Angelos Charisteas - Pemain TerlupakanGoal

Sensasi Angelos Charisteas: Mimpi Basah Yunani, Mimpi Buruk Portugal

Angelos Charisteas barangkali masih berutang pada sundulan yang melambungkan namanya sekaligus mengantarkan Yunani—secara anomali—menjuarai Euro 2004.

Memanfaatkan sepak pojok Angelos Basinas, Charisteas memenangkan duel udara atas Jorge Andrade dan tandukan pada menit ke-57 tersebut cukup untuk membungkam seisi Stadion da Luz, Lisbon.

Pauleta, Deco, Rui Costa, Luis Figo, dan Cristiano Ronaldo yang berusia 19 tahun dengan nomor punggung 17 adalah favorit untuk final yang di atas kertas tidak seimbang.

Charisteas adalah protagonis yang menyingkirkan juara bertahan Prancis di perempat-final, mengalahkan tuan rumah Portugal di partai puncak, dan cucur air mata seorang calon megabintang.

Yunani benar-benar merusak jadwal pesta Portugal sejak laga pembuka dan menutupnya dengan daya rusak yang lebih serius.

Pilihan keempat di Werder Bremen

Charisteas adalah pakem rata-rata striker murni Bundesliga kala itu. Ia memiliki postur jangkung [190 cm] di saat fenomena Jan Koller [202 cm] bersama Borussia Dortmund.

Bergabung dengan Werder Bremen pada 2002 setelah tampil oke bersama klub lokal Yunani, Aris Thessaloniki.

Charisteas, Ailton, Micoud - BremenStuart Franklin/Getty Images

Di bawah komando Thomas Schaaf, Bremen berkembang pesat. Pada musim pra-Euro, klub yang identik dengan warna hijau tersebut meraih gelar dobel, Bundesliga dan Piala Jerman musim 2003/04.

Bagaimana dengan Charisteas? Ia cuma pilihan keempat setelah top skor kompetisi, Ailton Goncalves, lalu Ivan Klasnic, dan Nelson Valdez. Bangku cadangan jadi lokasi karib pemilik nama pertama sebelum Euro 2004.

Charisteas & Pembalasan Micoud

Kisah Charisteas di Euro 2004 berlanjut setelah menyelamatkan Yunani lolos ke fase gugur dengan golnya ke gawang Spanyol untuk paksakan hasil imbang.

Pada perempat-final, sundulan Charisteas pada menit ke-65 sukses mengeliminasi Zinedine Zidane cs yang berstatus sebagai juara bertahan turnamen.

Yang menarik lagi adalah epos Charisteas lainnya pada hari itu. Sang pemilik nomor sembilan melakukan selebrasi di depan bench Prancis, mengangkat jersey -nya, hingga pelatih lawan, Jacques Santini, dapat membaca satu nama sederhana: Micoud.

Angelos Charisteas Greece France Euro 2004Getty Images

Johan Micoud adalah rekan setim Charisteas di Bremen. Playmaker asal Prancis itu memesona sang striker dan mendominasi Bundesliga dalam beberapa tahun terakhir. Tapi, ia tidak dipanggil Santini.

“Johan tidak akan pernah memaafkan Jacques Santini karena telah menjauhinya, dia akan menjelaskannya nanti,” ucap Charisteas.

“Pagi sebelum pertandingan, dia menelepon saya … mendesak saya untuk mencetak gol,” tambahnya.

Dewa di Yunani, Pemain Rata-Rata Di Level Klub

Mampukah gol ikonik dan pencapaian bersama timnas Yunani mengembalikan karier Charisteas di level klub? Ketika itu, ia tampak yakin.

“Secara pribadi, Euro ini akan memoles reputasi saya. Saya akan kembali ke klub dengan keyakinan bahwa saya sekarang akan dianggap sebagai striker pertama. Jangan tersinggung Klose dan Klasnic, saya pesaing baru kalian,” tutur Charisteas.

Spoiler : Ini tidak akan terjadi.

Pasangan Klose-Klasnic di Bremen nyatanya tidak terbendung. Charisteas tidak punya pilihan lain selain hengkang.

Charisteas AjaxMarcel Antonisse/Getty Images

Pada awal 2005, Charisteas pindah ke Ajax. Ia diplot sebagai pengganti Zlatan Ibrahimovic yang dilepas ke Juventus.

Charisteas sempat tampil menggembirakan di lini depan, tapi masih tidak cukup bagi klub yang hobi mempromosikan pemain muda. Kala itu, Ajax lebih memilih Klaas-Jan Huntelaar dan Ryan Babel.

Tidak ada yang menarik dari Charisteas setelah itu. Kariernya anjlok. Ia bahkan sempat membela klub Divisi Tujuh Liga Prancis, AC Arlesien, pada 2010 sebelum pensiun di klub Arab Saudi, Al-Nassr, tiga tahun berselang.

Di level klub, Charisteas memang tidak pernah bulat. Tapi bersama timnas, dia adalah segalanya.

Pencetak gol terbanyak kedua dalam sejarah Yunani, ia akan selamanya menjadi orang Lisbon. Orang yang melompat lebih tinggi untuk membawa negaranya menjadi raja Eropa. Abadi, terekam tak pernah mati.

Iklan
0