Tidak sulit untuk mengidentifikasi head-to-head paling krusial di final Liga Champions besok Minggu (29/5) dini hari. Pertempuran ruang paling penting, perebutan supremasi paling fatal, yang kemungkinan besar bakal menjadi penentu, apakah Liverpool atau Real Madrid yang bakal berpesta pora dan mengangkat Si Kuping Besar di Paris.
Vinicius Junior versus Trent Alexander-Arnold: winger kiri super-cepat versus sesosok bek kanan yang kadang kesulitan bertahan di situasi satu lawan satu.
Senjata menyerang mematikan The Reds versus tumpuan serangan balik terpenting Los Blancos. Rasanya, kecil kemungkinan keduanya bakal saling mengalahkan masing-masing, dan kecil kemungkinan keduanya bakal sukses sepenuhnya ketika diminta untuk bertahan.
Ini juga merupakan pertempuran kunci yang sangat mewakili gaya taktik masing-masing manajer, dan pola yang bakal menjelma selama 90 menit di Stade de France.
Carlo Ancelotti, juru taktik yang tidak banyak mengintervensi, adalah sosok yang piawai menemukan keseimbangan di antara ego-ego besar. Pelatih asal Italia itu tahu betul kelemahan anak asuhnya di 2021/22, dan memutuskan untuk memilih pendekatan serangan balik murni di Liga Champions karenanya.
Madrid memilih mundur, menyerap tekanan bertubi-tubi sebelum mengandalkan pengalaman pemain-pemain kawakan mereka untuk melakukan serangan balik di momen yang tepat.
Pendekatan ini paling kentara di dua leg versus Paris-Saint Germain di 16 besar, mereka sangat mewaspadai kecepatan Kylian Mbappe yang mematikan sampai-sampai mempertontonkan contoh ekstrem formasi blok rendah yang memancing PSG untuk maju – sehingga mengebiri kebolehan kampiun Ligue 1 itu untuk mengandalkan kecepatan.
Oleh karena itu, tidak berlebihan jika berasumsi bahwa Real Madrid lagi-lagi bakal menggunakan sistem ini melawan trisula maut Jurgen Klopp, terutama mengingat beberapa oposisi musim ini (termasuk yang termutakhir, Wolves) sudah menunjukkan bahwa garis pertahanan Liverpool yang begitu tinggi terkadang bisa sangat keropos.
Getty/GOALUmumnya, Vinicius adalah target bola-bola panjang yang disuplai oleh Luka Modric atau Toni Kroos usai memenangkan bola di belakang lini tengah lawan.
Counter-press Liverpool harus dalam keadaan prima untuk mampu mempersempit ruang dan mencegah umpan-umpan tersebut.
Kalau bola memang berhasil sampai ke kaki Vinicius, rasanya Alexander-Arnold tidak akan berada di posisi yang tepat untuk menghentikannya. Sebagai gantinya, bek sentral kanan dan gelandang tengah kanan yang bakal menambal lubang yang ditinggalkan TAA.
Fabinho, yang punya kisah tersendiri di duel Liverpool vs Madrid ini, diprediksi pulih dari cedera tepat waktu, sehingga Jordan Henderson bisa melakukan tugas meng-cover bek kanan Klopp dengan efektif.
Namun, ancaman Vinicius biasanya merupakan hasil dari kerja brilian Karim Benzema yang bermain turun dan menyambung permainan, terutama di momen-momen eksplosif ketika Real Madrid memanfaatkan transisi menyerang – dan terutama dengan bergerak condong ke kiri untuk bekerja sama dengan Vinicius.
Bersama, duo ini bisa menjadi sumber petaka dan Liverpool bisa sangat rentan ketika Alexander-Arnold kelepasan.
Seiring pergerakan Benzema ke kiri, memancing seorang bek sentral untuk mengawalnya, ruang jadi terbuka di tengah, yang bisa digunakan Vinicius untuk berlari ke arah sentral.
Kombo ini adalah bahaya serius bagi Liverpool, bahkan sebelum kita membahas ancaman yang lebih nyata: head-to-head langsung dalam duel dribble.
Akan ada banyak situasi di pertandingan ini di mana Liverpool sedang dalam mode defensif dan Madrid, entah dari lemparan ke dalam atau perekik, harus menembus sepertiga akhir. Di sini, duel langsung jelas menguntungkan pemain yang lebih cepat dan cekatan seperti Vinicius.
Pertarungan antara Vinicius dan Alexander-Arnold juga sama krusialnya di sisi satunya. Winger Brasil itu memang terkenal pekerja keras, tetapi tidak dikenal berkat kemampuan bertahannya.
Bahkan, kemungkinan besar Madrid bakal bertahan dengan formasi 4-4-2 tanpa bola, dengan Federica Valverde mengisi lini tengah di saat Vinicius tetap menemani Benzema di depan.
Setidaknya itulah rencananya, tetapi pasukan Ancelotti tidak akan sukses begitu saja – dan Liverpool wajib mampu memanipulasi pertarungan antara Alexander-Arnold dan Vinicius agar menguntungkan mereka.
Menyadari ngerinya sisi kiri Blancos, Klopp mungkin bakal lebih sering memilih untuk menyerang lewat sayap satunya, di mana Luis Diaz dan Andrew Robertson bakal mengeksploitasi Dani Carvajal.
Dengan melakukan ini, Liverpool bakal menyeret seluruh formasi Madrid ke sisi tersebut, memaksa Valverde bergerak ke sisi kanan Madrid sehingga Vinicius terpaksa mundur untuk membentuk formasi 4-5-1 di sisi kiri.
Dari sini, dengan satu umpan diagonal, Liverpool bisa mengirimkan bola ke arah Mohamed Salah, dan Raja Mesir Merseyside itu tinggal berduel dengan Ferland Mendy dengan Alexander-Arnold jadi wingman-nya.
Vinicius bakal ikut turun untuk membantu di momen-momen ini, tetapi kemungkinan besar dia tidak akan mencegah bek kanan Liverpool itu mengirimkan umpan silang khasnya ke kotak penalti Madrid.
Inilah situasi taktik yang sangat mungkin terjadi di satu jam pertama pertandingan, setidaknya kalau Liverpool berada di performa terbaik mereka.
Pasukan Klopp jauh lebih kuat dari Madrid dan harusnya bisa menang dengan nyaman, menekan lini tengah Real untuk mencegah bola mencapai Vinicius di situasi berbahaya.
Tetapi Ancelotti bisa membuat pergantian yang mengalihkan peta kekuatan menjadi milik Real Madrid.
Eduardo Camavinga selalu dimasukkan dari bangku cadangan di lima laga Liga Champions terakhir Madrid, dan selalu membuat impak penting di tiap-tiap laga. Vertikalitasnya menjadi kunci melawan kaki-kaki yang lelah.
Umpan progresif dan giringan tajam gelandang 19 tahun ini cenderung membuat laga jadi terbuka, dan setelah musim yang melelahkan, Liverpool mungkin kewalahan di tengah lapangan di penghujung 90 menit.
Kalau itu terjadi, Camavinga bisa mengambil alih tugas menyuplai bola ke Vinicius yang mengeksploitasi ruang di belakang TAA.
Secara teknis dan taktis, Liverpool tim yang superior. Tetapi Real Madrid bisa lebih cerdik di situasi-situasi ini, dan mungkin lebih fit.
Klopp mesti memastikan start cepat jika tak ingin pertandingan final ini lepas dari cengkeramannya. Dia perlu agar Alexander-Arnold memenangkan pertempuran krusial, dan mungkin jadi penentu kejuaraan, melawan Vinicius Junior.
