Oxlade-Chamberlain, dan Curtis Jones akan mengincar peran utama musim ini.
Namun kini Elliott juga harus masuk pertimbangan. Benar bahwa ia sebuah prospek, tetapi bisa menjadi opsi tim utama juga.
"Semua orang ingin membicarakan soal Harvey dengan saya dan saya sangat bisa memahaminya," ujar Klopp pasca melawan Burnley.
"Ketika bocah 18 tahun mempertontonkan permainan yang sungguh dewasa, saya bisa mengerti mengapa semua orang menanyakannya, tetapi saya tidak terkejut dengan permainannya. Ia sudah berlatih tepat seperti ini selama enam atau tujuh pekan."
Yang paling ngeri, atau yang paling mendebarkan jika Anda pendukung Henderson cs, adalah sebagus-bagusnya Elliott bermain melawan Burnley, ia masih bisa lebih bagus lagi. Ia bisa lebih akurat, lebih efektif, bisa lebih cerdas dalam membuat keputusan.
Jadi, meski Shaqiri terbang ke Prancis, fans Liverpool tak perlu berkecil hati. Memang ia pemain yang bagus, tetapi ia tak akan pernah dilirik sebagai pemeran utama, setidaknya dalam jangka panjang.
Elliott? Ia berbeda. Mirip, tapi berbeda.
Jangankan menjadi pemain rotasi. Dengan Elliott, sky really is the limit.




