Chelsea's non-league playersChelsea FC

Geliat Akar Rumput: Bagaimana Brexit Membuat Chelsea Melirik Talenta Non-Liga

Kekalahan Chelsea 3-1 di tangan Juventus pekan lalu di ajang UEFA Youth League (Liga Champions tingkat junior) adalah memori buruk bagi para penggawanya.

Kecuali, mungkin, bagi Jayden Wareham, yang mencetak gol semata wayang timnya di Vonovo.

Lesakkan Wareham adalah puncak dari pendakian luar biasa selama enam bulan terakhir; dari bermain bagi klub non-liga (alias klub amatir atau semi-profesional), Woking, dan kini menjadi pencetak gol di pertandingan tingkat Eropa antara salah dua klub raksasa dunia.

Dalam gambaran yang lebih besar, kebangkitan Wareham mewakili sesuatu yang bahkan lebih signifikan.

Peraturan FIFA - ditambah dengan dampak dari Brexit - mempersulit klub untuk mendapatkan talenta muda dari luar Inggris. Chelsea pun mengalihkan pandangannya ke non-liga untuk mengakalinya.

Pemain muda Welling United, Bradley Ryan, adalah youngster teranyar dari luar iklim profesional yang didatangkan oleh tim U18 The Blues bulan lalu. Selain itu ada juga Sam McClelland, yang diboyong dari Coleraine FC, meski ia datang dari kasta tertinggi liga Irlandia Utara, yang merupakan ajang semi-profesional.

Declan Frith, yang diboyong Chelsea tetapi kini tengah melakoni uji coba bersama Aston Villa, juga tiba setelah menghabiskan waktu di Welling dan Sutton United.

Salah satu peserta uji coba datang dari Kingstonian, yang tim U18-nya dimanajeri oleh ayah Reece James, Nigel. Pengaruhnya dapat dirasakan oleh akademi Chelsea, lewat peran Nigel di ajang non-liga, ia bisa bertindak sebagai pemandu bakat ekstra bagi direktur akademi The Blues, Neil Bath.

Tino Livramento Southampton Chelsea GFXGetty Images

Those eyes have been drawn towards 19-year-old Bryant Akono Bilongo, a trialist who plays left-back had a £50,000 move lined up from the London-based minnows. Unfortunately, the plug was pulled at the last minute.

Nigel sedang tertarik dengan Bryant Akono Bilongo (19 tahun), seorang peserta uji coba yang bermain sebagai bek kiri, dan sudah diincar dengan harga £50.000. Sayangnya transfer tersebut batal terjadi di detik-detik terakhir.

Tetap saja, pendekatan ini membantu Chelsea menambal lubang hasil eksouds pemain muda musim panas ini. Nama-nama seperti Tino Livramento, Lewis Bate, Dynel Simeu, dan Myles Peart-Harris memilih untuk meninggalkan akademi The Blues demi mencari kesempatan di tempat lain, dan beberapa dari mereka sudah dinilai bersinar bagi klub barunya.

Eksodus ini membuat skuad muda Chelsea terlalu ramping, dan pembelian baru dari negara Uni Eropa kini akan membutuhkan izin bekerja yang menggunakan sistem berbasis poin. Jika pemain bukan merupakan penggawa tim nasional dengan menit bermain signifikan di klub besar, maka akan sulit untuk mendatangkan mereka dari luar Inggris.

"Melihat pemain yang Chelsea ambil dari non-liga, menunjukkan bahwa mereka berpikiran terbuka," ujar seorang narasumber kepada Goal. "Tak banyak yang berubah, tetapi mereka berada di garis depan rekrutmen di semua level."

"Dalam sebuah laga, sembilan dari 10 kali, Anda bisa melihat perwakilan Chelsea di laga itu. Mereka agresif, tak ingin melewatkan satu pun. Mereka memantau tim di semua level."

"Klub-klub lain mungkin tak memiliki sumber daya sebagus mereka, tetapi bisa mencontoh caranya."

"Banyak klub berusaha keras untuk menjaga skuad muda bisa kompetitif sampai usia 16 tahun. Begitu menawarkan beasiswa, mereka tak lagi mengindahkan jarak usia antara 16 dan 20. Kita sudah melihat kemunculan model tim B seperti Brentford dan Huddersfield, yang merasa bisa mengembangkan pemain di usia tersebut dan mempercepat perkembangan mereka."

"Mungkin klub-klub seharusnya mengincar bocah-bocah yang usianya mendekati tim utama alih-alih yang baru berusia delapan atau sembilan tahun karena mereka masih harus ditempa lewat sistem. Anda harus menanti 10 tahun bagi pemain-pemain itu. Klub seperti Chelsea tak akan bertopang dagu dengan sumber daya yang mereka miliki."

Reece James Chelsea GFXGetty Images

"Mereka mencari permata baru dan tahu betul beberapa pemain mungkin tak akan siap di usia 11 atau 12. Saya rasa Brexit akan membuat klub-klub terbiasa menilik pemain non-liga."

Dengan kehadiran akademi seperti Rondos Academy, Rising Ballers FC, dan Ask Godders Akademi di London, Chelsea berada di tempat yang tepat jika ingin menilik opsi alternatif untuk tim junior mereka yang lebih tua. Mereka tidak sok elite dan rela memantau pemain di luar empat tingkat liga profesional.

Garry Fiore, pendiri dan direktur di Rondos Academy, tahu apa yang diperlukan untuk menjadi pemain Chelsea, mengingat ia pernah ditawari beasiswa oleh mereka. Setelah memilih menolak klub masa kecilnya demi ke Millwall, cedera lutut serius mengakhiri kariernya.

Ia kini membantu pemain di luar klub besar untuk mengembangkan permainannya lewat Rondos, yang terhubung dengan klub non-liga lokal, Welling, dan mendapati meningkatnya permintaan bagi pemain-pemain ini.

"Kami memilih sekelompok pemain yang kompeten, dan meningkatkan teknik mereka - lewat pelatih dan sistem brilian kami, dengan tujuan akhir agar mereka bisa mengeksekusinya di laga," ujar Fiore kepada Goal.

"Chelsea mengetahui keberadaan Rondos sejak lama, kami harap mereka akan terus bekerja sama dengan kami. Klub seperti Chelsea dan Arsenal mengalihkan pandangan ke tempat yang dulu mereka acuhkan. Saya rasa piramidanya diperlebar hingga klub non-liga."

"Menurut saya sepakbola non-liga akan semakin kuat karena ada beberapa talenta sungguhan yang datang dari jalanan. Pemain-pemain ini masih lumayan hijau. Menjadi tugas klub Liga Primer untuk menempa dan mengembangkan pemain-pemain ini."

Sam McClelland Chelsea GFXGetty Images

"Kami sangat diminati sampai-sampai jika pemain kami mengikuti uji coba dengan seragam Rondos atau Welling, maka mereka akan diboyong akademi liga kasta bawah karena mereka tahu pemain tersebut kompeten."

"Sekarang jadi sedikit bermasalah karena siswa Rondos-Welling mana pun langsung ditawari kontrak tanpa diperiksa oleh klub dengan benar apakah mereka siap. Bukan Chelsea, tetapi klub kasta bawah lain."

"Lebih mudah bercengkerama dengan klub-klub besar, mereka membangun hubungan. Klub-klub yang menjaga hubungan dan memantau para pemain yang akan mendapatkan talenta kami lebih dulu."

"Klub seperti Chelsea bisa membeli pemain muda mana pun di dunia, tetapi senang rasanya mereka juga memperhatikan pemain lokal dan penggemar Chelsea, dan itu adalah hal hebat bagi seseorang seperti Ryan."

Bahkan ketika beberapa talenta direkrut terlalu cepat, beberapa masih tak mendapatkan kesempatan yang pantas mereka dapatkan.

Ryan, seorang penggemar Chelsea sejak kecil, tak pernah menghadiri akademi klub besar dan seharusnya bisa mendapatkan kesempatannya jauh lebih cepat.

Setelah beberapa uji coba, gelandang penyerang itu akhirnya diboyong oleh klub masa kecilnya dan akan menikmati salah satu akademi terbaik di dunia.

"Tubuh Brad kecil, ia tidak di dalam sistem, selalu dilewatkan. Ia harus menyaksikan pemain lain mendapatkan uji coba tetapi ia tetap berusaha dan belajar. Ia sangat bagus sampai saya heran apa yang saya lihat tetapi tak dilihat orang lain," ujar Fiore.

"Saya ceritakan ringkas mengapa ia diboyong. Ia sedang melakoni uji coba bersama Chelsea setelah berkontak dengan seseorang yang mengidap Covid-19. Setelah selesai isolasi, ia kembali ke Welling setelah melakoni uji coba di Cobham. Ia bercerita bahwa ia kesulitan dengan salah satu program latihannya."

"Kami mencobanya di lapangan kami dan kemampuannya cuma meningkat sedikit, lalu lapangannya harus dipakai untuk sebuah laga. Saya katakan padanya: 'Lain kali kita latihan lagi'. Malam itu, saya melihat telepon genggam saya dan ia mengirimkan video dirinya dengan bola di sebuah taman."

"Perlu diingat bahwa di Cobham ia mendapatkan fasilitas terbaik yang bisa Anda bayangkan, ia lalu berusaha sendiri mengulang-ulang latihannya dan kini ia bisa melakukannya dengan brilian dan menunjukkannya di video. Saya menggunakan cerita itu untuk menginspirasi siswa baru kami soal apa yang dibutuhkan."

"Ia bocah yang selalu membawa bola ke mana-mana, begitulah dia. Saya bisa mengabarinya bahwa Chelsea menawarkan kontrak kepadanya dan itu adalah sebuah momen yang sukar dipercaya dan yang tak akan pernah saya lupakan. Saya sudah tahu [suatu hari nanti] ia akan diboyong akademi kelas atas, dan senang ia ke Chelsea, klub yang kami berdua dukung."

Seperti Ryan, Wareham berusaha mati-matian selama belum diboyong, berlari mendaki bukit di Windsor seraya membawa berkantong-kantong beras sebagai beban tambahan.

Anggota tim muda Chelsea yang lain adalah pemain-pemain yang direkrut dari Reading, Oxford United, Burton Albion, Cambridge United, Brentford, dan Crewe Alexandra.

Pemain-pemain seperti itu tak akan berhenti tumbuh, dan kisah ini akan menginspirasi generasi yang kini mungkin sedang bermain bola bersama kawan-kawan di penjuru Inggris, bahwa mereka bisa menjadi pemain Chelsea.

Iklan

ENJOYED THIS STORY?

Add GOAL.com as a preferred source on Google to see more of our reporting

0